Sunday 28 February 2010

HAKIKAT UMUM - QURAN-ET SAINS 16

# Bagaimana Bertawassul
# Ijazah Thoriqoh
# Menghindari Kemalasan Beribadah
# Menerima Amalan 3 Kyai besar
# Ijazah Dari Buku
# Mencari Keturunan Rasul
# Wirid Ketenagan Dibalik Kemewahan

Bagaimana Bertawassul

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabaraktuh. yang saya hormati, saya ingin bertanya. Berdoa dengan lantaran (tawassul) kepada orang saleh atau para nabi, apakah diperbolehkan dalam Islam? Apakah hal ini juga termasuk perbuatan syirik? Dan bukankah orang yang sudah mati tidak bisa menolong orang lain, karena menolong dirinya sendiri saja di alam barzakh kesulitan? Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabaraktuh.

M. Ulin Nuha Kasingan

Jawaban:

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Rasulullah (saw) sering berdoa, sebagaimana disebutkan dalam hadits "Allahuma inni as'aluka bihaqqissa'ilin," atau artinya, Ya Allah, aku mohon kepadamu dengan haknya orang-orang yang ahli meminta kepadamu. Ini termasuk kalimat tawassul.

Satuan bahasa "Ihdina" (Tunjukkanlah kepada kami) juga bisa mengandung tawassul, karena kalimat itu tidak menunjukkan satu orang, tetapi juga termasuk orang yang telah mati, orang yang sedang sakit, atau orang yang tengah sekarat. Kalau arti "Ihdina" ini diperluas, ia bermakna "agar semua kaum muslimin yang telah meninggal mendapatkan jalan yang lurus (baik), sedang yang masih hidup mendapatkan jalan kebaikan". Dalam kalimat yang didahului "ihdina" juga bisa termasuk kaum muslimin maupun muslimat, mukminin ataupun mukminat.

Pada zaman Nabi Musa, ketika terjadi peperangan, ada pengikut beliau yang bertawassul dengan Tabut (kotak wasiat). Di dalam tabut itu ternyata ada pakaian-pakaian para nabi zaman dahulu. Tabut tersebut bekas kotak penyimpanan barang-barang milik para nabi, seperti tongkat Nabi Musa, tongkat Nabi Harun, dan serpihan Taurat yang robek ketika diletakkan oleh Nabi Musa.

Setiap Bani Israel membawa tabut. Bani Isreal selalu memenangkan pertempuran dengan orang-orang yang memerangi mereka. Inilah yang dipakai bangsa Israel untuk bertawassul.

Tawassul itu menunjukkan kerendahan hati seseorang. Ini dilakukan orang yang banyak amalnya tapi menganggap amalnya di sisi Allah masih kurang dan masih banyak dosanya. Tawassul itu mendidik kita menghilangkan sifat egois. Meski kita banyak amalnya, kita tetap menggandeng orang yang saleh di sisi Allah. Bukan kita minta kepada orang tersebut, tetapi kita tetap minta kepada Allah dengan ditemani orang saleh itu.

Mari kita kembali kepada ajaran para ulama kita. Mengapa mereka menyandang sebutan "al-mukhlisin", orang-orang yang ikhlas? Mereka mampu mengamalkan perbuatan yang saleh tetapi tidak membanggakan diri bahwa apa yang dilakukan itu adalah perbuatan saleh, sebab apa yang mereka lakukan semata-mata karena anugerah Allah.

Kewajiban lainnya adalah mereka itu "abdullah", hamba Allah, sehingga semata-mata mengabdi kepada-Nya. Dari sinilah kita berangkat belajar ikhlas. Selanjutnya, kekuarang-kekurangan yang ada dalam diri kita jangan sering kita lalaikan. Kita harus introspeksi atau muhasabbah. Semua itu yang menyempurnakan adalah Allah. Tanpa petunjuk dan fadhilah-Nya, apa yang dilakukan manusia tidak ada artinya.

