Saturday 27 February 2010

HAKIKAT UMUM - QURAN-ET SAINS 8

# Misteri Angka 7
# Kisah Bani Adam dan Hawa Dari Zaman Batu Hingga Ab...
# Dasar Yang Kokoh untuk Menjadi Umat Islam yang Ban...
# Mengembangkan Akhlak Muhammad
# Kesaksian Bukan Pembuktian

Misteri Angka 7

1. Sweet Seven Teen
2. 7-Up
3. Seven Heaven
4. Seven Sky
5. Seven Habbits
6. Sheila on Seven
7. DLL

Dan entah berapa banyak istilah yang dinyatakan orang yang disertai dengan hitungan 7 atau Seven termasuk, tentu saja Tujuh Langit Bumi dan Puyer Bintang Toedjoe, jamu gendong terkenal di Indonesia. Apa memang benar 7 itu nomor keberuntungan? Semisterius apa bilangan 7 ini? Apakah memang penuh misteri atau mata hati dan akal pikiran kita saja yang sebenarnya sudah tertabiri 7 langit bumi hawa nafsu kita sendiri?

Angka ini semisterius pengetahuan kita tentang agama dan sistem ilmu dasar kita. Dulu, filsuf-filsuf Yunani terpaku dengan keajaiban angka 7 ini. Kalau dilihat-lihat sih, emang ajaib dan bentuknya mirip huruf "L" atau siku-siku yang juga menjadi huruf tengah dari kata "KNOW-L-EDGE". Nah, pagi ini saya dapat SMS matematika dari 2728 (kalau mau coba lihat REG MAT 2728)
isinya kira-kira:

"MAT: Bermain dengan umurmu. Kalikan umurmu dengan 7, lalu kalikan hasilnya dengan 1443. Hasilnya adlh umurmu berulang 3 kali. Cth:
18x7=126,126x1443=181818"

Nah ajaib khan. Saat yang sama, saya juga menerima sms SAINS dari nomor yang sama (silahkan coba di REG SAINS 2728), isinya :

"Pertumbuhan kerang amat lambat shg diperlukan waktu 100thn utk btumbuh 1 cm (10 mm). Walaupun lambat dlm btumbuh, kerang adalah spesies dgn masa hdp terpanjang".

Byarr !!!, "Umur" ,"kerang", dan "ukuran satu abad" nampaknya sangat erat kaitannya. Hubungan-hubungan itu nampaknya berkaitan dengan usia manusia yang pendek dan usia kerang yang panjang. Setahu saya, ada kerang yang sudah menjadi ikon umum misalnya kerang Nautilius yang bentuknya seperti angka "6" atau "9" dan konon konstruksi dalamnya yang berbentuk seperti obat nyamuk memenuhi kaidah universal yang disebut bilangan GOLDEN RATIO yang merupakan bilangan transenden keseimbangan tanpa cacat (Qs 67 ayat 3 & 4,jumlahnya 7 lagee).


Apakah hubungan antara citra kerang Nautilius yang unik dan telah digunakan sebagai bagian dari teknik memetakan Piramida di Mesir dengan usia kita, umur kita, cara kita menghitung SATU ABAD, dan tentunya ilmu pengetahuan kita sebagai Pengetahuan Nabi Adam a.s?

Nampaknya ada. Iseng-iseng saya elaborasi lebih jauh bilangan 7 ini, tapi kali ini dengan cara mengaitkan dengan umur. Hanya saja nampaknya rumusan 7 dan 1443 yang menghasilakn 3 kali umur kita itu cuma berlaku di kisaran 10 sampai 99 saja. Kalau dibawah 10 didapat susunan bilangan antara misalnya umur 1 tahun adalah 10101 (221), umur 9 tahun 90909 (189, komposisi 221). 1+2+3....+9= 45 yang dapat dibaca sebagai ADM (Alif(1),Dal( 4),Mim(40) ) atau dibaca ADAM.

Bilangan dari 10 sampai 99 memenuhi kaidah 7 dan 1443, sedangkan bilangan 3 dijit dari 100 sampai 114 dan mungkin seterusnya juga tidak konsisten. Di bilangan 100 (jadi pas dengan umur kerang yang cuma bisa panjang 1 cm per 100 tahun), hasilnya adalah bilangan 1010100. Bilangan ini seolah-olah membatasi ukuran yang konsisten dari ketentuan bilangan 7 itu. Dan dari bilangan ini pula nampaknya 7 secara definitif adalah ukuran atau tahap supaya Citra Golden Ratio Tampil sebagai sunnatullah yang pasti bagi manusia yang matanya berbentuk hexel atau garis segi 6 :

4+3=7

Jadi 1010100 dipisahkan menjadi 4 dan 3 dijit 1010 dan 100, lantas 1010 dipisahkan lagi dengan 2 dan 2 atau 22, didapat 10 dan 10. Konsistensinya adalah konsistensi yang sesuai dengan 2 tangan dan kali kita yang mempunyai 20 jari atau komposisi al-Kursy 255 dan 255.

Wah ini semakin ajaib bahwa QS 2:255 adalah penjelasan tentang telapak tangan dan kaki kita yang bisa jadi melakukan sesuatu yang baik atau buruk. Pantes saja kalau al-Kursy digunakan untuk mencegah gangguan psikologis yang bisa membuat kita berbuat jahat. Tangan kita adalah ujung dari bersitan hati yang ditetapkan oleh Pencipta Kita. Setelah Ilham Ilahi jatuh diatas hati kita, bagaikan tetes air yang jatuh, maka bersitan ilham itu pun meluas menjadi hasrat, terus keinginan, kehendak, kekuasaan, tindakan individual dan akhirnya menjadi tindakan kelompok sebagai suatu masyarakat. RahmaatanLil ‘Aalamin pun bisa semakin nyata.

Kalau kita sambungkan 22 dan 7 menyatakan definisi perbandingan antara keliling lingkaran dengan diameternya. Dari sini kita dapatkan bilangan ajaib yang misterius pula yaitu 22/7=3,1428571. ..Ini bukan bilangan rasional tapi bilangan REAL yang dipotong di dijit ke-7 di belakang koma (kalau komanya kita tulis 9, hmmm).

Hasilnya adalah .....SXXG... RXXL yang tidak lain adalah CXXXN SXXI. (XX nya silahkan pikir sendiri kira2 hurufnya apa? hahahahaha). Terus kalau kita tulis 227 didapat pengertian lingkaran Nyata yang sempurna dalam ukuran tertentu yaitu sebagai lingkaran al-Hajj.(QS 22).

Kalau kita tambahkan lagi 10+7, didapat 17. Eit, yang ini disebut istimewa karena 17 adalah koefisien sholat 5 waktu selama 24 jam dan tanggal kemerdekaan RI yang dulu dinyatakan pada tanggal 17-8-1945, semuanya angka yang berhubungan dengan suatu keberuntungan. 17 juga dikenal sebagai suatu koefisien yang menyatakan suatu perkiraan atau taksiran tentang bilangan prima 2 dan 3 92+3=5). Namanya Golbach Conjecture (orang bule emang suka main stempel aja kali ya, ini enakan disebut Taksiran Ibu Jari dan Telunjuk Bani Adam) dimana nilai koefisiennya adalah 13 dan 4 menjadi :

13+4=7 dan 13x10+4=134.

Rangkaian bilangan ini menyatakan 13 benda langit di tatasurya (dengan Komet Halley, Planet X dan Asteroid) dan 4 tatanan diatasnya yaitu : Galaksi Bima Sakti, Kumpulan Galaksi, Alam Semesta Global, dan akhirnya yang membuatnya. Atau setidaknya Dia yang membuat makhluk seperti kita yang mampu merekonstruksi ulang Pengetahuan Tentang Dia yaitu Allah dengan 7 Asma dan SifatNya. Nah mulai ngeh, surat al-Fatihah mempunyai 7 ayat pun menyatakan simbolisme bilangan 7 sebagai bilangan ajaib. Setidaknya, sejauh ini manusia menyatakannya ajaib seajaib dirinya.

1) Bisa melihat,
2) Bisa mendengar,
3)Bisa menyentuh,
4) Bisa menyayangi
5) Bisa merasakan
6) Bisa tertawa
7) Dan, bisa mencintai.

7 keajaiban dunia ternyata BUKAN:

1) Piramida
2) Taj Mahal
3) Tembok Besar Cina
4)Menara Pisa
5)Kuil Angkor
6) Menara Eiffel
7) Kuil Parthenon

BUKANNNNNNNNN. TAPIIIII KITALAH SI MAKHLUK AJAIB ITU, saking ajaibnya kita, entah idiot , rendah hati atau memang kebangetan bebalnya sampai lupa menjadi makhluk paling ajaib di alam semesta ini setelah Allah, Pencipta Semua Makhluk.

Walhasil, 7 tahap juga dilalui mulai dari jatuhnya Pesan Allah menjadi tindakan kita. Namun, tindakan yang dilakukan kita setelah melalui fase ke-1 yaitu jatuh di hati melalui suatu medan energi di dalam tubuh yang disebut Wa Nafsi. (simak QS 91:7-10)

Peperangan pun terjadi mulai dari tahap ke 2 sampai ke 7 berupa bolak-baliknya niat. Kalau misalkan ilham itu tidak dijaga lurus dengan kondisi jiwa dan raga yang prima maka ilham yang dinyatakan dapat muncul sebagai suatu tindakan kita. Meskipun ilham bersitan awal mengalir dari hati, ketika melalui terminal hasrat mengalami kontaminasi karena adanya gesekan dengan Wa Nafsi manusia yang dalam perkembangannya mengalami banyak godaan dari kiri, kanan, depan maupun belakang (Qs 17:7 (tujuh lageee)).

Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka,dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat). (QS 7:17)

Karena itu, tanggung jawab semua perbuatan manusia jatuh pada individu yang melakukan tindakan tersebut (jadi jangan salahkan Allah lho, karena Dia sudah memberikan peringatan melalui Nabi dan RasulNya). Kejadian buruk pun dialami seseorang bukan karena Allah menghendakinya terjadi namun kejadian buruk terjadi karena manusia tidak lagi selaras dengan ilham yang dititipkan Allah, baik ilham yang sudah jadi pengetahuan dan dijadikan pedoman, yang sudah menjadi barometer perintah dan laranganNya, maupun ilham yang ada setiap waktu sebagai dasar-dasar niat seseorang ketika melakukan aktivitasnya.

Sebab-sebab terjadinya distorsi dari llham murni sampai munculnya tindakan, mirip dengan gesekan-gesekan panas yang mengganggu kondisi psikologis kita, jika kita tidak menjaganya dengan melakukan kepatuhan kepada perintah dan larangan Allah, dan menerapkan proses perawatan wa nafsi kita dengan cara yang disarankan AQ yaitu Membaca pesan-pesanNya baik di diri sendiri maupun di alam semesta dengan jiwa yang dimurnikan.

Kalau perintah dan semua petunjuk yang ada di masing-masing kitab manusia dilaksanakan dengan benar dan pedoman yang benar, kelak yang bakal muncul adalah gambaran akhlak dari makhluk yang dimuliakan oleh Allah, seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah dengan sebutan Insaana Fii Ahsaani Taqwiim. Parameter baik buruknya, bagi Umat Islam sebenarnya sudah jelas kalau AQ dibaca dengan benar dan dilaksanakan dengan benar maka akan muncul manusia yang akhlaknya bercermin kepada Akhlak Rasulullah dengan gambaran yang disampaikan di QS 9:128-129.

Lantas apa urusannya semua kelipatan 7 ini dengan umur kita dan kerang yang cuma bisa mulur 10 mm setiap 100 tahun. Satu tahun dalam ukuran tahun matahari adalah 365 hari. Nah ini dia, sebenarnya. Apa ya artinya suatu umur atau Waktu? Adakah pengertian umur dan kerang berkaitan dengan bagaimana kita memahami suatu siklus di Planet Bumi yang posisinya adalah Planet ke-4 kalau matahari kita hitung nomor 1?

Weh, kombinasi yang menarik, 4 dan 7 menjadi 47 kalau kita gabungkan dan 4+7=11 kalau kita jumlahkan, sedangkan kalau kita kalikan 4x7=28 yang disebut sebagai bilangan sempurna:

1+2+4+7+14=28

Saya jadi geli sendiri karena bilangan ini adalah jumlah ruas tulang tangan saya sendiri yang suka nulis dan melakukan apapun juga. Coba lihat, Ruas Ibu jari : 2, Telunjuk 3, terus 3 jari lainnya juga beruas 3 sehingga:

2+3X4=14, 14x2=28

Kedua tangan kita yang menjadi al-Kursy adalah tangan yang dibangun oleh citra kesempurnaan bilangan 28. Disebut sempurna karena memenuhi kaidah 7 dan 2 dengan jumlah 9 dan pengurangan 5, hasil kalinya 9x5=45 alias Ilmu Bani Adam :

1+2+4+7+14=28, 28-14=14, 14/2=7 Nah angka 7 lagi…

Sebenarnya siapa sih angka 7 itu? Saya isengin lagi, kali ini menggunakan kaidah satu tangan, satu Telunjuk dan satu Ibu jari dengan 3 jari dilipat, didapat huruf L. Kalau L ini kita putar CCW didapat posisi angka 7. Kesimpulannya :

Manusia itu memang bisa jadi makhluk pinter dibandingkan makhluk lainnya, buktinya tak perlu diceritakan karena korbannya mulai dari puser bumi yang memuncratkan Lumpurnya seperti di Lapindo sampai Tuhan pun jadi korban manusia. Tapi meskipun begitu, pengetahuan manusia ternyata sebatas huruf L atau selebar saling tegak lurusnya Ibu Jari dan telunjuknya.

