Saturday 27 February 2010

HAKIKAT UMUM - QURAN-ET SAINS 12

# Mencari Berkah di Makam
# Amalan Untuk Mendapat Pekerjaan
# Antara Dunia dan AKhirat
# Pengertian Dzikir Sampai Gila
# Indra Keenam Lewat Dzikir Thoriqoh
# Ingin Masuk Thoriqoh Sadziliyah
# Pengertian Ma'rifat dan Tajalli

Mencari Berkah di Makam


Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Saya pernah diajak Kakek ngalap berkah ke makam Sunan Kalijaga di Kadilangu, Demak. Namun, di sana, Kakek hanya menaburkan kembang dan mengucapkan sesuatu yang saya tidak mengerti. Kemungkinan doa atau semacam wirid. Hingga Kakek meninggal, belum sempat saya tanyakan apa yang beliau baca itu. Karena itu, lewat surat ini, saya ingin bertanya. Sebetulnya apa yang harus dilakukan ketika mencari berkah di makam para wali? Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.

Adi Setiawan

Jawaban:

Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Perlu diketahui, barakah itu mutlak milik Allah Subhanahu wa Ta'ala. Ngalap berkah kepada orang-orang yang dekat kepada Allah (Swt), maksudnya ngalap berkah kepada orang-orang yang telah mendapatkan barakah dari Allah, sehingga hidupnya bermanfaat, banyak amalnya. Karena itulah, selain hidupnya barakah, ilmu yang diajarkan juga membawa barakah. Terbukti dengan banyaknya murid yang mengikuti jejaknya, dan murid itu pun mengajarkan ilmunya kepada murid-muridnya, dan seterusnya.

Kalau berziarah kepada aulia, para wali, jangan lupa, yang utama adalah belajar mengoreksi diri atau introspeksi diri sendiri. Pertama, kita patut merenung tentang pemilik makam yang kita ziarahi. Meski sudah dikubur, beliau tetap mendapat kehormatan dari keluarga, para murid, serta umat Islam, dikunjungi dan didoakan. Kedua, kita harus ingat, ketika melihat makam tersebut, kita juga sadar bahwa nantinya kita pun akan menemui ajal, sebagaimana pemilik makam tersebut. Jadi, yang terpenting adalah, apakah kita sudah menyiapkan bekal untuk menuju alam akhirat. Dan, apakah bekal kita sudah cukup untuk menghadapi pertanyaan malaikat serta timbangan amal di akhirat nanti.

Ketika di makam itu, bacalah Al-Qur'an, dzikrulláh, dan shalawat. Pahala-pahala bacaan itu semoga menjadi penyebab turunnya rahmat dari Allah (Swt). Diharapkan, pahala bacaan itu akan menambah pahala kepada orang yang diziarahi, dan nantinya akan mengalirkan pahala kepada yang menziarahinya. Itulah di antaranya hikmah yang dapat kita petik dari ngalap berkah di makam para wali.
Posted by QuranSains at 5:27 PM

Amalan Untuk Mendapat Pekerjaan


Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Saya sudah menganggur selama tiga tahun setelah di-PHK dari kantor saya. Rasanya sulit sekali mencari pekerjaan, sedang saya sudah melamar ke mana-mana, tetapi belum berhasil. Saya juga sudah mencoba berdagang kecil-kecilan, tetapi selalu rugi. Mohon amalan dan doa supaya cepat mendapat pekerjaan tetap yang barakah. Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.

Abdullah

Jawaban:

Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Manusia hidup memang wajib mencari nafkah. Namun dalam mencari pekerjaan, tidak mesti hanya menjadi pegawai, negeri ataupun swasta. Banyak pekerjaan lain yang bisa dilakukan, yang penting halal dan baik.

Mencari ilmu sejak muda merupakan bekal hidup di dunia hingga akhirat. Dari ilmu atau keterampilan yang kita miliki secara individu, kita bisa menjadi manusia yang profesional, yaitu menekuni pekerjaannya sendiri—apa pun jenis pekerjaannya. Janganlah cepat mengeluh atau putus asa dalam menghadapi gelombang kehidupan ini. Saya yakin, di dalam kehidupan ini manusia tidak akan selalu menangis, karena Allah Ta'ala tidak mempunyai sifat ingkar janji kepada orang yang bertaqwa kepada-Nya. Karena itu, berusaha, walaupun berdagang kecil-kecilan, misalnya, lebih baik daripada tangan di bawah.