Kita bisa memiliki sesuatu karena kita diberi oleh Allah. Karena itulah, apa yang kita miliki kita kembalikan kepadaNya, sebagai Yang Maha Pemberi. Kita perbanyak menggapai pahala dari Allah, semata-mata karena sifat ikhlas kita kepada Allah.
Posted by QuranSains at 2:33 AM

Ijazah Thoriqoh

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Pernah kami membaca sebuah buku yang menyatakan, di antara beberapa tarekat yang ada, terdapat tarekat Sadziliyah yang paling ringan. Kemudian pada buku yang lain tertulis, jika seseorang belajar agama tanpa guru, yang menjadi gurunya adalah setan. Dengan kondisi seperti ini, dapatkah mengijazahkan kepada kami suatu zikir atau wirid dan bacaan Al-Qur'an yang cocok dengan karakter kami? Karena selama ini kami sering mengamalkan wirid yang bersumber dari beberapa macam buku. Adapun urutan dan jumlah bacaannya, kami sendiri yang menentukan. Wirid atau zikir itu dimulai dari istigfar sebanyak 101 kali, surah Al-Ikhlash, Al-Falaq, An-Naas masing-masing sebanyak satu kali, kalimah tayyibah 33 kali, tasbih, shalawat dan beberapa Asma al-Husna masing-masing 33 kali.


Kemudian untuk tarekat, dapatkah mengijazahkan kepada kami sebuah tarekat yang ringan, yang tidak membutuhkan waktu konsentrasi yang lama. Karena kami paling tidak bisa berkonsentrasi lama-lama. Dan bisakah wirid tarekat ini dibaca pada malam hari? Atas perkenan menjawab persoalan saya, saya sampaikan terima kasih. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Djemy

Jawaban:

Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Saya memberikan apresiasi yang besar kepada Anda karena mau berhati-hati dalam memahami bentuk ijazah atau awrad. Saya salut dan kagum terhadap diri Anda. Ambil dan teruskan bacaan wirid-wirid tersebut sebagai satu bentuk nilai ibadah. Wirid-wirid yang sudah diamalkan itu bagus sekali. Bahkan, alangkah baiknya kalau, sudah mengetahui dan mengamalkan, selanjutnya sesegera mungkin awrad tersebut dimintakan ijazah kepada ustad atau abuya atau tuan guru yang berada di sekitar lingkup Anda bertempat tinggal.


Untuk masalah tarekat, wiridnya sebenarnya bisa saja dibaca pada malam hari, habis shalat Magrib ke atas sampai shalat Subuh. Seperti halnya tarekat Sadziliyah yang ringan itu. Isi dan bentuk awrad-nya, antara lain, istigfar 100 kali, shalawat 100 kali, dan zikir 100 kali. Lalu ditutup dengan bacaan surah Al-Ikhlash tiga kali, Al-Falaq dan An-Nas masing-masing satu kali, lantas surah Al-Fatihah sekali.
Posted by QuranSains at 2:32 AM

Menghindari Kemalasan Beribadah

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Saya ini orang yang lemah imannya, saya mohon penjelasan tentang beberapa hal. Pertama, bagaimanakah caranya supaya hati ini dalam melakukan apa saja hanya karena Allah (Swt). Sebagai manusia biasa, terus terang, kadang kala masih ada perasaan melakukan sesuatu karena orang lain.


Kedua, saya ingin sekali melaksanakan shalat Tahajjud, tapi susah untuk bangun malam. Adakah bacaan yang bisa mengusir rasa malas yang dibaca sebelum tidur, agar saya bisa shalat malam. Ketiga, adakah bacaan yang bisa diamalkan agar keutuhan rumah tangga saya bisa terjaga dan anak-anak kelak bisa jadi anak yang shaleh. Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.