Dan dengan semua itu ia bisa menerima setitik debu Niat Ilahi yang dijatuhkan di hatinya, lantas dengan 7 tahap muncul menjadi tindakan-tindakan dan perilaku manusia yang saling menjalin untuk memaknai realitas hasil rekayasanya dari setitik niat yang mungkin berupa debu primordial penciptaan makhluk yang kemudian menjadi samudera dalam celupan 5 geometri dasar, 10 bilangan dan 28 huruf abjad.

Lebih dari itu manusia sesungguhnya hanya berangan angan saja atau sekedar berceloteh dengan membolak balik angka 0 sampai 9 dan abjad alif sampai ya atau a sampai z, dan bangunan dasar segi 3. Nah , lo….Tapi apa sebenarnya angka 7 ya. Hmm, coba hitung berapa tinggi telunjuk dan ibu jarimu….siapa tahu cocok….Kalau cocok, berarti kamu adalah keturunan Bani Adam eh,…..Bani Desimal dan Biner yang hitungannya cuma akurat sampai 7, lewat 7 misalnya 8x8=64 akan melalui wilayah distorsi realitas yang disebut runtuhnya papan catur karena 8x8=64 bisa dibuat menjadi 13x5=65 dengan lubang bolong ditengahnya (silahkan baca tulisan saya tentang runtuhnya papan catur).

Nah, ketahuan sekarang, mungkin hitungan basis 7 dan 1443 itu maksudnya begini:

Umur kamu kali 7 (sepanjang telunjukmu) kali 1443 hasilnya adalah bilangan XXYYZZ dimana XX=YY=ZZ ,jadi kalau umur 18, hasilnya 181818. 3 kali umurmu adalah realitas dari kehidupan yang dibagi menjadi alam rahim, alam dunia, dan alam barzakh sebelum dijebloskan ke alam lain yang disebut Surga atau Neraka dengan melalui al-Mizan dari Aziizul Hakiim.

Sekarang kita berada di alam ke-2 jadi 2 dijit di tengah, makanya realitas kita sebenarnya realitas 2 adalah 10 alias realitas 12 huruf yang nilainya 165 karena 165+12=177. (Mengenai apa arti 12 dan 165 ini silahkan cari tahu masa nggak tahu?)

Nilai al-Kursy yang kita miliki 177-10x10=77= 11X7 yang dibaca sebagai 11X=110=6 (6/2=111) + 7=13. Yang takut sama angka 13, mungkin saatnya periksa ke dokter karena ini termasuk gangguan psikis yang disebut Triskaidekaphobia ( lihat juga ini ) penyakit Phobia 13 alias Friday Thirteen atau Runtuhnya Realitas Papan Catur. Dunia kita memang seperti Catur Ilahi, kita cuma medium seperti wayang yang digerakkan oleh The Puppet Masters dengan 7 asma sifatNya, Allah,al-Rahmaanm, al-Rahiim, al-Hayyu-al- Qoyyum, al-Iradah-Al- Qudrah. Bagi susunan 7 Asma sifat itu dengan komposisi 1 dan 3 dijit 1+(2+2+2)=1+ 6=7, 1 dan 222=1+222=223 disebut dengan lafaz Arab jadi Alif Kaf Ba Ra atau AKBAR, ditulis diabad modern jadi 2x23 jumlah kromosom manusia dengan kromosom kepribadian kita adalah kromosom ke-11 di posisi 47 dengan satuan panjang 48, jadi total ada 3x48=96+48=144= 12x12, 12+12=24 huruf tauhid alias sehari semalam.

Realitas kehidupan kita sebenarnya cuma sehari semalam dengan kenyutan yang berulang secara harmonis. Kalau digambarkan mungkin mirip gambar tetes debu yang jatuh di kolam atau mirip efek doppler. Hari ini adalah hari ini, besok masih mimpi, kemarin sudah jadi cerita. Tapi semua itu kira rasakan sedemikian nyata banget ya sampai-sampai kita melihat ketuaan semua makhluk, keluruhan realitas makhluk sebagai Laam yang lahir, hidup, mati, dan kembali ke Bumi, dari debu menjadi debu, dari jiwa kemakhlukan menuju wilayah penghisaban. Sudah siap?

Debu adalah al-ha(5)ba(2) (31,2,5=31+7= 38) suatu zarah yang tak ada artinya bagi Allah, Rabbul ‘Aalamin, sehingga dari niatNya ia hanya hanya nyatakan bagai tetesan debu diatas samudera Cahaya di atas cahayaNya yang tak bertepi, semua makhluk adalah al-Haba, dan semua makhluk adalah “Abd Allah (70,2,4,66=142= 1+4+2=7) yang diciptakan sebagai bukti CintaNya semata karena dia adalah Dia, yang menganugerahkan 7 Asma dan Sifat yang terefleksikan pada al-Insaan sebagai citra PengetahuanNya dengan Qalb, al-Aql, dan Wa nafsi yang bisa dinyatakannya, baik dengan kejahatannya maupun ketaqwaannya (QS 91:7-10).

Melalui cahaya sang mentari (QS 91, As Syams) manusia kemudian memahami pesan-pesanNya yang tersandikan didalam selimut kemakhlukan, ada yang baik, ada yang buruk, ada yang berpikir dan memahami, ada yang hanya bertasbih saja, semuanya berada dalam genggamanNya karena hakikat kemahlukan bagai ikan dalam Bubu yang terendam dalam Celupan Pengetahuan Tauhid (Shibghatallahi, QS 2:138). Dan semua manusia yang berpengetahuan hakikatnya adalah Bani Adam dan Hawa, bani Abjad dan Desimal yang dinyatakan dari hembusan nafas Al-Rahmaan dari sebuah titik dibawah huruf “BA”: Bismilahir al-Rahmaan al-Rahiim, Kun Fa Yakuun. Maka semua makhluk diciptakan dengan Rahmat dan Kasih SayangNya. Sayyidina Ali KWJ pun pernah berkata:”Aku adalah sebuah titik di bawah huruf Ba”. Selebihnya, silahkan renungkan 7 ayat dalam surat al-Fatihah (Pembuka) sampai surat ke-114 yaitu an-Nass (Kehidupan Manusia) karena disanalah tersembunyi hikmah dan warisan kehidupan manusia yang semestinya tidak boleh ditinggalkan oleh semua umat manusia karena di 114 surat tersebut terdapat mutu manikam yang kilau kemilau bagai lentera di tengah kegelapan hawa nafsu umat manusia dewasa ini, dia adalah Dzikrul Lil Mukminun, Dzikrul Lil ‘Aalamin – Warisan Agung bagi umat manusia dari Nabi Muhammad SAW si Yatim Piatu, The 13th Warrior. Jadi,

“Nikmat mana lagi yang mau didustakan?( QS 55:13)”(55+13= 68,6+8=14, 14/2=7, 7/2=111)

Ayat ini, yang diuraikan di QS 55 syrat al-Rahmaan di QS 55:13 diulang sebanyak 31 kali dari 78 ayat di surat al-Rahmaan, seolah untuk mengingatkan manusia tentang kelalaiannya sendiri yang akan berakibat pada kemusnahannya sendiri atau keterhinaannya sendiri sebagai Asfaalaa Safiilin (sejelek-jeleknya makhluk ciptaan Allah) ketika semua nikmat Allah, Rabbul ‘Aalamin didustakan, diabaikan bahkan dimanipulasi untuk kepentingan-kepentingan hawa nafsunya semata. Padahal semua bukti kebenaran (al-Bayyinah, QS 98) tentang CintaNya ada di depan mata. Setiap hari mungkin dicelotehkan oleh kita, baik dengan kata-kata maupun dengan tangga nada bina vokalia :

7777777777777777777 77777777777
Do Do
7 Re Re 7
7 Mi 1 Mi 7
7 Fa Fa 7
7 Sol Sol 7
7 La La 7
7 Si Si 7
7 11 Do 9 7
7 Si Re 7
7 La Mi 7
7 Sol Fa 7
7 Fa 18 Sol 7
7 Mi La 7
7 Re Si 7
Do Do
7777777777777777777 77777777777

Tujuh tangga nada dasar alam semesta tersembunyi didalam 7 lapis jiwa manusia yang diselimuti nafsu ammarah sampai Sirr al-Asrar. Dapatkan jiwa kita menyanyikan tanpa nada putus dari DO sampai DO melalui kelembutan FA hingga cermin hati terbuka menjadi jendela untuk Melihat Wajah-Nya, baik di Bumi maupun di SurgaNya.

“Allah itu Ghaib tetapi Ghai-biin bagi orang yang mempunyai Pengetahuan (tentang DiriNya dan semua PenampilanNya)” (QS 7:7)
“Dan Dia menghitung segala sesuatunya satu demi satu (Qs 72:28)”
Posted by QuranSains at 5:46 PM
Kisah Bani Adam dan Hawa Dari Zaman Batu Hingga Abad Digital
Lama saya merenungkan apa sebenarnya hikmah Adam dan Hawa dalam sejarah kemanusiaan yang dikenal sampai hari ini yang penguraiannya bersandar pada simbol, geometri, bilangan dan abjad. Kita disebut Insaana Fi Ahsaani Taqwiim dengan kekhasan sebagai Bani Adam dan Hawa atau Bani Desimal dan Abjad sebagai makhluk yang tercelup, tenggelam dan berenang-renang dalam lautan Shibghatlallaahi (QS 2:138) dengan kapasitas untuk membolak-balikkan kedua telapak tangan kita untuk bertindak dengan 10 bilangan dan 28 huruf sempurna (huruf Hijaiah), dan membangun dengan dasar-dasar lima bentuk benda menjadi berbagai rupa bentuk buatan tangan dan kaki manusia mulai dari batu bulat buat dilempar, rumah, membajak tanah dan mengolahnya, membuat alat tulis, sampai lahirnya ponsel yang hanya digerakkan oleh ibu jari dan telunjuk kita untuk berkomunikasi dan menyampaikan sesuatu pesan singkat

Kalau mau kita telusuri sepanjang sejarah yang bisa kita rekonstruksikan dengan pengetahuan yang kita kenal di hari ini, maka sesungguhnya memang sejarah kita adalah suatu rekayasa yang telah dibuat sedemikian rupa sehingga makhluk cerdas berpengetahuan mampu merekonstruksikan secara otonomi guna mengenali asal usulnya sendiri secara individual maupun bersama-sama sebagai suatu komunitas dan berakhir pada suatu titik dimana kita diminta untuk menarik kesimpulan sebagai “KEYAKINAN YANG HAQ BUKAN YANG BATIL” dan “BERTANGGUNG JAWAB SECARA INDIVIDUAL SESUAI DENGAN SIDIK JARI MASING-MASING (DAN TENTUNYA SIDIK DNA KITA YANG NO 8)” dengan modal kenyataan kalau diri kita sejatinya tanpa daya upaya tanpa adanya Pertolongan Dari Yang Maha Tinggi, yang Namanya sejauh ini kita rekayasa sedemikian rupa untuk selaras dengan semua fenomena yang kita lihat hari ini sebagai suatu realitas kehidupan dimana manusia sebagai suatu makhluk ternyata merupakan satu-satunya makhluk yang kemampuannya sangat dominan bila dibandingkan dengan jenis makhluk lainnya karena adanya kemampuan merekayasa ini sebagai anugerah dari Rabbul ‘Aalamin (Inteligence Being).

Perjalanan manusia untuk mengungkapkan siapa saya dan siapa Dia akhirnya terpecah menjadi dua arah sesuai dengan hukum-hukum dasar saling berpasangan sebagai kenyataan yang tidak perlu dibuktikan lagi. Arah itu kita sebut sampai hari ini perjalanan mikro dan makro, eksoteris dan esoteris, ruhani dan materi (dalam hal ini energi saya kategorikan masih termasuk materi), yang ghaib dan yang nyata, dan berbagai ungkapan lainnya yang saling berlawanan bagai elektron dan positron, materi dan anti materi namun sejatinya saling berkelindan menyeimbangkan diri sesuai dengan hukum-hukum yang kita kenal dari fakta yang kita temukan dan kita ilustrasikan secara geometrik, simbolik, maupun numerik sebagai hukum Keseimbangan Tanpa Cacat atau Golden Mean atau Golden Ratio alias 1,618 kali 1000.

Ketika manusia mulai bisa berbahasa dengan nada-nada yang lebih enak di dengar telinga, ungkapan numerik pun direkonstruksikan untuk mewakili Citra Ideal yang sesuai dengan hukum-hukum alam di Planet Bumi dan sistem pelindungnya sehingga lahirlah Nama-nama dengan tangga nada dan sistem huruf yang lebih lembut sebagai Nama-nama-Nya yang baik (Asma Ul Husna). Makhluk berlabel “manusia sebagai Anak Adam dan Hawa” muncul dari kemampuan eksoteris dan esoterisnya sebagai citarasa dan daya pikirnya, yang menyatakan perbedaan dirinya dengan makhluk ciptaan lainnya.