Saya dorong, sesuai dengan janji Allah bahwa barangsiapa bertaqwa, maka akan diberi segala kemudahan, entah itu kemudahan akhirat dulu yang diberikan, atau kemudahan duniawi. Atau sebaliknya. Kita harus bersabar.

Selanjutnya, orang-orang yang dekat kepada Allah (Swt) akan diberikan kelapangan setelah menempuh kesulitan. Apabila kita menemui gelombang dalam menempuh bahtera kehidupan, tidak akan selamanya gelombang itu akan mendera kita. Nanti akan kita temukan arus tenang yang akan menghantar kita kepada kebahagiaan dan ketenangan.

Yang penting, sejauh mana keyakinan kepada Allah (Swt), setelah kita menghadapi segala gelombang atau cobaan kehidupan itu. Saya sarankan, jangan lupa kalau malam menjalankan shalat Tahajud. Mendekatkan diri kepada Allah, dan mohon kepada Allah untuk tiga perkara: minta barakah umurnya, rezeki yang barakah, dan putra-putri yang membawa berkah.

Satu lagi permintaan kepada Allah (Swt), supaya kehidupan kita diatur oleh Allah, sehingga dapat menemukan kebahagiaan di dunia maupun di akhirat. Maka, jangan lupa membaca surah Al-Quraisy 21 kali setiap habis Maghrib, karena sabda Nabi (saw), "Barang siapa membaca surah Al-Quraisy 21 kali, akan dijauhkan dari segala bentuk kefakiran." Arti kefakiran itu sangat luas, seperti fakir ilmu, fakir pekerjaan, dan fakir harta benda.
Posted by QuranSains at 5:24 PM

Antara Dunia dan AKhirat

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Kalau kita telaah sejarah wali, dalam kehidupannya, ada yang menghargai dunia dan ada yang tidak. Yang menghargai dunia berargumen, walaupun memiliki harta banyak, hati mereka tidak terpengaruh, tidak terikat pada dunia. Sebaliknya yang tidak menghargai dunia beralasan, kalau orang menghargai dunia, mustahil hatinya tidak terikat dengan dunia.

Tetapi mereka, baik yang pro maupun yang kontra, memiliki kesamaan dalam menata hati. Hati bagi mereka harus suci, hati sebagai alat untuk makrifatullah dan tidak boleh dikotori oleh nafsu duniawi, karena akan membutakan mata hati untuk lebih mengenal Allah. Bagaimanakah pendapat untuk menjembatani dua kecenderungan amaliah wali yang terkesan berseberangan ini. Untuk masa sekarang, mana yang terbaik untuk diteladani? Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.

Lisa Febrianti Karyasari

Jawaban:

Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Sebenarnya para waliyullah tersebut sama dalam memandang dunia. Zuhud adalah dasar utama untuk mengantisipasi kecintaannya kepada dunia. Tetapi tidak berarti meninggalkan syariat. Siapakah yang tidak ingin berzakat dan berhaji? Bukankah keduanya memerlukan dunia sebagai sarananya?

Jelasnya, waliyullah tidak meninggalkan syariat Yang Mahakuasa dan Rasul-Nya. Mereka berikhtiar sebagaimana layaknya manusia hidup. Mereka mengerti, sungguh, dunia ini menyebabkan kelalaian dan kesombongan. Dari itu mereka menjauhkan hatinya dari cinta dunia.

Tiada kecintaan terkecuali kepada Sang Pencipta dan Rasul-Nya. Karena itu hanya keabadian yang dicintainya. Berbeda dengan dunia yang tiada berkekekalan. Setiap wali, setinggi apa pun ketinggian derajat yang diperolehnya, tetap merasa fakir di sisi-Nya. Karamah yang luar biasa bagi mereka justru makin membuat malu kepada Al-Khalik. Apa artinya dunia ini dibandingkan dengan derajat dan karamah serta kedekatan kepada Allah (Swt) sehingga dia diangkat sebagai para kekasih-Nya. Baik bagi yang diberi kekayaan maupun yang fakir, keduanya melahirkan rasa syukur. Syukur yang pertama, rezeki yang didapatkan tidak mengubah hatinya dalam mencintai Allah. Sedangkan bagi mereka yang fakir, dunia tetap disyukuri, walaupun keberadaannya kecil. Bagi para wali, kekayaan dan kefakiran tidak ada artinya. Yang memiliki kekayaan tidak berarti memiliki kepuasan, karena dalam hatinya tetap merasa fakir di sisi Allah.