Naning

Jawaban:

Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Jadikanlah segala kebaikan melebihi kebutuhan makan, minum, dan pakaian. Tidak hanya shalat malam (Tahajjud), tapi juga segala kebaikan sunnah Nabi (saw). Kalau kita bisa menjalankan shalat Tahajjud, ya jangan dihentikan sunnah-sunnah Nabi (saw) lainnya. Tingkatkan dulu kemauan kita melakukan ibadah sunnah itu seperti orang lapar. Kalau kita lapar, dikasih nasi dengan lauk sambal pun, atau nasi garam pun, makannya tetap merasa enak. Karena kita sangat memerlukan. Itu baru masalah nasi. Apakah kebutuhan kita tidak lebih banyak kepada si Pencipta nasi, yaitu Allah?


Nah, kita ikhtiar ini dulu, baru kemudian kita rangkai keinginan untuk melaksanakan ibadah sunnah, seperti shalat Tahajjud. Ikhtiar lainnya adalah membaca ayat terakhir surah Kahfi, "Katakanlah, sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku. Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa. Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, hendaklah ia mengerjakan amal yang shaleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya". Ayat itu dibaca tujuh kali ketika akan tidur. Tentu saja, membacanya dengan sungguh-sungguh dan kemauan tinggi untuk bangun malam guna menjalankan shalat Tahajjud.


Kita berdoa supaya kita dapat bangun. Tetapi kalau memang tidak mempunyai tekad yang kuat, barangkali juga tidak akan terlaksana. Mungkin saja kita bisa bangun tengah malam, kemudian berzikir, tetapi kemudian ngantuk dan tidur lagi.


Untuk jawaban yang terakhir, kalau kita menginginkan keluarga kita bahagia, berbuatlah sebaik mungkin sebagai orangtua yang baik kepada anak-anaknya. Apabila sifat kebapakan atau keibuan itu tumbuh pada orangtua, itulah syarat akan munculnya keluarga yang mawandah wa rahmah. Sekalipun pasangan suami-istri itu belum dikarunia momongan, belum mempunyai keturunan, mereka sudah menyiapkan diri dengan sifat kebapakan atau keibuan.

Boleh dikatakan, dengan bersikap kebapakan atau keibuan, mereka sudah menyiapkan teorinya. Nanti, begitu mendapatkan keturunan, mereka bisa langsung praktik. Ketika buah hati sudah tumbuh, kita akan cepat menggapai mawadah wa rahmah. Adanya kerja sama antara ibu dan bapak akan saling melengkapi, sehingga anak-anak akan mengikuti teladan orangtuanya, yang dirasakan sangat lengkap. Bukannya sebaliknya, kekurangan di antara keduanya itu justru ditampakkan, sehingga anak-anak cenderung akan mencontoh berbagai tindakan yang salah itu.


Sarana lainnya adalah, bila sudah menjadi orangtua, kita harus memberikan contoh berupa dekat kepada para ulama. Mana mungkin anak kita akan dekat dan mencintai ulama kalau orangtuanya sendiri tidak dekat dan cinta kepada para ulama? Ajaklah anak-anak kita secara berkala berkunjung atau bersilaturahmi kepada para guru, ustad, atau ulama. Entah dalam keperluan pribadi atau dalam acara menghadiri majelis taklimnya. Tidak usah jauh-jauh, dimulai dari guru, ustad, atau ulama di lingkungannya sendiri saja. Baru kemudian kepada lingkungan yang lebih jauh.


Kalau anak-anak sudah besar, tunjukkan juga pusaran para ulama. Supaya mereka mau mengingat jasa dan perjuangannya. Di samping itu, juga berdoa kepada Allah supaya para ulama yang berada di alam barzakh juga mau mendoakan kita.