Manusia pun bukan lagi sekedar makhluk yang hanya mengeluarkan bentakan kasar, geraman, auman, raungan, rintihan, erangan, desas-desus, gosip, atau sekedar lengkingan yang mendirikan bulu kuduk kita kalau mendengarnya. Namun, manusia mampu menyatakan setitik niat yang muncul setiap saat waktu hidupnya menjadi citarasa gerak gerik perilaku, tindakan, dan kata-kata yang lebih lembut dan indah yang bisa selaras dengan nada-nada dasar alam semesta, baik dinyatakan dengan nyanyian, syair maupun tulisan yang bersifat ilmiah. Sejak itu, manusia mungkin boleh dikatakan telah lahir sebagai "Adam dan Hawa" yang "manusia”, yang "berpengetahuan" dan berbahasa dengan indah sehingga ia bisa mengisahkan kisah cintanya sesuai dengan perasaan terhalus dan paling artistiknya yang bisa dinyatakannya dengan 7 tahap penguraian sebagai 7 keajaiban dunia sesungguhnya yang sedekat diri kita.

Cintalah akhirnya yang menjadi Lem Perekat (Glue) segala sesuatu sebagai Potensi Kuantum tersembunyi dalam diri manusia yang mampu mengubah seluruh penampilan yang ada pada kita maupun yang ingin kita nyatakan. Lahirnya bangunan-bangunan yang mewakili suatu peradaban, karya-karya seni umat manusia yang nampak bagus dimata dan menggoda, ataupun bentuk peradaban yang sungguh luar biasa di zamannya sampai hari ini, tidak lain dari ungkapan kisah cinta yang melahirnya legenda abadi dengan taburan darah dan airmata, antara perang dan damai, sampai munculnya Kitab Wahyu maupun kitab keagamaan lainnya juga dari Cinta yang merekat realitas kehidupan kita sebagai realitas Indra Maya yang sementara (atau Mayapada).

Kehidupan memang panggung sandiwara, dan kita dimainkan dari Niat Sang Pencipta untuk memperkenalkan DiriNya, untuk bersenda gurau didalamnya dengan bumbu pahit dan manis, madu dan racun, memilah dan memilih yang bisa membuat kita menangis sebgaai pengajaran dariNya, demikian pula dengan cemas dan harap kepada Dia Yang Maha Tinggi sebagai sandaran Puncak semua makhluk, Dia adalah Allah, Rabbul ‘Aalamin, Dia Yang Maha Esa, dan Dia adalah Cahaya Di atas Cahaya (Qs 24:35).

Ketika Adam dan Hawa dipertemukan, Cinta Adam kepada Hawa pun lahir bukan sekedar cinta yang dilandasi karena geraman dan raungan Wa Nafsi semata dengan ketelanjangan diri di hadapan segala sesuatu yang ada dalam sistem kehidupannya. Cinta Adam dan Hawa adalah cinta yang lahir dari Jamal dan Jalal Sang Pencipta makhluk yang tak bisa dibayangkan bentuk dan maujudnya kecuali dari citra penampilan Diri-Nya yang dipenuhi kelembutan dan keindahan, yang tampil dalam citra manusia Hawa/Adam yang menarik minat manusia Adam/Hawa lainnya untuk lebih mengenalnya dan menyatakan keinginannya sampai gerak gerik jemarinya menuliskan gambaran Ideal dari Wajah Hawa/Adam yang indah dalam rupa yang menampilkan Kemahaindahan dan Kemahagungan Sang Pembuat Segala sesuatu.

Adam/Hawa bagai Pembuat Tembikar dari lempung yang terpesona dengan dirinya, karyanya, dan terpesona dengan segala sesuatu yang dilihatnya baik disebut alam semesta, Planet Bumi dimana ia hidup, bunga-bungaan, semua makhluk yang hidup dari bentuk renik seperti semut , laba-laba, keluwing kaki 1000, onta, anjing, kucing, elang perkasa, maupun burung utopia sebagai burung Anqa, rumput yang tertunduk, tumbuh-tumbuhan yang daunnya berguguran, maupun kekasihnya sebagai Hawa/Adam yang maujud dalam bentuk Idaman-nya yang merefleksikan Kemahaindahan dan Kemahaagungan Pencipta dirinya sebagai pencipta sekaligus pemelihara dan pendidik dirinya yang makhluk.

Dari pandangan ke-Adaman-nya ia pun memproyeksikan citarasa tertingginya yang paling logis-ideal kepada Pembuatnya sendiri yang kelak dikenali dari jiwa murninya sebagai ar-Raab.

Saya tidak menyebutkan dua nama yang umum yang sebenarnya mempunyai konotasi negatif kalau kita nilai dari sisi adab kemanusiaan saya yaitu God dari dog dan Tuhan dari hantu. Nampaknya kedua nama ini produk satiris yang menyindir manusia karena sering berolah kata tanpa dibarengi dengan akhlak kemuliaan Bani Adam dan Hawa sebagai Khalifah Allah sebagai gambaran yang dilihat oleh manusia yang mengungkapkan dirinya sebagai hamba yang paling hinadina (kalau mau enak sebut saja yang membuat nama God dan Tuhan itu seorang Pendekar Hina Kelana ). Sampai hari ini, nama God dan Tuhan masih digunakan banyak orang karena sebab-sebab yang berkaitan secara psikologi dengan semantik yang diperkenalkan di masa Mesir Kuno dimana Nabi, Rasul, dan Kaum Arifin disebut sebagai Anjing Hantu (begitulah kiranya asal usul kisah legenda anjing yang menggonggong itu melihat hantu yang saya dengar sejak saya masih kecil dan saya lihat di sinetron dari suara rekaman yang suaranya berulang itu-itu saja aungggggggg…oe… oe…). Mungkin pembuat kosa kata God dan Tuhan itu meledek seluruh umat manusia dengan proyeksi yang paling menghinakan karena kebutaan mata hati kita mengenal Pencipta kita sendiri, maka ungkapan kepada Pencipta makhluk pun diselubungi hakikat kemanusiaan kita yang semu yang tak lebih dari anjing, dog atau hantu atau hamba, maka dari pandangan satiris itu Nama Pecipta pun diumumkan oleh Si Pendekar Hina Kelana sebagai God atau Tuhan.

Pengenalan manusia ke citra dan bentuk ideal sudah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu, sejak manusia yang bermukin di China bisa membuat tembikar dengan bentuk koin berlubang maupun bentuk pilinan seperti posisi Kaki 1000 yang tertidur (simbol 6 dan 9 atau 69 atau Thaasin, see QS 69:1).

Ketika bentuk tersebut lebih diidealisasikan, maka yang dikenali kasat mata adalah Lingkaran yang muncul dari Titik dengan berbagai metafora misalnya setetes embun jatuh di kolam yang bening, menjalar membangun riak gelombang harmonis, bersuperposisi dan membangun ikatan-ikatan realitas yang disebut kehidupan makhluk. Pada akhirnya, dari ungkapan setetes embun atau debu yang jatuh diatas kolam muncul teori gelombang harmonis dengan formulasi yang diajarkan kepada umat manusia yang pernah duduk di bangku sekolah sampai hari ini.

Kita mengenal nenek moyang kita sebagai Adam dan Hawa pun nampaknya erat kaitannya dengan kemampuan manusia (kita ini) untuk melakukan kilas balik dari perjalanan terjauhnya ke jarak yang paling dekat sebagai diri kita sendiri. Fantasi masa kini dengan film Contact, Star Wars, Star Trek dan Babylon-5 yang menjelajahi angkasa luar adalah perjalanan manusia mencari utopia yang paling abadi yang masih dikenal yaitu mencari asal usul kita sebagai suatu idea ideal yang sebenarnya mencari jawaban abadi atas pertanyaan “Sangkan Paraning Dhumadi”.

Perjalanan eksterior pun mencapai taraf paling jauh hari ini sampai kita bisa masuk ke perut bumi, membocorkan isinya untuk semua kepentingan kita dari mulai minyak sampai tanah berlumpur tanpa memperhatikan harmoni dan keselarasan di sekitarnya, menembus angkasa luar mencari planet terjauh yang masih bisa kita reka dengan harapan menemukan makhluk ET supaya bisa disebut penemu pertama dan namanya masuk Guinnes Book of Record atau dapat Nobel, dan yang paling akhir dengan genetika kita pun masuk ke dalam diri sendiri namun dengan cara eksterior dengan menguraikan sandi-sandi genetika kita sendiri sebagai makhluk yang secara jelas terdiri atas pasangan kromosom berjumlah 23 atau 2x23=46. “Peta kita sudah diuraikan”, begitu berita sains terbaru saat ini. Kisah peta genetik pun saat ini menjadi berita paling gress di bidang sains genetika dengan pro dan kontranya dan mengalahkan kisah Stephen Hawking yang memburu cahaya di tepi Lubang Hitam dan bertanya tentang arti Sang Waktu : real atau imajiner. Atau bertanya tentang arti Nol itu isinya berapa? Pertanyaan variatif yang sejatinya sudah lama muncul sejak Aristoteles bertanya, : mana duluan telur atau ayam? Atau Columbus memecahkan solusi cara menegakkan telur yang bulet dengan cara menggeprakkannya supaya bisa berdiri. Atau mau solusi yang lebih ruhaniah, bagaimana cara menembus bintang dan membelah bulan? Dan semua itu sebenarnya masalahnya cuma satu, bagaimana dulu Nabi Adam a.s sebagai manusia pertama yang mencitrakan Hawa sebagai Matahari membuat bentuk titik jadi lingkaran yang sempurna dan menguraikannya menjadi sistem ilmu pengetahuan dasar cara kita menghitung, mengukur, dan cara kita berbahasa, lantas memetaforakannya.

Dari Adam a.s itu, maka Pengetahuan Tauhid sebagai ilmu dan agama lahir mengalir melalui sungai waktu, dan kemudian dikenali, lantas airnya diminum dengan cara berbeda-beda dan tergantung si peminum atau kondisi ruhaniahnya, kejernihan hati dan akal pikirannya, dan yang penting kemampuan mengendalikan nafsunya, apakah masih selaras dengan kehendak Penciptanya atau tidak? Apakah masih dilaburi kesombongan diri tanpa ASLIM atau tidak?

Firman-firman Pencipta pun dibaca oleh nabi dan rasulnya dalam keadaan akal dan hati yang ASLIM, yang paling jernih dan paling menghamba. DAN siapapun yang membaca dengan diliputi hawa nafsu, dengan sezarah kesombongan yang masih melekat, tanpa Iqra yang benar dan tanpa menyucikan dirinya (yang paling sederhana yaitu berwudhu) akan mudah digelincirkan wa nafsi-nya sebagai ular berbisa yang melilit rahasia dirinya sebagai Pohon Tauhid, yang akan mematuknya dan akan menghanguskannya menjadi gosong.

Tetapi apa sebenarnya yang telah kita lakukan dengan semua itu? Apa yang kita buru dan ingin buktikan atau apa yang ingin dapat dinyatakan di Planet Bumi ini semuanya menjadi suatu kisah yang beraneka warna dan warni dimana disela-selanya kita pun bisa menjadi kaya raya karena metafora kita, menjadi kaya dengan menumpahkan darah, airmata dan cinta buaya darat sebagai bagian dari sejarah kemanusiaan kita yang aslinya Bani Adam sebagai Insaana Fii Ahsaani Taqwiim, sebagai makhluk cerdas yang bisa merasakan kehidupan di bawah naungan sinar mentari dengan menguraikan ilusi optik tentang realitas dengan dasar Red Gren Blue. Well, itulah apa yang muncul sejauh ini dengan perjalanan ke berbagai arah yang bersifat eksterior.

Perjalanan manusia ke arah interior yang tak tampak di mata pun dimulai sudah sejak lama. Ketika realitas mulai dipahami sebagai bagian dari ulah sang mentari, maka dulu di penjuru dunia muncul para pemuja Dewa Matahari, Dewi Bulan, dan entah berapa banyak lagi dewa-dewi lainnya yang diungkapkan sesuai di masa tersebut. Anehnya ungkapan demikian nampaknya masih menyelimuti sebagian besar akal pikiran manusia sehingga sengaja dan tidak ada yang bertuhan Satu tapi masih menduakannya. Atau bahkan lebih aneh lagi membuat tuhan-tuhan lain yang muncul dari Wa Nafsi dirinya yang mulai menjadi penguasa jiwa manusia yang aslinya Insaana Fii Ahsani Taqwiim.

Manusia saat ini mungkin perlu sekali mengkaji ulang harkat dan label kemanusiaannya. Gejalanya sudah jelas, baik Pencipta itu telanjang bulat dan termasuk kategori pornografi maupun diselimuti selendang kegaibanNya manusia hari ini masih banyak yang buta matahatinya, banyak yang lebih suka memurukkan diri ke dalam kegelapan jiwanya lantas bermetamorfosis menjadi dajjal, kaum Yakjuj makjuj, dan kaum Bani Ablasa sebagai makhluk yang memutuskan Diri dari Rahmaat Penciptanya.