Manakah yang patut diteladani? Semuanya dapat diteladani. Lihatlah Nabi Daud dan Nabi Sulaiman (as) yang tercatat sebagai seorang Nabi dan Raja kaya raya. Apakah kedua nabi itu lebih utama dibanding nabi yang lain? Tentu tidak. Semuanya memberikan keteladan dalam kebaikan. Sama seperti para pewarisnya, para ulama dan para wali.
Posted by QuranSains at 5:23 PM

Pengertian Dzikir Sampai Gila

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Seorang guru tarekat memberi keterangan bahwa membaca zikir La ilaha iallah dalam sehari semalam tidak boleh lebih dari 12.000 kali. Kalau melebihi, bisa berakibat gila. Benarkah hal itu? Lalu bagaimana bila dikaitkan dengan Hadist, "Perbanyaklah zikir sampai kamu gila?" Demikian pertanyaan ini, atas jawabannya saya ucapkan terima kasih. Wasalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Bambang Hartono

Jawaban:

Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Saudara Bambang, ada bacaan tertentu yang harus Anda perhatikan. Misalnya, bacaan kalimat La ilaha illallah, bacaan Allah, kalimat yang mengandung Asma al-Husna, atau wirid yang mengandung ayat Al-Qur'an. Semua itu harus diperhatikan, karena mengandung asnar atau rahasia karena di dalamnya mengandung magnet yang tinggi, tergantung besar-kecilnya, sesuai pemberian Allah (Swt).

Hal itu tidak diketahui oleh semua ulama. Yang mengerti hanya sebagaian besar kalangan para wali. Saya ambilkan contoh yang mudah dipahami, misalnya obat-obatan. Dari tablet sampai kapsul, yang mengerti dosis-dosisnya adalah dokter. Bila si peminum obat mengalami overdosis, pasti akibatnya kurang baik. Kekuatan zikir lebih dari itu. Bila tubuh dan batinnya kurang kuat menerima asrar-nya, maka akan timbul perbuatan ganjil atau tidak pada tempatnya. Terkadang yang mengamalkan tidak merasa. Untuk itu perlu batasan dalam dosisnya.

Adapun terkait Hadist yang Anda tanyakan, yang dimaksud sampai gila adalah cinta yang luar biasa. Sebab, bila zikir dibaca dengan baik, ia mampu menumbuhkan cinta yang amat kuat kepada Allah, juga tumbuh rasa khawf (takut) bila imannya meluntur atau tipis, yang berakibat dirinya jauh dari Allah dan Rasul-Nya. Maka gandengan kalimat khawf adalah raja' (pengharapan) yang penuh. Tiada yang bisa diharapkan terkecuali Allah, baik untuk bersandar, berteduh, berlindung maupun memohon. Yang ditakutkan adalah mati dalam keadaan su’ul khatimah (akhir kehidupan yang jelek), dan yang diharapkan yaitu mati dalam keadaan husnul khatimah (akhir kehidupan yang baik). Selain dari khawf, raja, ada juga haya’, yang artinya malu kepada Allah. Dia malu bila berbuat maksiat, malu bila akhlaknya dan budi pekertinya tidak terpuji kepada Allah, Rasul-Nya, para sahabat, para wali, dan para ulama. Itulah yang terkandung dalam Hadist tersebut. Jadi bukan gila dalam pengertian penyakit dan bukan pula gila dalam pengertian meninggalkan syariat atau sunnah, akhlak dan adab Nabi (saw).

Orang yang gila (tergila-gila) atau gandrung kepada Allah jauh berbeda dibanding gila karena maksiat. Biasanya orang yang gandrung dengan pacarnya, akan berpakaian rapi, menggunakan parfum, berbuat apa saja untuk mendapat simpati dan cintanya. Padahal bila sudah tercapai, orang yang dicintai dan dinikahinya itu, tidak bisa menjamin akan selamat dari api neraka, atau menjadi jaminan masuk surga. Tetapi, kalau kita gandrung dengan Yang Menciptakan surga, pastilah kita akan didekatkan dengannya, masuk surga.
Posted by QuranSains at 5:14 PM

Indra Keenam Lewat Dzikir Thoriqoh

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Saya ingin bertanya perihal memiliki indera keenam, itu apakah bisa diupayakan dengan mengamalkan zikir tarekat? Kalau bisa, bagaimanakah caranya? Sekian, terima kasih. Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.