Peringatan Rasulullah (saw), ujian akan muncul kalau kita jauh dari para ulama. Di antaranya, akan terangkat barakah di antara kita. Jadi kalau kita menginginkan anak-anak kita shaleh, jangan menjauhkan mereka dari para ulama. Dan, kalau ingin terhindar dari cobaan, kita perlu memperbanyak membaca Al-Qur'an dan shalawat kepada Nabi. Kita tidak mendidik anak membaca Al-Qur'an supaya pintar, tetapi supaya benar. Sebab, kalau benar pasti pintar, tetapi kalau pintar belum tentu benar. Kita juga mesti selalu mendoakan anak kita agar menjadi anak yang shaleh dan hidupnya penuh berkah.
Posted by QuranSains at 2:30 AM

Menerima Amalan 3 Kyai besar
Assalamualaikum Warahmatullahi wabarakatuh. To the point saja. Saya pernah menerima amalan atau ijazah dari tiga orang kiai, yang saya yakini ketinggian, otoritas dan kredibilitasnya dalam bidang keilmuan Islam. Amalan itu bermanfaat untuk mengatasi berbagai problem hidup. Ketiga kiai tersebut tidak sama dalam memberi materi amalan.

Pertama saya diberi amalan membaca surah Al-Fatihah 100 kali dan shalawat Nariyah sebanyak 1.000 kali, dan dibaca setelah melaksanakan shalat Hajat tiap malam. Kiai yang kedua memberi ijazah agar memperbanyak doa Rabbana atina fiddunya hasanah wafil akhirati hasanah, tetapi tidak dilengkapi waqina adzab an-nar.

Amalan terakhir, sang kiai memberi ijazah berupa rangkaian Asma al-Husna, yaitu Ya Allah Ya Karim, Ya Rahman Ya Rahim, Ya Qawiyyu Ya Matin. Wirid itu dibaca setelah shalat fardu sebanyak 200 kali dan pada tiap malam dibaca sebanyak 1.000 kali.

Pertanyaannya, yang manakah di antara ketiga tata cara itu yang paling ampuh dan cepat didengar Allah (Swt) guna mengatasi seribu satu macam persoalan kehidupan? Atas perhatian dan jawabannya, saya ucapkan jazakumullah khairan katsiran. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Warta Kusumah

Jawaban:

Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Berbahagialah Anda, bisa mendapatkan ijazah wirid dari tiga orang kiai yang Anda sebutkan. Tentu ketiga wirid itu memiliki kelebihan masing-masing. Wirid pertama, menurut kami, adalah wirid yang sangat baik, karena yang dibaca adalah intisari amalan terbaik. Pertama membaca surah Al-Fatihah, yang sering disebut Rasulullah sebagai inti Al-Qur'an. Membaca surah Al-Fatihah sangat besar manfaatnya. Dalam sebuah Hadist yang diriwayatkan oleh Ka'ab disebutkan, Rasulullah bersabda, "Barang siapa membaca surah Al-Fatihah (Fatihatul Kitab), ia seperti membaca keseluruhan kitab Taurat, Injil, Zabur, Al-Qur'an sendiri, suhuf (lembaran-lembaran) Nabi Idris, dan suhuf Nabi Ibrahim, sebanyak tujuh kali. Bagi yang membacanya, akan diberi sebuah surga yang besarnya antara langit dan bumi dari setiap huruf."

Anas meriwayatkan sebuah Hadist yang bunyinya, "Ketika engkau tengah bersiap tidur dan membaca Al-Fatihah dan surah Al-Ikhlas, maka amanlah engkau dari segala marabahaya selain kematian."

Dalam Khazinah al-Asrar yang ditulis Syekh Sayyid Haqqi an-Nazili, disebutkan, barangsiapa membiasakan membaca Al-Fatihah setiap shalat fardhu sebanyak 20 kali dan hingga sehari mencapai 100 kali, akan diperluas rezekinya, dikabulkan harapannya, diperbaiki perangainya, dipermudah urusannya, digembirakan hatinya atas kesedihannya, dan akan diberi kemuliaan dari Allah. Maka, jelaslah manfaat Al-Fatihah itu. Sedangkan shalawat Nariyah juga memiliki manfaat besar tersendiri. Jika ada hajat tertentu, disebutkan dalam kitab Al-Washilah al-Hariyyah, karya Syeikh Ahmad Qusyairi bin Shiddiq, diharap shalawat itu dibaca sebanyak 4.444 kali dalam satu majelis—ada sebagian pendapat yang menyatakan 1.000 kali dalam satu majelis—maka akan dikabulkan semua harapannya oleh Allah serta akan selalu mendapat ridha-Nya.