Sang Pencipta sesungguhnya sudah melimpahkan rahmat dan maghfirahNya tanpa menuntut apapun kecuali kehambaan makhluk untuk patuh/nurut/ Aslim pada perintah dan wewenangnya yang mesti dipatuhi karena sebab-sebab utama yang berkaitan dengan keselamatannya baik di dunia maupun di akhirat.

Perintah dan wewenangNya sebagai al-Haqq itu sejatinya sudah dinyatakan secara inheren karena manusia sudah dianugerahi kemampuan berpikir, sudah dianugerahi instrumen logis dan kemampuan hati untuk memaknai, selain dilengkapi dengan penjejak dan kendaraan dari Penciptanya yaitu Wa Nafsi sebagai anjing sekaligus kuda tunggangannya, yang muncul dari konsekuensi logis jasad materialistiknya yang butuh makanan dan minum. Dengan semua arsenal kemakhlukan itu manusiapun disiapkan untuk mampu merespon dan menyatakan niat Penciptanya menjadi tindakan yang nyata dengan pedoman yang benar. Semua itu asal mulanya fitri, namun bisa menjadi taqwa dan jahat kalau tidak mau IQRA dan menyucikan jiwa (simak QS 96:1-5, QS 91:7-10, dan ayat-ayat sejenis).

Esoterisme manusia membuka tabir kedirian kita sebagai makhluk 1 dengan 3 wilayah ruhani yang disebut Hati atau Qalb, akal pikiran, dan wa nafsi. Namun, penggerak utamanya sebagai produk interaksi energi dan materi adalah Cahaya Diatas Cahaya yang KekuasaanNya muncul sebagai cahaya mentari dan gelombang gravitasi sebagai lem perekat aspek materialistik yang direkatkan melalui untaian 7 langit bumi akal pikiran dan citarasa kita.

Lalu, dengan al-Mahabbah atau Cinta Ilahi sebagai Potensi Kuantum yang ada di semua manusia yang berakal pikiran maupun pada makhluk lainnya. Contoh sedemikian CintaNya kepada semua makhluk ciptaanNya dinyatakannya dengan bahasa kehidupan, sampai-sampai seekor burungpun enggan menginjakkan kakinya kepada anak-anaknya (kalau gak salah ini hadis nabi?).

Cinta Sang Pencipta dinyatakan dalam berbagai rupa bentuk makhluk, namun sarana dari obyek utama Sang Pecinta (Allah) adalah makhluk yang kelak disebut manusia Bani Adam sebagai makhluk yang dibaguskan rupanya lahir dan batin dan dilengkapi dengan instrumen atau sarana untuk menghimpun kemampuan mengenal Pecintanya yang juga Penciptanya, dan bisa kembali selamat kepada-Nya melalui jalan yang luas (laa ilahaa ilaa Allah) dengan panduan orang-orang yang diberi nikmat yang banyak (Muhammadurrasulullah).

Namun, ironisnya makhluk yang disebut manusia bisa menjadi Asfaalaa Safiilin karena citra kemanusiaannya ambyar dengan perbuatannya yang mungkin tak terbayangkan oleh monyet, burung, maupun harimau sekalipun misalnya memperkosa anaknya, membunuh ibunya, memakan daging saudara sendiri, menjadi geer dan merasa paling benar sehingga membunuh makhluk lain tanpa alasan pun diangan-angankannya mendapat pahala dan bisa masuk surga, merusak lingkungan hidupnya, ataupun perbuatan lainnya yang jauh dari kemuliaan manusia sebagai Bani Adam, ataupun sebagai Insaana Fii Ahsaani Taqwiim, apalagi menjadi Khalifah Allah.

Ketika jubah AGAMA sebagai Jubah Kesombongan Pencipta yang diperkenalkan oleh para Nabi dan Rasul DIRAMPAS DAN DIKENAKAN untuk membenarkan tindakan yang melampaui batas-batas al-Mizan, maka manusia jatuh dari citra Insana Fii ahsaani taqwiim menjadi asfalaa safiilin, jatuh bebas dari telaga al-Kautsar (QS 108) yang digambarkan sebagai nikmat yang banyak dengan Pengetahuan Tauhid di Kehidupan di Planet Bumi dengan Rahmat Muhammad (kehidupan dengan 92 unsur utama penunjangnya) maupun kehidupan di surga kelak, menjadi kaum yang disebutkan di QS 109 sebagai al-Kafiiruun karena lalai lupa bersabar dan bersyukur dan lalai tidak mengorbankan hawa nafsunya, bahkan yang lebih parah sombong dan merasa diri paling tinggi bahkan di hadapan Allah pun masih merasa paling tinggi, sehingga jadilah manusia itu disebut Fir'aun.

Ketika manusia tidak bersabar dan lalai untuk bersukur serta masih enak-enak saja mengenakan Jubah Kesombongan Sang Pencipta yaitu agama untuk kepentingan hawa nafsunya sendiri, maka kaum kafirun pun lahir dengan selimut kesombongan Pencipta yang dirampas.

KemahakuasaanNya pun akan tampil sebagai MurkaNya yang tidak pandang bulu menjadi adzab lahir maupun batin bagi manusia yang disegerakan karena lalai mengkaji diri sendiri, lalai untuk mawas diri, dan lalai dengan pedoman yang sudah diuraikan sebagai Dzikrul Lil ‘Aalamin, dan akhirnya mereka yang menjadi sombong pun tergelincir dalam lautan hawa nafsu Abu Lahab yang berkobar dimana-mana (QS 111).

Iblis pun muncul di dunia tanpa perlu menyaru lagi dalam bentuk paling membuat gemetar bayi atau anak-anak yang masih ngompol di pangkuan ibundanya, namun tampil dengan wajah tampan dan kemayu yang menggoda yang bisa muncul dari panasnya api kesombongan, api kedengkian, kebodohan, dan kejahiliyahan lainnya yang membusukkan akal pikiran dan membuat hati manusia menjadi carut marut, gosong bagai arang dan karbon yang tidak bisa lagi digunakan untuk bercermin.

Manusia yang melalui wilayah esoterispun kalau tidak waspada dari zarah kesombongan yang ditebarkan Sang Iblis yang lahir dari hawa nafsunya dapat terjerumus sehingga dapat mendatangkan MurkaNya. Tapi ada jalan keluar dengan cara berserah diri (ASLIM) dengan HANYA memohon Pertolongan Allah (QS 110), ikhlas (Qs 112) dalam ridhoNya dan berjalan dengan istiqomah di jalan yang luas sebagai kehidupan di Planet Bumi sebagai ladang amanah untuk mengungkapkan kemuliaan DiriNya dan manusia sebagai obyek CintaNya dengan menyaksikan ulang dan menyatakan Jamal dan Jalal Allah dengan panduan yang benar, panduan 12x12 huruf tauhid Laa ilaha illaa Allah, Muhammadurrasullah (616), selama 1x24 jam sehari semalam sebagai puncak-puncak manifestasi kemakhlukan kita sebagai An-Naas (Qs 114) yang secara individual disebut Insaana Fii Ahsaani Taqwiim.

Tanpa berjalan di koridor maghfirah ini dengan sadar, memohon ampunan dan taubat, dan berserah diri mutlak di hadapanNya, maka manusia bisa tersesat. Baik sangat jauh tersesatnya sampai memutuskan diri dari rahmat Penciptanya dan menjadi Kaum Ablasa, maupun masih berada di koridor yang bisa diperbaiki dengan lebih sadar, mawas diri, berserah diri, ikhlas dan patuh pada perintah maupun larangan-Nya yang nyata maupun yang meski diimani saja karena kondisi ruhani kita (akal pikiran, wa nafsi dan hati kita) masih belum mampu mencernanya.

Dan semua itu sejatinya bermuara pada keseimbangan antara aspek lahir dan batin yang bertanggung jawab. Kepada siapa? Kepada maujud atau label kemanusiaan kita sebagai Insaana Fii Ahsani Takwiim yang al-Mukminun dan al-Mukmin sebagai Hak Allah yang sudah ditetapkan sebagai ketentuan untuk dipertahankan sebisa mungkin dalam korior Kehendak Allah yang potensinya sudah tertentu dengan apa yang ada pada kita.

Keseimbangan itu adalah keseimbangan sistem komplek dengan umpan balik antara manusia, sistem kehidupan manusia, alam, dan Pencipta sebagai realitas dengan maghfirah yang mesti diaktualkan sehari-hari kepada semua makhluk dengan Keadilan dan Keseimbangan yang real (sesuai dengan kemampuan manusia) sebagai al-Mizan Allah yang bisa direalisasikan, disabari dan disyukuri, diistiqomahi, dihayati, dilakoni, dipelajari, dipelihara, disebarluaskan sebagai kegembiraan dan diyakini dengan al-Haqq al-Yaqin bukan sekedar dengan jaree-jaree atau katanya-katanya atau taklid buta.

Keseimbangan tanpa cacat sebagai Pesan Ilahiyah yang merefleksikan Kesempurnaan Sang Pencipta yang Nyata (sesuai dengan kapasitas manusia sebagai obyek CintaNya) adalah suatu Realitas Yang Bersandar pada sunatullah keseimbangan tanpa cacat - Golden Ratio.

Golden ratio adalah Idea awal mula Adam Awlia sebagai moyang umat manusia ketika Allah menunjukkan citra kesempurnaan Dirinya dalam tampilan Yang Nyata yang tertera di makhluk-makhlukNya, tidak dibuat-buat, DAN tidak dipenuhi khayal dan angan yakjuj dan makluj hawa nafsu kita yang telah menganeksasi daya pikir kita menjadi tempat tertinggi turunnya suku Yakjuj dan Makjuj, dan telah membuat matahati kita buta dan menjadi Dajal.

Jadi, renungkanlah kembali kemanusiaan kita menjelang tahun baru 2007 masehi ini sebagai akhir siklus ke-12 atau memasuki siklus ke-13,5 dari 6000 tahun per siklus besar, dan menjelang akhir tahun Hijriah 1427 (1+4+2=7) ini dengan memurnikan kembali jiwa kita dalam kehambaan di hadapanNya dan BACALAH KEMBALI tanda-tandaNya dengan panduan yang benar, tulus, dan jangan diliputi hawa nafsu. Karena sekali hawa nafsu menyelinap, tanpa niat yang lurus dan tulus semua muncul menjadi menifestasi tipu daya setan dan iblis yang lahir dari hawa nafsu kita dan menyebabkan manusia masuk ke wilayah al-Kafiruun (Qs 109), padahal Allah sudah menganugerahkan al-Kautsar (QS 108) bagi manusia yang DAPAT dicerapnya dengan seluruh instrumen lahir dan batinnya dengan sarana pengetahuan Tauhid sebagai pengetahuan Adam dan Hawa. Dan apa yang diungkapkan di surat al-Kafiruun dari ayat 1 sampai 5 bisa menimpa siapa saja yang lalai dengan dirinya, kaumnya dan Penciptanya, termasuk Umat Islam yang sesungguhnya telah diberi Pedoman Yang Benar dari Perbendaharan Tersembunyi semua kitab manusia yang justru sejatinya rujukannya tersembunyi didalam diri kita sendiri dan masih menunggu untuk dibuka lebih jauh dari selimut dan tabir-tabir selubung 7 langit bumi hawa nafsunya yang masih menggelora.

Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda Kekuasaan Kami pada segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa sesungguhnya (AQ) adalah benar. Tiadakah cukup bahwa Tuhanmu sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu? (QS 41:53)

Ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka dalam keragu-raguan tentang menemui Tuhannya. Ketahuilah bahwa sesungguhnya Dia meliputi segala sesuatu. (QS 41:54)

Orang-orang kafir dari Ahli Kitab dan orang-orang musyrik, tidak akan meninggalkan pendiriannya sehingga datang kepada mereka bukti yang nyata, yaitu seorang utusan dari Allah yang membacakan lembaran-lembaran yang suci (Shuhufam Muthahharah, lembaran paling dasar sistem ilmu pengetahuan manusia yaitu cara menyusun abjad dan bilangan yang diresumekan didalam lingkaran Sang Waktu dan tertera persis di 2x23 krokosom kita sebagai lembaran sejarah makhluk di Planet Bumi), didalamnya terdapat kitab-kitab (pengajaran) yang benar.

Dan tiadalah berselisih orang-orang yang diberi kitab kepada mereka, melainkan sesudah datang kepada mereka bukti yang nyata (yaitu : sidik jari di ibu jari dan telunjuk mereka sendiri yang mencitrakan 6236 ayat AQ, DNA no 8 kita juga disebut sidik DNA).

Dan tiadalah mereka diperintahkan melainkan untuk menyembah Allah, dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya (yaitu: menjadi orang yang mukhlisin) dalam menjalankan petunjuk dari sumbernya dengan lurus (yaitu: tidak terdistorsi atau dibengkokkan untuk kepentingan hawa nafsu), mereka mendirikan salat, menunaikan zakat, dan demikian itulah agama yang lurus.