Nana Zulvana

Jawaban:

Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Saudara Nana, bagi kalangan ahli tarekat, indera keenam bukanlah tujuan. Termasuk, misalnya, agar diangkat menjadi wali Allah, atau bahkan mendapatkan karamah. Waliyullah berbondong-bondong menuju jalan Allah agar ia bisa dekat di sisi-Nya. Ada keinginan untuk meningkatkan sifat kekawulaannya, atau kehambaannya.

Mereka menganggap penting untuk bisa berkhidmat kepada Yang Mahakuasa. Mereka tidak mengharap bisa menjadi wali atau mendapatkan indera keenam, dan sebagainya. Sebab hal-hal yang demikian itu bukan miliknya, tapi semata pemberian Allah (Swt). Maka tujuan mendekat kepada Allah dalah bagaimana agar dapat menggapai ke ridhaan-Nya, mendapat ampunan, dan yang paling utama adalah bagaimana keluar dari dunia yang fana ini dalam keadaan tidak terlepas kedekatan mereka pada Allah (Swt) dan Rasul-Nya.

Adapun kemungkinan mencapai indera keenam, yang bisa kita lakukan adalah berusaha dengan tekun membersihkan hati dari amarah, mengendalikan nafsu dan rada’il (sifat-sifat yang tidak terpuji) yang melekat di hati. Terutama takabur, ujub (bangga diri), dan sebagainya. Secara umum sifat-sifat ini merusak iman, dan bisa menjadi hijab (penghalang) sehingga indera keenam sukar terbuka. Makanya, zikir dan pendekatan diri kepada Allah (Swt) adalah upaya untuk mengikis habis hal-hal yang menyebabkan ketakaburan dan sebagainya itu, yang semuanya bersumber dari kelalaian diri dan kelalaian hati kita kepada Yang Mahakuasa. Lalai bahwa kita sebenarnya dilihat oleh-Nya, lalai bahwa kita sesungguhnya didengar oleh-Nya. Lalai bahwa apa yang kita miliki, termasuk ilmu, dan kemampuan menjalankan perintah Allah, semata-mata karena pemberian-Nya. Kalau kita sudah bisa berdekatan dengan Allah (Swt), otomatis akan terbuka sendiri tirai penghalang itu. Tanpa harus kita cari, dan tanpa kita kejar.
Posted by QuranSains at 5:02 PM


Ingin Masuk Thoriqoh Sadziliyah


Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Sebagai seorang muslim, saya ingin mengerjakan ibadah dengan khusyuk, agar lebih dekat lagi dengan Allah (Swt). Tetapi saya sangat sulit untuk mendapatkan kekhusyukan. Terutama ketika menunaikan shalat fardu. Kemudian saya membaca majalah. Pada sebuah rubrik Konsultasi Spiritual itu, ada pertanyaan salah seorang bahwa ada tarekat yang ringan yaitu tarekat Sadziliyah. Saya mohon jika berkenan memberikan bacaan zikir tarekat Sadziliyah tersebut kepada saya. Atau kepada siapa saya harus belajar tarekat tersebut. Atas perhatian dan bantuan, saya haturkan terima kasih. Waalaikum-salam warahmatullahi wabarakatuh.

Rony Abdul Qodir Jaelani

Jawaban:

Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Saya ikut bersyukur dengan niat baik yang ada di hati Saudara. Saya berdoa, semoga keinginan Anda dapat segera terlaksana dengan baik, secepat mungkin. Sebelumnya patut Anda pahami, tujuan tarekat adalah menjaga agar hati tetap bersih. Terhindar dari sifat lalai kepada Allah dan RasulNya. Karena lalai pada Allah dan Rasul-Nya menyebabkan tumbuhnya sifat tak terpuji. Yaitu, sifat yang tidak dikehendaki oleh Allah dan Rasul-Nya, seperti riya' (gemar pamer), sombong, dengki dan sebagainya.

Sifat-sifat itu menyebabkan kesukaran menemukan kekhusyukan. Sedangkan kekhusyukan itu munculnya dari hati. Bagaimana cara menemukan kekhusyukan adalah bagaimana menumbuhkan perasaan bahwa ibadah kita tengah didengar dan dilihat oleh Allah. Itulah rahasia pertama kunci kekhusyukan. Yaitu munculnya rasa didengar dan merasa dilihat oleh Allah (Swt).