Sementara ijazah kedua, dengan membaca Rabbana atina fiddunya hasanah wafil äkhirati hasanah, juga tak ada buruknya. Doa ini memang termaktub dalam Al-Qur'an dan disebutkan sebagai doa sapu jagat. Memang sebagian ulama ada yang hanya membacanya dengan mencukupkan hingga kalimat itu tanpa mencantumkan waqina adzab an-nar. Tak masalah, sebab masing-masing doa itu bisa berdiri sendiri.

Sementara, ijazah ketiga diberikan kepada Anda yaitu mengamalkan Asma al-Husna, kami kira juga sangat baik. Dari nama-nama Allah itu tercermin makna dan manfaat yang besar untuk pembacanya.

Lantas, kalau ditanya manakah yang terbaik dari tiga ijazah doa tersebut, kami memilih ijazah yang pertama dan yang ketiga. Sementara ijazah doa yang kedua bisa menjadi pelengkap amalan saja. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Posted by QuranSains at 2:27 AM

Ijazah Dari Buku
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Kalau saya baca dalam beberapa kitab semisal Saif Al-Mukminin, Doa-doa Mustajab, tanya jawab spiritual, dan lain-lain, para mualif atau pengarangnya mengatakan dalam mukadimahnya, doa dan zikir ini telah diijazahkan secara 'ammah (umum) bagi kaum muslimin yang membacanya. Namun selain itu, ada yang mengatakan, kaum muslimin tidak boleh mengamalkan begitu saja apa yang dibaca dalam buku. Meskipun, mualifnya sudah mengijazahkan secara `ammah, kecuali shalawat Nabi.

Mohon penjelasan mengenai persoalan ini. Manakah yang dapat dijadikan pegangan dari kedua fatwa tersebut? Pertanyaan selanjutnya, bolehkah seorang muslim yang sudah mengikuti tarekat mempelajari dan menjadi paranormal. Sama atau tidakkah paranormal dengan kahin yang disebutkan Nabi (saw) dalam sebuah Hadistnya? Atas penjelasan, saya ucapkan terima kasih. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Taufiq, S.Pd.

Jawaban:

Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Saudara Taufiq, masalah ijazah, patut Anda ketahui, ijazah tersebut memiliki sifat 'ammah (umum). Sebagai mualif, ia memberikannya secara bersama-sama kepada kita sebagai umat. Namun agar ijazah tersebut bisa mengantar kita dalam mencapai peningkatan dalam mendekatkan diri kepada Allah (Swt), kita harus mengikuti apa yang telah digariskan atau dicontohkan oleh Baginda Nabi (saw), sahabat, tabiin (generasi ulama setelah sahabat), tabiit-tabi'in (generasi ulama setelah tabiin), yang itu tidak terdapat dalam penjabaran ijazah tersebut dalam buku yang Anda baca. Baik itu I’lan atau peringatan, maupun i'bar atau pemberitahuan dari para mualif tersebut. Sekalipun ijazah itu sudah diberikan secara lámmah, tetap saja kita masih memerlukan guru.

Guru di sini berfungsi sebagai penyambung lidah dalam bentuk ijazah ‘ammah. Guru-guru atau ulama-ulama tersebut adalah orang-orang yang tahu persis dosis dan kemampuan orang yang menerima dan mengamalkan muamalah itu. Di sinilah penting dan tingginya nilai seorang guru. Khususnya untuk menerapkan ijazah-ijazah yang 'ammah di dalam kitab-kitab tersebut. Sebab di dalam kitab-kitab itu, pasti ada satu-dua bab yang memerlukan keterangan lebih mendetail dari seorang guru. Tapi, berapa kalikah wirid itu harus diamalkan, belum tentu disebutkan.