Sesungguhnya orang-orang kafir dari Ahli kitab dan orang-orang musyrik (ctt: termasuk disini mereka yang sudah mengaku Islam), adalah di neraka jahanam, dan mereka kekal didalamnya. Mereka itulah seburuk-buruknya makhluk.

Sesungguhnya orang yang beriman dan beramal saleh mereka itulah sebaik-baik makhluk.

Balasan mereka di sisi-Nya adalah surga-surga ‘Adn yang mengalir sungai-sungai dibawahnya; mereka kekal didalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepada-Nya. Yang demikian itu adalah orang-orang yang takut kepada Penciptanya.

(QS 98: 1-8, surat al-Bayyinah atau Bukti Nyata bahwa Sidik Jari kita maupun sidik DNA no 8 kita unik sesuai dengan ke-Esa-an DiriNya, 8 juga adalah batasan untuk jangan melampaui al-Mizan Allah dengan melanggar keseimbangan sistemik seperti disebutkan di QS 55:8, 8 juga adalah kode sandi pengungkapan tabir Sang Waktu sebagai suatu siklus kehidupan di Planet Bumi, Planet Earth, Planet Heart)
Posted by QuranSains at 5:43 PM
Dasar Yang Kokoh untuk Menjadi Umat Islam yang Bani Adam bukan Bani Ablasa
Apakah dasar yang kokoh untuk menjadi Umat Islam dan memahaminya sebagai ISLAM dalam perspektif lahir dan batin yang luas, mulai dari kehidupan pribadi sampai lahirnya suatu peradaban umat manusia yang mayoritas akhlaknya adalah Akhlak Muhammad?

Pertanyaan ini secara tidak langsung tersirat dari beberapa email teman saya yang menanggapi beberapa tulisan saya yang mungkin termasuk kontroversial. Dibilang kontroversial karena dalam penulisannya saya jarang menyebutkan referensi dari ulama A,B atau C (meskipun saya mempunyai beberapa buku referensi tapi saya tidak harus terikat dengan pendapat mereka, referensi saya perlukan hanya sekedar pembanding saja). Kebanyakan saya menguraikan ayat-ayat AQ dan hadis, yang tak habis-habisnya memancarkan air pengetahuan baik yang sifatnya ruhani maupun yang sifatnya materialistik yang sejatinya menjadi dasar semua ilmu pengetahuan umat manusia hari ini, dengan melihat realitas kehidupan sehari-hari diri saya dan sekeliling saya, mulai dari cara mengolah tanah,melihat binatang kaki 1000, laba-laba, sampai abad dijital yang cuma tersusun atas kaidah huruf Ba atau kaidah Biner 10,11,100,101, 111,1000, 1001…dst….

Dasar utama menjadi Umat Islam ternyata sebenarnya sangat sederhana yaitu ASLIM Nabi Ibrahim a.s yang tidak lain saya maksudkan secara harfiah sebagai Berserah Diri di hadapan Kemahakuasaan Allah sebagai Rabbul ‘Aalamin, Pencipta, Pemelihara dan Pendidik Semua makhlukNya, secara langsung TANPA PERANTARA.

Nah, di akhir kalimat ini saya tertegun bahwa memang sejatinya semua makhluk itu berhubungan langsung dengan Allah. Masalahnya kenapa sejauh ini kita umumnya MERASA TIDAK BERHUBUNGAN LANGSUNG DENGAN ALLAH?

Ternyata, ada belapis tabir yang menyelimuti makhlukNya. Mulai tabir yang kasat mata berupa bentuk makhluk yang berbagai rupa, sampai yang paling halus yang cuma bisa pahami sebagai Ruh saja atau dalam QS 6:98 disebutkan tentang Jiwa Yang Satu yang dititipkan ke dalam setiap entitas kemakhlukan.

Tabir itulah yang sejatinya tabir langit bumi yang berlapis 7, dimana setiap lapisan terdapat 10000 tabir seperti diungkapkan dalam salah satu hadis Rasululloh yang saya temui di buku Al-Ghazali “Mysikat Al-Anwar”. Namun, dari semua tabir itu yang paling jelas sebenarnya tabir ilmu yang tidak lain adalah sistem ilmu pengetahuan manusia berupa bilangan, abjad, alfabet atau jenis huruf lainnya yang dapat diterjemahkan ke dalam banyak bahasa. Meskipun ilmu parsialnya muncul sebagai ilmu agama, fiqih, matematika, fisika, biologi dan lain sebagainya tapi semua ilmu itu menggunakan ilmu paling dasar yang disebut AQ secara simbolik sebagai Celupan Ilahi atau Shibghatalaahi alias simbol-simbol, geometri, bilangan dan huruf. Tanpa itu, kita bisa dikatakan makhluk yang bertasbih saja dan Allah sebagai Yang Maha Berilmu tidak dapat diuraikan (soalnya nggak ada sistem ilmu dasarnya sih, emang mau pake simbol atau huruf apaan?).

Didalam Celupan Ilahi itu, kita memahami fenomena Kemahakuasaan Allah sebagai Rabbul ‘Aalamin dengan 7 langkah penguraian yang saya sebutkan dari setitik debu niat Allah yang jatuh di hati manusia sebagai pengemban amanat atau sebagai Khalifah (makhluk yang berpengetahuan Tuhan, jadi bukan raja2 atau Presiden seperti yang kita lihat hari ini) menjadi tatanan peradaban. Secara ilmu fisika pun logika dan rasa kita hanya 7 langkah menguraikan Kemahakuasan Allah misalnya dari benda bermassa sebagai obyek sampai dunia kuantum yang mendeskripsikan wilayah kuantum dengan citarasa quark. 7 langkah secara fisika adalah (ini tidak mutlak tergantung kit amenguraikannya bagaimana, namun ada 7): 7. Obyek (realitas alam materi), 6. jaringan & organ, 5. Sel, 4. molekul, 3. atom, 2. Kuantum, 1. Quarks (harus kombinasi 3 kuark).

Lebih dari itu kita tak tahu paling cuma sekedar hipotesis tentang Potensial Kuantum yang eksis secara harmonis dengan kemampuan untuk melakukan symmetri breaking, yaitu memecah sendiri kalau frekuensinya makin rendah. Dan didalam AQ tatanan 7 ini menjadi Pembuka karena tidak lain adalah 7 ayat surat al-Fatihah yang kemudian terurai menjadi 6236 ayat dengan 114 surat. Bahkan bagi mereka yang berkecimpung di pemograman neural pun ada 7 langkah untuk menguraikan input menjadi output.

7 langkah itu adalah tabir 7 langit bumi yang bergejolak didalam Wa Nafsi kita sebagai suatu entitas energetis yang muncul akibat sifat-sifat materialistik kita. Nah gejolak Wa Nafsi inilah yang membangun karaktek akhlak dan perilaku manusia yang mempunyai akal pikiran dan mempunyai dimensi ruhaniah yang disebut Qalb.

Kalau Wa Nafsi ini tidak dikendalikan sejak dini, maka seperti disebutkan dalam QS 91:1-7 Wa Nafsi itu bisa menjadi jahat, tetapi kalau diolah dengan Penyucian Jiwa yang benar, dengan bimbingan guru ruhani yang benar , dengan pedoman yang benar yaitu (AQ) dan sesuai dengan prinsip dasar syariat maupun cara membuka tabir jiwa manusia sehingga perjalanannya menjadi makrifatullahnya di hadapan Allah, wa nafsi ini dapat dikendalikan.

Dari pengendalian Wa Nafsi, yang muncul adalah aspek kelembutan manusia sebagai makhluk yang dianugerahi limpahan Rahmat dan Kasih sayang PenciptaNya untuk meneruskan kontinuitas KemahakuasaanNya yang selaras dengan Niat Allah memperkenalkan DiriNya sebagai Tuhan Yang Maha Esa (maksud singkatnya: menikahlah dan teruskan generasi manusia ini smapai daya dukung Bumi tidak memadai dankaimat besar terjadi). Nah, prinsip kedua Islam tidak lain adalah Penyucian Jiwa sebagai suatu metode untuk mengungkapkan makna dan arti 7 langit bumi hawa nafsu manusia.

Meskipun manusia menyucikan jiwanya, manusia juga harus memahami dengan akal pikiran dan hatinya dengan membaca Jamal dan Jalal Allah yang kelak terurai menjadi Asma Ul Husna.

Cara membacanya dapat dua arah yaitu melihat Alam Semesta dan melihat diri sendiri sebagai hamba Allah bukan menyombongkan diri dengan ke-”aku”-an. Selama aku ini muncul, manusia akan jatuh karena tidak memenuhi syarat ASLIM. Demikian, juga ketika ASLIM terjadi, tetapi manusia melalaikan anugerah akal pikiran dan hatinya maka iapun bisa jatuh juga. Jadi, prinsip dasar ketiga untuk menjadi Islam yang benar adalah IQRA. Baik ASLIM, menyucikan Jiwa, dan IQRA tidak bisa kita tentukan mana yang duluan. Yang jelas, kalau mau optimum ketiganya harus ada dalam keadaan seimbang tanpa cacat (renungkan maksud Qs 67:3-4).

Karena tidak tahu mana duluan (ini tergantung maunya Allah bukan maunya makhluk see QS 24:35), secara formal Agama Islam menyatakan dasar-dasar akidahnya tidak secara langsung menyebutkan ASLIM, Menyucikan Jiwa, dan IQRA tetapi pada ASPEK KEYAKINAN Dan KEIMANAN TERLEBIH dahulu yaitu KALIMAT SYAHADAT dan penguraian Iman, Islam, Ihsan yang formalitasnya dikodekan sebagai 165 dan tersirat di QS 2:1-5 serta beberapa ayat lainnya (renungkan juga kode 165 adalah jumlah nilai dari 12 huruf Laa ilahaa illaa Allah).

Karena itu, keyakinan kepada Adanya Allah mendahului semua perjalanan ruhani manusia. Tanpa keyakinan sejak awal tentang Alllah itu Maha Esa dan bersyahadat atas Rasulullah sebagai Washilah dan pelindung atau tabir pelindung ketika memandang Jamal dan Jalal Allah di 7 langit bumi dengan Islam, semua perjalanan ruhani akan mengalami suatu lika-liku yang bisa mengarahkannya kedalam penjara Ghairullah (selain Allah, dan selain Allah ini bisa nyaru dengan baju Islam atau mengatasnamakan Agama Islam sebagai Ajaran Agama. Jadi berhati-hatilah jangan sampai kita masuk ke wilayah kelompok Ghairullah ini).

Pada akhirnya perjalanan ruhani memerlukan pembimbing yang benar supaya tidak tersesat karena godaan selama perjalanan ruhani itu ada mulai dari langit ke-1 sampai ke-7, mulai digoda untuk menjadi kaya sampai digoda menjadi wali Allah. Jadi, yang merasa ilmu pengetahuan agamanya makin tinggi justru godaannya sangat banyak dan halus, sampai-sampai mungkin tidak menyadarinya bahwa itu suatu godaan. Disinilah manusia akhirnya butuh Pertolongan Allah supaya citarasa Al-Kausar yang telah dilaluinya dengan melakukan proses penyingkapan tabir Jiwa tidak jatuh kepada kekafiran yang dijelaskan dalam rangkaian surat ke-108,109,110, 111,112,113 dan 114.

Buah apakah yang dihasilkan dengan Menjadi Islam yang benar-benar hanif dan kaffah tanpa distorsi keakuan atau hasrat untuk memanipulasi agama untuk kepentingan sesaat di dunia?

Buahnya adalah al-Sakinah dengan ditetapkannya Cahaya Allah di dalam Hati umat Islam yang hanif dan benar-benar Kaffah bukan kaffah-kaffahan di mulut atau retorika belaka. Al-Sakinah yang akan menciptakan ketenangan manusia untuk menghadapai SITUASI APAPUN JUGA yang mungkin dinilai oleh orang lain sebagai menakutkan.

Mereka yang mencapai al-Sakinah akan berjalan sebagai hamba Allah yang sadar dengan sekelilingnya, baik dirinya, keluarganya, kaumnya maupun bangsanya. Dan mereka yang telah memperoleh al-Sakinah adalah mereka yang menjadi Jundullah sebagai cermin-cermin Ilahi yang menyampaikan Pengetahuan Tuhan dengan menampilkan akhlak Muhammad sebagai al-Insaan al-Kamil, personifikasi paling mulia dari makhluk bernama manusia sebagai Bani Adam dan Hawa.

Tanpa bukti dengan akhlak Muhammad dalam keseharian kita, baik dengan tangan, lidah,kaki, ucapan, atau pun perbuatan kita maka tolong mawas diri dulu sejauh apa sih keislamana kita? Apakah islam ikut-ikutan atau Islam yang Aslim, yang membaca AQ dengan kesadaran sebagai hamba Allah atau membaca AQ cuma sekedar celoteh lidah tak bertulang saja?