Untuk menumbuhkan itu, mari kita belajar memoles hati, mengukir hati dengan kalimah jalallah yaitu kalimat La ilaha illallah. Insya Allah akan menumbuhkan kekhusyukan karena kita akan merasa selalu dilihat dan didengar oleh Yang Maha Esa. Apabila sudah tumbuh perasaan selalu didengar dan dilihat oleh Allah, niscaya keinginan melakukan sesuatu yang merugikan agama, diri dan bangsanya, dapat dikekang, seiring dengan tumbuhnya rasa malu terhadap Allah (Swt).
Saya berharap, Anda segera memilih dan masuk salah satu tarekat. Ada beberapa yang bisa dipilih. Tarekat Sadziliyah memang terkenal ringan. Syattariah juga ringan, Alawiyah juga ada. Semua tidak terlepas dari tuntunan Nabi Muhammad (saw).

Cobalah Anda cari di sekitar Anda. Barangkali ada murid Abuya Dimyati Pandeglang bisa menuntun, atau mungkin, ada yang bisa mewarisi tarekatnya. Atau juga ada orang-orang di sekitarnya yang mungkin sudah mendapat izin untuk membaiat dan mengijazahi pengikut tarekat Sadziliyah. Mohon maaf, saya tidak dapat membantu seperti keinginan Saudara, untuk memberikan ijazah. Yang namanya tarekat, tidak bisa hanya melalui surat atau hanya mengijazahi melalui surat. Sebab ada ikatannya, seperti Rasulullah membaiat para sahabat.
Posted by QuranSains at 4:57 PM

Pengertian Ma'rifat dan Tajalli

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Dalam tasawuf dikenal istilah syariat, tarekat, hakikat dan makrifat. selain itu tahalli, takhalli, dan tajalli. Makrifat dan tajalli adalah puncak tertinggi seorang sufi. Untuk memahami kedua istilah di atas, kiranya ada dua hal yang mungkin dapat berikan berupa pencerahan atau solusi yang tepat. Apakah perbedaan makrifat dan tajalli itu? Metode atau ritus apa yang dapat mengantarkan seorang sufi mencapai makrifat dan tajalli? Terima kasih atas jawaban pengasuh. Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.

Muhammad Nasim

Jawaban:

Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Makrifat adalah sumber utama mencapai tajalli, takhalli dan tahalli. Tapi bagaimana bisa mencapai makrifat kalau tidak bertarekat. Artinya bertarekat dahulu, agar dapat memecahkan satu rekor, yaitu makrifat. Makrifat adalah bertambahnya pengertian dan pangaweruh. Apa sajakah kewajiban hamba kepada Tuhannya serta apa sajakah kewajiban makhluk terhadap Khaliknya. Pengertian hubungan makhluk dan Khalik disebut makrifat. Di sinilah letak perjalanan itu. Kalau sudah bisa menggapainya niscaya akan merasakan tajalli. Kalau sudah bisa merasakan tajalli akan takhalli, dan sebagainya sesuai kenaikan berzikir dalam makrifat.


Tajalli itu artinya meraih kemuliaan di sisi Allah, atau keluhuran. Saat mencapai tingkatan itu, hati akan merasa sepi. Yaitu, sepi ing pamrih rame ing gawe. Namun yang sebenarnya, makna tajalli sangat luas. Ini bahasa tasawuf dalam tarekat. Kalau hati bisa meletakkan sepi selain Allah itu artinya akan menemukan satu takhalli. Yaitu satu kenikmatan, kelezatan, satu kemanisan karena bisa melepaskan semuanya selain Allah dan Rasul-Nya.


Tapi bagaimana kita bisa mencapai tajalli, takhalli, tahalli, dan sebagainya tanpa berangkat dari makrifat terlebih dahulu? Mana mungkin akan mencapai makrifat tanpa dari tarekat itu sendiri? Karena semua itu buah tarekat.


Baik tahalli, takhalli maupun tajalli itu adalah buah tarekat. Dan tarekat adalah buah syariat. Jadi tidak bisa dipisah-pisahkan antara syariat, tarekat dan hakikat. Hakikat menemukan mutiaranya. Untuk bisa mencapai hakikat menemukan mutiaranya, harus benar-benar pandai menyelam. Nah, adanya mutiara itu pasti di tengah lautan yang memerlukan syariat. Syariat adalah lautnya dan perjalanannya untuk mencapai ke tengah lautan itu adalah tarekat.

No comments:

Post a Comment