Kalau dilihat dari nilai ibadah, hal itu bagus sekali. Tapi muamalah dalam nilai ibadah juga ada ketentuannya. Misalnya dalam hal shalat sunnah. Kalau kita mau berulang-ulang melaksanakannya, itu akan menjadi perbuatan yang baik, tapi itu menjadi shalat sunnah mutlak. Shalat sunnah seperti qabliyah dan ba'diyah—yang mengiringi shalat lima waktu—itu, walaupun nilainya sangat bagus, namun pada keduanya terdapat pembatasan dalam menjalankannya.

Kita tidak bisa mengambil secara global bahwa semua sunnah menjadi mu'akad (yang dianjurkan), atau nawafil atau yang boleh dijalankan secara bebas, tidak ada batas-batas tertentu. Shalat sunnah seperti qabliyah dan ba'diyah tetap saja mengandung perbedaan dengan sunnah yang lain dalam tata cara menjalankannya. Misalnya, menjalankan shalat Tahajud hingga 100 rakaat. Kalau seseorang merasa mampu, ketika ia bisa menjalankannya itu akan menjadi nilai ibadah yang sangat baik. Tapi Rasulullah (saw) tidak pernah menjalankan shalat Tahajud seperti itu hingga 100 takaat. Di sinilah kemudian Rasulullah menganjurkan, "Silahkan, saya berikan kepada umatku kebebasan untuk meniru aku dalam menjalankan qiyam al-layl (ibadah pada malam hari)." Siapa pun bisa menjalankan shalat Tahajud, bahkan tanpa seorang guru pun. Tapi di sini pun masih ada nilai-nilai yang harus diketahui tentang batalnya shalat dan rukun shalat. Kalau hal seperti ini tidak diajarkan oleh guru dahulu, bagaimana kita akan tahu? Meski, kalau dilihat dari segi Tahajudnya, siapa pun dia, silakan mengamalkannya.
Posted by QuranSains at 2:25 AM

Mencari Keturunan Rasul

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Kami ingin menanyakan masalah sadah (keturunan Rasulullah). Saya memiliki ayah berdarah Jawa seperti orang kebanyakan. Sementara ibu saya menurut silsilah yang dimiliki Kakek (ayah ibu saya) masih ada darah keturunan Rasulullah. Kakek saya bernama Salim Ba'agil. Ibu saya bernama Fathimah Ba'agil. Hanya sayangnya menurut kakek saya itu, saya tidak bisa mengaku cucu Rasulullah karena saya memiliki garis keturunan dari ibu.


Apakah mungkin karena dari keturunan ibu saya tak bisa bernasab kepada Rasulullah? Padahal Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husein itu adalah cucu Rasulullah dari Sayyidatina Fathimah, putri Rasulullah, bukan dari anak laki-laki. Mohon penjelasan tentang hal itu. Sebab bagaimanapun, menjadi cucu Rasulullah adalah kebanggaan tersendiri, meski bukan untuk kesombongan. Demikian pertanyaan saya, atas jawaban kami sampaikan terima kasih. Wassalaamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Hariq Sa'adi

Jawaban:

Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Saudara Hariq Sa'adi, harap diketahui, satu-satunya keturunan seorang perempuan yang diakui sebagai keturunan Baginda Rasulullah (saw), hanya keturunan dari Sayyidatina Fatimah az-Zahra. Rasulullah bersabda, "Allah (Swt) telah menjadikan keturunan para Nabi (generasi setelah sahabat) dari seorang putranya. Sedangkan Allah (Swt) menjadikan keturunanku dari Fatimah."