Dan semua itu memerlukan proses serta tidak serba instan. Perlu istiqomah untuk menjalaninya supaya kita tak terjebak pada hura-hura sesaat, wira-wiri yang menipu menjadi umat islam-islaman saja yang rapuh dan lemah lahir batin, lemah akal pikiran, lemah hati, lemah iman dan lemah segalanya. Rapuh dan lemah bagai buih yang mudah tersapu gelombang perubahan zaman yang ganas, yang menerpa mulai dari ruang keluarga kita melalui TV, koran, di perjalanan selama kita ke kantor, ke sekolah atau ketempat lainnya, dan dimana saja kita berada. Bahkan dalam perjalanan ke masjid pun godaan setan datang dari kiri, kanan, depan dan belakang. Kecuali dua arah yang tidak mungkin disusupi yaitu keatas melihat Kemahakuasan, Kemahabesaran Allah, dan kebawah dengan bersujud atas kehambaan kita dihadapanNya.
Posted by QuranSains at 5:39 PM

Mengembangkan Akhlak Muhammad

Mengembangkan Akhlak Muhammad:
Dari Intuisi Ke Logika Dari Logika Ke Intuisi,
Modus Trilateral Cara Berpikir
Dari Komposisi & Kodefikasi Al Qur’an


“Knowledge for everyone”
“Vive le open source”
"Push beyond the limit"

Suatu saat, kira-kira menjelang tragedi Tsunami Aceh di tahun 2004, setelah menamatkan saja buku Kun fa Yakuun yang sudah menjadi 5 buku dengan 1423 halaman, saya menyusun 2 pasangan bilangan 2 dijit. Yang saya ingat waktu itu memang lagi intens nyepi total, tanpa melakukan aktivitas apapun kecuali menelusuri jejak-jejak Nabi Muhammad SAW melalui Al Qur’an. Iseng-iseng saya menguraikan susunan bilangan 1234 (ABJD) dengan cara menguraikannya sebagai matriks 2x2 :

1 2
3 4

Ternyata kalau kita jumlahkan dalam arah trilateral, yaitu :

Horisontal : 1+2=3, 3+4=7, 3+7=10,
lantas vertikal : 1+3=4, 2+4=6, 4+6=10,
dan diagonal : 1+4=5, 2+3=5, 5+5=10,

Ketiga arah jumlah jambleh itu hasilnya sama saja 10 atau totalnya 10x3=30 (nilai huruf Lam) atau bisa ditulis juga sebagai 103 alias 10x10x10=1000 (seribu). Saya kebet AQ di surat ke-30 dan surat ke-103, dari situ saya baru seperti di “PING” oleh Allah dan menyadari bagaimana kaidah cara berpikir di zaman Nabi yang jejaknya tersisa dari cara orang menulis huruf Arab dan nomor halaman, namun sebenarnya masih jelas terlihat di susunan 28 huruf Hijaiah dengan nilai al-Jumalnya yang disusun dengan komposisi 1,999, berjumlah 28 dan huruf Ghain sebagai huruf terakhir nilainya 1000.

Masalahnya menjadi lebih heboh lagi ketika saya mencoba menguraikan tanggal lahir teman saya dengan cara trilateral dan menjelaskan karakternya, cocok dah. Temen saya pucat pasi soale isi hatinya bisa ketebak cuma dari tanggal lahirnya. Hahahaha…saya bisa jadi dukun kali ya. Tapi saya tak tertarik jadi dukun makanya saya uraikan lagi bilangan itu. Kali ini dengan unifikasi hasil jumlahan yaitu 3 dan 7 jadi 37, 46, dan 55. Jumlah vertikal dan horisontal 83 dan diagonal 55, jumlah total 128.

Bilangan 128 sangat istimewa kalau kita paham matematika dan tahu nilai huruf Arab yang disebutkan di QS 68:1 sebagai Qaaf dimana 128=100+28 menunjukkan arti matriks 10x10 sebagai suatu matriks perfect square dan 28 disebut bilangan sempurna (percfect number) karena kalau ekornya mengurangi kepalanya hasilnya sama dengan ekornya :

1+2+4+7+14=28, 28-14=14, 14/2=7 (lho kok jadi 1427 H?)

Perfect number seperti diatas adalah definisi matematika, menurut saya disebut sempurna karena 28 adalah jumlah ruas tulang dari jari-jari di kedua tangan kita. Saya isengi lagi 128 dengan membacanya sbb: 100 dan 28, 28 adalah 2+8=10, 100+10=110, sedangkan kalau saya baca 100 adalah 4 maka 10+4=14 alias 2x7 sebagai kaidah hitungan kelipatan 9 dengan 10 jari tangan kita yaitu jarimatika 149.

Kembali saya buka AQ di surat ke-110 dan 14, Pertolongan Allah pun terbuka lebar membawa saya masuk ke Pintu Nabi Ibrahim a.s Qs 14 dan at-Taubah surat ke-9, hmm…. komposisi 149 atau 14+9=23, 23 adalah surat al-Mukminun (QS 23).

110 juga adalah bilangan 6 dalam kaidah huruf Ba alias biner alias kaidah dijital, maka pintu mulai lebih lebar untuk memahami al-Qur’an sampai ke dasarnya dengan kaidah Trilateral yang tidak lain adalah kaidah 3 Ism Agung Allah al-Rahmaan al-Rahiim sebagai The Greatest Common Divisor alias 3 Pembagi Agung yang disalah tafsiri pendiri agama Kristen sebagai Trinitas dengan gambaran yang menjadi syirik dan 3 juga di tafsiri oleh agama asal India sebagai Trimurti, dan muncul didalam simbol agama Budha yang sekilas mirip tulisan 135 (1 adalah Alif, putar simbol 3 menjadi W tapi dibaca huruf L dan L yang saling berhadapan, 5 adalah nilai huruf ha dalam bahasa Arab, dibacanya silahkan baca sendiri artinya apa). Di wilayah fisika bilangan 3 muncul juga sebagai 3 gaya fundamental yaitu gravitasi, nuklir dan elektromagnetik dengan dugaan adanya lem perekat alam mikro dan makro yang disebut Potensial Kuantum atau katakan saja Lem itu dalam bahasa ruhani al-Mahabbah (Cinta Ilahi) sebagai medan gravitasi Cinta Ilahi; di dunia kimia muncul juga Neutrino, Carbon, dan Hidrogen sebagai unsur-unsur awal mula pembentukan semesta dan mungkin istilah lainnya yang sebenarnya merujuk kepada pengertian bentuk dasar pertama berupa segi tiga dengan simbologi ruhani Burung Thoiron Ababil atau variannya sebagai virus Flu Burung H5N1. Sampai 2 tahun kemudian saya pun tenggelam di dalam Shibghatallahi dan puluhan tulisan pun lahir selama itu, cuma nggak berani saya terbitkan karena bisa membuat geger jagat persilatan negeri Indra Maya karena semua agama dan ilmu pengetahuan bisa rontok dan semua borok hati dan akal pikiran manusia pun akan tercium bau busuk dan amisnya.

Kembali ke kaidah trilateral, kali ini menurut sejarah yang diungkapkan Dr. Hidayat Nataatmaja di buku eksentriknya “Inteligensi Spiritual” yang saya beli karena tulisannya memang nganehi dan bagi yang nggak kuat akal dan hatinya bisa senewen (terbitan Perenial Press 2001) disebutkan bahwa orang Arab mempunyai kebiasaan untuk menuliskan halaman atau nomor di sebelah kiri kertas, sedangkan kalau menuliskan huruf dimulai dari sudut kanan atas. Kebiasaan ini sebenarnya tercermin pada pengkomposisian dan pengkodean nomor surat dan ayat AQ yang merefleksikan gagasan logis yang bertautan dalam jalinan kehalusan ruhaniah yang bisa mungkin dicapai kalau dengan menyucikan jiwa, tahajud intensif dan menjauh dari makanan dan minuman yang nggak jelas asal usulnya (istilah teknisnya Wara).

Dengan bilangan/numerik sebenarnya kita disarankan untuk menggunakan akal pikiran untuk mengikat makna yang paling mendasar sebagai ukuran atau kadar (tidak berdimensi jadi bisa diterapkan di banyak bidang sebagai prinsip dasar realitas seperti saya contohkan diatas) yaitu simbologi nilai bilangan yang dapat ditafsirkan dengan berbagai macam cara, tergantung pada bagaimana kita memahami simbologi bilangan tersebut atau gerak-gerik makhluk atau simbol-simbol lainnya (bisa mulai dari perilaku manusia yang waras, setengah edan maupun edan beneran, binatang seperti semut, ikan, tawon, atau gambar geometrik di susunan batu bata, langit-langit, ukiran masjid, dll, pokoknya semua tanda yang terlihat) dikaitkan dengan apa yang kita rasakan sehari-hari sebagai pengalaman hidup di bawah naungan Matahari di siang hari dan Bulan di malam hari, atau As Syams dan al-Qomar.

Nah, dari pengalaman hidup ini huruf-huruf kemudian dituliskan sebagai produk intuisi penyingkapan dengan makna terdalam yang telah dialami sehingga penulisan huruf Arab dari kanan ke kiri seolah membuka sekrup di kepala kita yang mempunyai kaidah-kaidah logis untuk menjabarkan suatu fenomena yang dialami. Suara pun kemudian dibunyikan dengan komposisi, tekanan udara, dan aturan lainnya yang sesuai dengan instrumen jantung, pernafasan, tenggorokan dan mulut yang digerakkan menjadi lafaz huruf-huruf Arab (kalau Anda pernah diajar ngaji secara tradisional, di buku Juz amma biasanya ada gambar mulut dan gigi serta cara ngomongin huruf Arabnya).

Komposisi optimum inilah yang terungkap dalam susunan Al Qur'an dimana Ayat pertama yang diterima Rasulullah adalah ayat yang ditetapkan berdasarkan intusi penyingkapan nabi Muhammad yang melihat Penciptaan dari kelahiran seorang bayi manusia (QS 96:1-5) sebagai alam semesta baru (Laam) yang kemudian dijabarkan dengan kaidah logis yang mungkin tidak disadari oleh Rasulullah bahwa apa yang telah disampaikan Jibril sebagai malaikat pembawa Wahyu dapat diuraikan secara logis rasional. Jumlah huruf 5 ayat pertama QS 96 adalah 76 yang mencitrakan bagaimana manusia dinyatakan kemudian sebagai Insaan (QS 76) dan sebagai Fii Ahsaani Taqwiim (QS 95:4).

Nabi Muhammad sendiri secara alamiah, karena akhlak sehari-harinya telah ditetapkan sejak dini untuk menerima pengungkapan Jibril secara tidak langsung hatinya sebagai penerima wahyu telah di-install dengan suatu sistem operasi Ketuhanan yang disebut Lauh Mahfuz sebagai kadar dan ukuran untuk diungkapkan pada masa yang tepat yang dikiaskan sebagai masa dimana Buah Tiin dan Buah Zaitun telah masak (QS 95) dan siap ditebarkan keseluruh Umat manusia sebagai Firman-firman Allah yang menjadi al-Qur'an.

Ungkapan hati yang telah diinstall ini sepenuhnya selaras dengan pengertian yang sering diungkapkan dalam hadis Rasululah yang mengatakan, “yang pertama kali diciptakan adalah akal, kemudian akal dimundurkan”. Kenapa akal harus munudr dulu (step back), karena hanya bisa menangkap kadar penyaksian awal mula yaitu “Bukankah Aku Tuhanmu?” dan dijawab “Bala (32)” sebagai kaidah awal mula yang tidak lain kelak akan lahir sebagai 3 ruas telunjuk dan 2 ruas Ibu jari kita.

Ketika hati dimajukan, maka hati adalah penafsir pertama dari Ilham Ilahi yang jatuh sebagai “urusan dari Allah” yaitu Ruh dengan perintah yang dituliskan di QS 32:5 sebagai urusan malaikat yang menetapkan ilham ilahi atau kalau pake bahasa modern “Weakly Interactive Massive Particle” didalam hati manusia untuk kemudian balik lagi dengan ukuran sehari=1000 tahun. Karena itu intuisi manusia yang tidak tidur bisa memahami tanpa belajar logika dulu. Namun, setelah ruh manusia ditiupkan ke dalam jasad, hati hanya menerima perintah dan menjadi pengarah sedangkan logika memandu hati supaya tidak melanggar batasan yang sudah ditetapkan di dalam Akal sebagai kapasitas berpikir makhluk yaitu manusia. Jadi, akal dan hati harus bersatu padu untuk mengendalikan produk dari aktivitas keduanya yaitu Wa Nafsi yang muncul karena gesekan ruh dengan jasad materialistik manusia.

Turunnya 5 ayat pertama surat al-‘Alaq adalah ayat-ayat yang murni sebagai hasil penyingkapan ruhani Rasulullah di Gua Hira setelah masa-masa perjalanan hidupnya dari bocah sampai menikah dengan Khadijah di usia 25 tahun, berkenalan dengan kalangan renegade Hanifiyah khususnya Zaid dan Waraqah serta bergaul dengan Abu Bakar dan mungkin juga bergaul dengan Kaum Arifin dari Mesir, dari Kelompok Pemikir Aleksandria yang masih tersisa dan Timur Jauh. Komposisi wahyu pertama di Gua Hira dengan komposisi 5 ayat, 76 huruf dimana ayat pertama terdiri atar 19 huruf menjelaskan kondisi ruhani saat itu. Jadi antara penerima dan apa yang diungkapkan selaras dan tidak menyimpang, dan dapat dijabarkan dengan logika karena peran logika seperti auditor dari hati yang berlayar melalui lautan wa nafsi dan diucapkan oleg lidah Muhammad SAW sebagai Wahyu Ilahi. Ketika Wahyu pertama disampaikan oleh Jibril, sistem ruhaniah Rasulllah berada dalam tingkat kelembutan optimum yang digambarkan sebagai Kaf ha ya ain shaad (QS 19:1, nilai 5 huruf 195) untuk menerima 99 Asma Ul Husna lainnya yang terurai menjadi 114 surat dan 6236 ayat. Jadi, sebelum semua ayat turun kodefikasinya sejatinya tersembunyi didalam 5 ayat pertama al-‘Alaq. Rasulullah sejak saat itu tinggal menemukan momen peristiwa yang selaras dengan kehendak Allah saja untuk mengungkapkannya. Dengan kata lain meskipun tahu beliau menerima seluruh ayat AQ ia tetap memohon Pertolongan Allah untuk menyampaikan wahyu tersebut kapan dan dimananya dan dalam keadaan apanya, karena wahyu adalah ungkapan Allah yang disampaikan langsung melalui medium penyingkapNya yaitu hamba Allah yang menjadi KekasihNya.

Pernah satu ketika Rasulullah tergelincir dengan hawa nafsu, yaitu ketika kasus ayat setan dinyatakan (Simak qs 53:1-20), tetapi kesalahan ini sifatnya pembelajaran dari Allah bagi Muhammad SAW bahwa kalau menyampaikan wahyu itu maupun membacanya jangan disertai keakuan hawa nafsu (Maksudnya “jangan ikuti selera pasar” tapi sampaikan apa adanya meskipun pahit didengarnya, kalau tidak dimana keyakinan Muhammad kepada Allah SWT, begitulah kira-kira situasinya). Walhasil komposisi AQ kalau dihitung, baik jumlah huruf maupun nilainya, akan memiliki keakuratan SIX SIGMA dengan faktor kesalahan berorde 341 per semilyar sebagai suatu ukuran bahwa manusia meskipun nabi tetaplah manusia yang lemah dan tidak sempurna secara mutlak. Lantas, bagi Anda yang masih berpikir AQ ada kesalahannya mohon pelajari dulu matematika dan tatacara simbolik matematiknya antara qadar dan ungkapan kebahasaan dalam Bahasa Arab (ilmu matematikanya hari ini disebut aljabar Boolean, Symbolic Logic, Fuzzy Logiz, permutation, dll. Pokoke semua ilmu matematika hari ini sebenarnya ada di AQ, saya nggak mau ngungkapin semua silahkan belajar mandiri).

Dari penetapan Asma Ul Husna ini, Rasul mampu menerima Pengetahuan yang logis rasional karena dapat diuraikan secara aritmatika-geometri ka sebagai simbol-simbol dasar yang dapat diikat oleh akal pikiran, itulah saat Al-Muthaain Tsamma Amiin (QS 81:21) dari masa lalu dan masa depan datang kepada dirinya sebagai penguasa Arasy yang harus dipatuhi dan harus dipercaya karena apa yang disampaikannya bukan semata-mata ungkapan intuitif fitriyah sebagai Wahyu Yang Agung dan Indah semata NAMUN dapat dipelajari oleh umat manusia (kalau tidak demikian tentunya aneh karena Allah Rabbul ‘Aalamin) dengan bimbingan yang benar (intermezo: Nah, masalah pembimbing ini memang akhirnya hak prerogatif Allah semata sesuai dengan maksud QS 24:35, QS 43:32 dan ayat-ayat lainnya yang menjelaskan rahmat Allah sebagai rezeki yang tidak disangka-sangka. Disebut tidak disangka-sangka karena obyek dari Cinta Ilahi tidak pernah terlintas mempunyai cita-cita untuk menerima anugerah besar dari Penciptanya, jadi sepenuhnya adalah PilihanNya. Kalaupun ada bantuan makhluk baik ia orang beriman, orang yang disebut kafir, jin, maupun binatang sepenuhnya makhluk tersebut berada dalam pengendalian dan pengaturan Allah karena esensi semua makhluk adalah Sir Ilahi (Rahasia Ilahi). Jadi nggak ada hubungannya dengan kalangan tertentu, baik dari kalangan agama maupun bukan). Kelak, dari sintesis intuisi penyingkapan dan rasionalitas murni ini dapat lahir manusia dengan gambaran akhlak Muhammad sebagai manusia paripurna, manifestasi nyata dari teori tentang segala sesuatu yang menjelaskan Asma, Sifat dan Af’al Allah hanya dari prinsip-prinsip dasarnya yang tidak bertentangan dengan Idea Ideal sebagai Pesan Ilahi logis yang Nyata yaitu bilangan-bilangan irrasional dan bilangan imajiner. (Catatan Intermezo: saya sejauh ini menduga, jangan – jangan proklamasi AS di tanggal 4 bulan 7 berkaitan dengan pengertian mereka tentang QS 47 yaitu surat Muhammad sebagai suatu komposisi optimum untuk membangun generasi manusia yang cerdas lahir dan batin, yang tidak lain adalah komposisi kepribadian optimum manusia yang pemicunya terletak di Kromosom ke-11 di posisi antara 4 dan 7 atau 47 dengan satuan panjang 48, jadi sekitar 3x48=144=12x12. Kromosom kepribadian ini diwariskan melalui jalur Kaum Hawa sebagai aktualitas al-Rahiim yang disimbolikkan sebagai kelembutan Fatimah Az-Zahra. Pada beberapa kesempatan saya menjelaskan pengertian Ahlul Bait kepada seorang teman bahwa yang dimaksud bukan hanya sekedar pertalian darah dengan Rasulullah saja, tetapi siappun yang menjalankan apa yang dipahaminya dengan ikhlas boleh jadi akan menjadi pewaris ilmu kenabian. Pertentangan yang terjadi untuk mengungkapkan makna Ahlul Bait antara Sunni dan Syi’ah sepenuhnya pertentangan antara “yang masih patuh sama pesan Rasulullah (Sunni)” dan “yang mengklaim dari jalur keluarga (Syiah)”. Jadi pertentangan Sunni dan Syi’ah mestinya tak perlu terjadi karena keduanya boleh jadi benar yaitu antara yang taat pesan dan yang menjaga warisan keluarga. Tapi namanya juga sudah diracuni politik kekuasaan dengan hawa nafsu taklid buta dan fanatisme dungu yang membuat Sayyidina Ali Kwj menangis di akhirat. Sejarah Islam memang seperti yang diduga Rasulullah akan terpecah belah, dan seperti perkiraan Rasulullah kepada Sayyidina Ali KWJ, ia akan dirugikan oleh dua kelompok yaitu : yang paling memusuhinya dan paling mencintainya).

Kalau digambarkan, dari sisi kiri dimana rasionalitas disandarkan pada Bilangan 1 sebagai Asumsi Mutlak Benar dari nilai -1 sebagai simbologi Aslim nabi Ibrahim dan simbologi yang aktual dari Ghaibi atau bilangan imajiner, maka gerakkan dari kiri (dari logika) ke arah kanan (intuisi/pengalaman ) akan diuraikan dengan 9 tahap penguraian yang tidak lain adalah tahap penguraian langkah Adam Awlia (1,2,3,4,5,6, 7,8,9) yang berserah diri atau Aslim.

Dari posisi Aslim Adam Awlia yang diungkapkan kembali sebagai kondisi ruhaniah Nabi Ibrahim a.s ketika ia mencari pengertian Tuhan Yang Maha Esa, Pengetahuan Allah ditetapkan sebagai nilai Asma Ul Husna yaitu 99 dikurangi 1 sampai mencapai suatu ketetapan Allah yaitu 90. Nilai inilah yang disebut sebagai nilai huruf Shaad yang dinyatakan di QS 38:1.

Dari sudut kanan dimana huruf Arab dituliskan, ke arah diagonal ke bawah adalah gerak pengungkapan dengan intuisi, artinya Nabi yang ummi (atau siapapun pewarisnya yang ummi) memahami apa yang disampaikan oleh Jibril tanpa perlu belajar logika dulu atau bahasa Arab dahulu. Namun, gerak intuitif kebawah dari ketetapan Allah menuju ampunan dan taubat (menuju bilangan 9) harus diimbangi dengan gerakkan logis rasional ke arah diagonal dari kiri atas ke kanan bawah menuju titik yang mengembang menjadi lingkaran wujud alias angka NOL. Gerak diagonal yang saling menyeimbangkan ini adalah gerak kesadaran atas waktu yang kelak melahirkan pengertian simbolik 69 dan 96 dengan jumlah 165 yaitu nilai al-Jumal kalimat Tauhid Laa ilaaha illaa Allah.

Diagonal kanan ke kiri bawah inilah gerak-gerik intuisi dinyatakan baik intuisi yang sesuai dengan kaidah logis maupun celoteh manusia dengan masing-masing bahasanya dan kondisi ruhaninya. Dari sudut kiri, ke kanan bawah menuju titik 0, adalah diagonal logika yang saat itu dikenal sebagai logika Euclids, dimana berbagai parameternya berhubungan dengan diagonal bilangan kembar yaitu 11 yang sebenarnya simbologi dari tanda = “sama dengan” alias Pararel World, dunia sejajar, yang ghaib dan yang nyata alias malaikat bersayap dua-dua, tiga-tiga, empat-empat di QS 35:1 ! Diantara keduanya ada jembatan penghubung sehingga kalau dituliskan menjadi seperti huruf H alfabet. Model seperti huruf H lucunya digunakan Stephen Hawking untuk memodelkan Teori Black Hole nya yang bikin heboh. Lucu juga saya pikir, soale ini mirip saya menautkan kedua jempol kiri dan kanan menjadi jembatan penghubung sambil menegakkan kedua ujung telunjuk saya saling tegak lurus terhadap Ibu jari saya, lalu melihat alam semesta melalui celah berbentuk H itu.

Kesimpulannya, nilai diagonal ke kiri atas sampai ke titik 0 adalah logika yang berkembang dengan kelipatan 11xn dengan nilai n=0,9, sedangkan diagonal intuisi adalah 9xm dimana m adalah 1 s/d 9. Dari gerak keduanya aktualitas Firman Allah pertama kali dinyatakan sebagai suatu komposisi bilangan prima terkecil yang menghasil prima yaitu 119=7x17. Bilangan 7, simbol X, dan 17 inilah yang menjadi ketentuan ruang waktu kita hari ini.

Secara definitif dari intuisi dan rasionalitas logis manusia yang kondisi ruhaninya seimbang, pengertian 7 sebagai tatanan logis untuk berpikir yang diungkapkan sebagai 7 langit bumi dinyatakan menjadi 7 Asma dan Sifat dan 17 sebagai tatanan alam semesta global (yang terpahami oleh manusia) yang menutup ketitik awal menjadi ketentuan yang mempengaruhi keseimbangan manusia sebagai alam mikro maupun alam semesta makro dengan pembagian 13 dan 4 sebagai taksiran atas realitas maya sebagai hasil dari penciptaan Allah, Rabbul ‘Aalamin sebagai komposisi 4 huruf ALLh(nilai 66) dan 9 huruf Rabbul ‘Aalamin (nilai 433). Konstruksi alam semesta pun adalah konstruksi yang menyatakan namaNya sebagai Penggerak Pertama Pengetahuan Allah untuk muncul menjadi dasar-dasar ilmu bagi manusia sebagai generasi Adam dan Hawa yaitu Muthaa (Mim Thaa) atau 49 yang kelak diungkapkan sebagai Rasulun Kariim pemilik Arsy yang harus dipatuhi yaitu Muthaain Tsamma Amiiin (simak QS 81:21). Tatanan Muthaa secara fisikal adalah tatanan segi enam sarang tawon yang saling berpasangan.

Pemandu kaidah logis adalah intuisi dari dalam hati yaitu diagonal kanan ke kiri bawah yang berhenti di nilai 9 yaitu harus bertaubat karena bilangan 10 tidak eksis secara real dan harus balik ke bilangan 2 alias 102 yang diucapkan BSM atau lengkapnya Bismillahir al-Rahmaan al-Rahiim, sedangkan pengarah intuisi adalah logika yaitu diagonal dari kiri atas ke arah kanan bawah menuju Nol. Maka gambaran ruang waktu yang terukur pun tercitrakan sebagai gambaran Jam Pasir atau X yang di Jawa disebut KALI JAGA, orang Jepang menamakan simbol tersebut sebagai SOGO (bedanya X dikurung tanda kemutlakkan sedangkan orang Jepang melingkari X dan menjadi logo SOGO, orang Mesir membuatnya jadi Jam Pasir, orang Yahudi lantas menamakan diri mereka Israil sebagai lafaz dengan nilai huruf 360+12, alias lingkaran dibagi 12 sebagai nama suku yang tidak lain suku jam dinding yang setiap waktu kita plototin jarumnya. Jadi, YANG NAMANYA BANGSA ASRAIL ATAU ISRAEL atau nama yang mirip-mirip seperti itu SEBENARNYA TIDAK ADA tetapi cuma kiasan yang merujuk kepada umat manusia secara umum yang KEHIDUPANNYA tergantung pada ukuran waktu dan harus tertunduk dengan -1 supaya realitas maujud lingkaran nyata sebagai 360 derajat (Yahoo!) muncul dari titik nukleus. Nama Israil dulu diperkenalkan oleh Nabi Ibrahim a.s dari Babylonia dengan satuan terkecil 60 atau seksi gesimal sebagai kiasan bagi umat manusia yang menggunakan ukuran waktu sehari semalah 12+12 jam alias 24 huruf tauhid yang dilafazkan umat Islam).