Status Sayidatina Fatimah ini, kedudukannya, dianggap oleh Allah (Swt) sebagai sempalan daging dari Baginda Rasulullah (saw). Sehingga sama kedudukannya dengan kaum lelaki.


Beberapa kelebihan yang ada pada diri Sayyidatina Fatimah, antara lain, beliau adalah seorang wanita yang tidak pernah mengalami haid. Beliau juga seorang wanita yang tidak mengalami kedi (jenis lain dari haid yang keluar melalui keringat yang baunya amis). Orang yang tidak haid—kecuali Fatimah (as)—biasanya tidak bisa melahirkan. Inilah bedanya antara Sayyidatina Fatimah dan wanita yang lain. Hal ini memperlihatkan betapa pembibitan seorang Fatimah cukup kuat seperti pembuahan seorang laki-laki.


Jadi secara keturunan, ibu kakek Salim tidak sama dengan Sayyidatina Fatimah. Tapi tidak tertutup kemungkinan bahwa anak si Salim adalah cucu Nabi dengan dasar tidak batal wudhu (masih dalam garis keturunan) dengan Rasulullah (saw). Fatimah (as) juga seorang wanita yang dirinya dijaga oleh Allah (Swt) dari api neraka. Ini dapat dilihat dari makna kata fathama, yang berarti diselamatkan dari api neraka (fathama an-när).


Mesti juga diketahui, setiap cucu tidak selalu menjadi pelanjut keturunan. Karena pelanjut keturunan selalu disahkan dari kaum laki-laki. Tapi, bagaimanapun Anda tidak lepas dari cucu Baginda Rasulullah. Status cucu Anda tetap, hanya saja Anda tidak termasuk pelanjut nasabnya.
Posted by QuranSains at 2:25 AM

Wirid Ketenagan Dibalik Kemewahan

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Saya seorang pekerja pada sebuah perusahaan asing. Alhamdulillah, secara finansial tak berkekurangan, bahkan berlebihan. Beberapa benda yang sifatnya kemewahan sudah saya miliki, dan itu terasa biasa saja.


Hanya saja, saya merasa ada yang hampa. Batin saya gersang, hati saya gundah. Tidak ada ketenangan atau rasa cukup. Dulu, orangtua saya melarang membaca wirid. Lantas, melalui seorang teman saya diberi wirid dengan membaca La ilaha ilallah serta la hawla wala quwwata illa Dibaca sehari sebanyak 100 kali. Tiba-tiba ada perubahan dalam diri dan hati saya.


Apa yang sebenarnya yang saya alami dan rasakan? Adakah memang wirid itu bisa menenangkan batin saya? Jika benar, saya bahagia sekali, dan bolehkah saya amalkan seterusnya? Lantas, dapatkah memberi saya wirid lain untuk ketenteraman batin saya yang sangat sibuk memburu dunia ini? Atas jawabannya, saya ucapkan terima kasih. Wassalamualaikum Warahmatullahi wabarakatuh.

Lia Zulfikar

Jawaban:

Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Ananda Lia, yang membuat ketenangan dalam batin pada dasarnya karena Ananda mau mendekatkan diri kepada Allah. Mau bertawasul dan berkenan mengagungkan Allah kepada diri sendiri. Hal itu juga difirmankan oleh Allah, 'Ala bidzikrillahi tathma'innul qulub (Ingatlah, berzikir kepada Allah akan menenangkan hati). Kalau Ananda mau mengamalkan dan meneruskan wirid itu secara teratur dan terus-menerus (utamanya usai shalat lima waktu), Ananda akan lebih mendapatkan ketenangan lagi. Untuk bacaan wirid dari saya, cobalah Ananda membaca surah Al-Inshirah atau Alam Nasrah sebanyak tiga kali setiap selesai shalat lima waktu. Insya Allah ketenangan yang Ananda harapkan akan segera Ananda dapatkan. Selamat mengamalkannya.

No comments:

Post a Comment