Dengan sintesis kiri dan kanan otak kitapun berkembang dengan modus trilateral yang tidak lain merupakan ciri-ciri bahasa Arab yaitu diagonal menyilang, horisontal dan vertikal. Karena itu baik logika maupun intuisi berada dalam keadaan seimbang ketika Wahyu disampaikan oleh malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW seiring dengan lahirnya kesadaran kudus rasul ketika memaknai arti waktu.

Dari kesadaran inilah kelak pengertian ruang waktu kesadaran dinyatakan sebagai sehari disisi Allah=1000 tahun pada QS 22:47, ketetapan Alah sebagai urusan diselesaikan dalam ukuran sehari=1000 tahun QS 32:5, dan ruh kudus menghadap Allah sehari=50000 tahun QS 70:4. Ketiga ayat tersebut sebenarnya berkaitan dengan pengertian yang berhubungan dengan bagaimana manusia saling mencintai, menikah (dan tentunya dengan malam pertama) dan akhirnya melahirkan generasi baru sebagai alam mikro. Gambaran mikro ini diproyeksikan ke arah alam makro yaitu usia manusia secara individu, gambaran tentang usia kehidupan di Planit bumi, serta alam semesta global sebagai alam makro yang citra penampilanya muncul di otak di bagian korteks selebral dengan keadaan psikologis sebagai waktu kita sebagai makhluk yang dihidupkan oleh Allah, al-Hayyu-al- Qoyyum.

Hal yang penting dari matriks 10x10 (see makna QS 10:10) adalah baik logika maupun intuisi harus memenuhi Ketetapan Allah yaitu nilai 90 sebagai nilai huruf Shaad (Qs 38:1). Ketetapan Allah ini berhubungan dengan fenomena realitas kehidupan di Planet Bumi yang dapat diuraikan sebagai komposisi simbolik gerakan Thaasin, Thuwa, dan fenomena alam inderawi lainnya yang mampir dimata, memenuhi hukum -hukum pemantulan cahaya dalam spektrum cahaya tampak (RGB), dan sesuai dengan kaidah keseimbangan tanpa cacat yang tercitrakan dalam bentuk 6 dan 9 sebagai Pesan Tuhan yang sempurna bagi kepentingan manusia untuk diuraikan sebagai bukti bahwa DiriNya ADA secara mutlak, dan makhluk adalah ciptaanNya, yang dididik dam dipelihara olehNya. Ungkapan Allah karena itu disebutkan dengan 9 huruf yaitu Rabbul 'Alamin. Di tanah Sunda, ketetapan 90 ini diukir-ukir seperti rambut keriting ikal dan prasastinya ditemukan di Bogor (Cuma katanya belum bisa diungkapkan) , bahkan di Persia pun gambaran kaisarnya selalu berambut keriting, termasuk keriting rambut Budha. Satuannya kalau ditulis secara simbolik adalah :

69+96=165, 96+96=192, 69+69=138, dengan jumlah total 495, sedangkan jumlah satuannya 30,30,30 atau 90 (nilai huruf Shaad, QS 38:1).

Tatanan realitas yang dihidupkan dengan 5 jari tangan manusia adalah realitas kesadaran-ruang- waktu karena yang menyadari waktu ini hanyalah manusia yang dinyatakan dengan ukuran-ukuran tertentu dalam bentuk simbol, geometri, bilangan dan huruf dan dijadikan sebagai ketentuan untuk menyatakan Asma, Sifat dan Perbuatan Allah.

Jadi, meskipun Al Qur'an suatu Kitab Wahyu, Allah tidak semena-mena menyampaikan pesan-pesanNya. Mustahil Allah menyembunyikan diriNya dari mata makhluk karena sesungguhnya cuma Dialah Yang Maha Ada, makhluk cuma bayang-bayang yang digerakkan kekiri kekanan dari balik kelir di bawah naungan sinar Mentari atau Bulan, Dialah The Puppet Master.

Kalau Allah menyembunyikan pengetahuanNya, maka sia-sialah semua bentuk makhluk ciptaan karena semua akan bisa menjadi sesat dan tidak mengenal-Nya. Dengan kata lain, Al Qur'an sebagai suatu kitab wahyu adalah produk sintesis lahir dan batin dimana akal pikiran , wa nafsi, dan hati manusia dapat selaras dengan niat awal mula Allah menetapkan urusanNya, melalui malaikatnya (QS 32:5). Wahyu Ilahi yang diterima Muhammad adalah pesan yang paling optimum bagi manusia maupun bagi jin dari golongan manusia, yang sesuai dengan fenomena kehidupan di Planet Bumi dan bisa dijelaskan baik dengan logika maupun citarasa. Kalau ada yang masih mengira Alif Laam Mim Raa tidak bisa ditafsirkan maka celakalah manusia karena telah melalaikan akal pikiran maupun hatinya sebagai anugerah yang mestinya digunakan untuk memahami pesan-pesan Allah dan menjadi Khalifah yang mengelola Planet Bumi dengan potensinya masing-masing.

Kalau kita gambarkan, gerakkan logika ke intuisi maupun sebaliknya dalam diuraikan sebagai suatu komposisi logis:
1----------- ------->2

Sedangkan gerakkan Intuisi adalah gerakkan yang menjadi landasan dari realitas yang akhirnya akan dituliskan dan diucapkan dengan lidah manusia yaitu gerakkan 234.

1----------- -------->2
-
-
-
3----------- -------->4

Gerak logika juga mengikuti gerakkan intuisi pada diagonal dari 123, sedangkan gerakkan dari posisi logika akan menutup ke arah 134 dan 124. Yang menarik terdapat suatu gerakkan pengungkapan dari 2 ke 1 atau 21 dan dari 21 ke 132. Jadi posisi secara keseluruhan akan menutup satu sama lain dimana pada bagian 23 dan 32 terjadi gerakkan dua arah naik turun mengikuti suatu aturan tangga nada yang secara logis menguraikan 7 langkah bagaimana manusia menjembatani intuisi menjadi logis. Dari arah posisi diagonal kanan atas ke kiri gerakkan logis juga bolak balik dari posisi 1 ke 4 menuju 2 yaitu gerakkan 142.

Fondasi gerakkan sebenarnya secara logis adalah dari 1 ke 2 atau 12 sebagai penumpu baik yang logis maupun intuisi, sehingga 12 bisa dikatakan sebagai Kreasi Awal dengan 9 langkah atau 129 sebagai suatu ketetapan awal mula yang menatapkan 90 sebagai ketentuan dari realitas yang terpahami baik secara logis maupun intuisi. 12 adalah kalimat Tauhid dengan nilai 165 Laa ilaaha illaa Allaah. (iseng-iseng saya pernah membaca di suatu koran Kanada bahwa jumlah Gunung Berapi di Indonesia yang disebut Ring Of Fire ada 129 buah, yang aktif ada 79 buah. Saya dapet proyek database dari perusahaan Tol Jalur Lingkar Jakarta, jumlah pintu tolnya saat itu saya hitung ada 129. Anehnya nama Jakarta nilai al-Jumalnya 623, 3 dijit bilangan dari 6236 ayat AQ).

234 adalah gerakkan pengembangan dari 9 langkah yang tidak lain adalah hamparan maghfirah yang dibentangkan. Dari sini kita pahami kalau 9 adalah gerakkan yang menyatakan ampunan Allah yaitu at-Taubah. Proyeksi tegak lurus dari ketentuan 90 adalah 9 dan 0. Atau kalau kita uraikan dari kanan ke kiri adalah 0 sampai 9 dengan jumlah 45. Check digit dari 45 tidak lain adalah bilangan 9 yang ditempatkan di dijit antara 4 dan 5. Sehingga bilangan yang tersusun menyatakan aktualitas logis dan intuitif yaitu 495.

Gerak penyingkapan dari titik 1, atau kaidah logis adalah 142, dari titik intuisi adalah 2 ke 4 atau 24, dari titik logis juga diuraikan 13 dan 4 sebagai parameter taksiran Ibu Jari dan Telunjuk atau taksiran diagonal 2 dan 3, yang tidak lain adalah Taksiran Prima 2 dan 3 dengan nama modern dilabeli oleh orang Barat sebagai Golback Conjecture. 134 mendeskripsikan tatanan dari posisi tatasurya ke luar, bagaikan ceplok telor setengah mateng, sedangkan 13+4=17 menyatakan ukuran dari kaidah intuisi menjadi logis sampai munculnya tindakan sebagai 7 langit bumi yang kelak diuraikan sebagai tatanan 7 kaidah penguraian logika untuk memahami tatanan realitas makhluk dari benda bermassa sampai dunia kuantum, maupun tatanan yang sifatnya abstraksi suatu proses dari niat sampai munculnya peradaban manusia dengan dasar-dasar Kalimat Tauhid Nabi Ibrahim a.s dan kalimat tauhid yang menyatakan adanya maghfirah dalam sistem kehidupan di Planet Bumi yang tersusun atas komposisi 92 unsur (23x4=92,MHMD) yaitu dengan kalimat Muhammadurrasululla h.

142 adalah gerak pengungkapan 'Abd Allah sebagai diagonal penyeimbang dari aktualnya maghfirah Allah ( 234) dan alam semesta ciptaan (134). Dari gerak kehambaan ini rahasia waktu terungkapkan sebagai 2 dan 4 yaitu 24, 2+4=6, dan 2x4=8 yang tidak lain menyatakan komposisi wahyu elementer yang dinyatakan sebagai 24+6+8=38, 10 bilangan, 28 huruf hijaiah. Orde kedua dari penguraian bilangan 2 dan 4 adalah :

6x8=48, 6+8=14

Dengan kaidah maksimum dibatasi sampai 7 tatanan pengungkapan maka nilai maksimum diagonal intuitif maupun diagonal logis adalah:

9x7=63 dan 11x7=77

63+77=140

Nilai yang menyatakan aktualitas pengetahuan adalah cahaya yang membelah akal pikiran dan hati dari kegelapan yang secara definitif dinyatakan sebagai 1/140 (jadi kalau kita merobek suatu dinding gelap maka lebar pertama kali cahaya semburat adalah celah selebar = 1/140 satuan yaitu 0,007142857) . Nilai pengalinya adalah 10 pangkat 9 dengan hasil 7142857. 13,12=25 didapat 142+7=149 dan 8+57=65=13x5.

Bilangan 13x5=65 adalah bilangan asal dari matriks 8x8=64 yaitu matriks papan catur. 149 adalah kodefikasi yang menyatakan kaidah 14 dan 9 dari cara menghitung kelipatan bilangan 9 mengggunakan 10 jari. Dan dari bilangan 4 yang nyisip di 149 ini, Pesan Kesempurnaan Allah terbaca sebagai proporsi Golden Ratio dengan pendekatan 4 dijit bilangan 1000 yaitu:
149 adalah 116189, 4 itu adalah bilangan 1618. Penguraian-Nya adalah penguraian 231 sebagai Alif Laam Raa (231), yang merupakan ungkapan transformatif bagaimana 50 neuron otak teraktivasikan secara serempak. Komposisi yang muncul adalah 11 618 9, 11 adalah 5 dan 6 yang dibaca Huwa, 618=329+289 yang dibaca sebagai al-Rahmaan (329) al-Rahiim(289) , dan 9 adalah 9 huruf Rabbul ‘Aalamin dengan nilai 433, 9 juga simbologi nomor surat at-Taubah yang tidak mempunyai pembuka Basmalah. Bilangan 9 dapat juga diuraikan menjadi Magic Square 3x3 sebagai hamparan pertama kali realitas akan ditegakkan dengan nilai 15 atau 3x5 sebagai nilai kesadaran yang aktual yang kemudian dinyatakan sebagai 15 hruuf QS 103. Komposisi diatas juga dapat diuraikan sebagai komposisi, 21 dan 3 atau 13 dan 2, alias 119=7x17 dan 618.

Hasil akhirnya sebenarnya adalah gambar tangan yang berdoa yang sudah saya postingkan dahulu dengan kesimpulan :

Sistem Operasi al-Insaan adalah Al Qur’an,
Kromosom manusia cara penyusunan dan penguraiannya sama dengan cara penguraian dan penyusunan Al Qur’an, dan sama dengan cara menyusun sistem desimal dan abjad
Sebagai makhluk manusia adalah makhluk ciptaan yang sejatinya LEMAH serta tanpa daya dan upaya yang dianugerahi amanat untuk mengungkapkan siapakah dia dan siapakah PenciptaNya dengan ASLIM (berserah diri).
Manusia adalah bukti Kemahabesaran PenciptaNya, sehingga ketika ia menyebutkan Allahu HU Akbar, sebenarnya manusia itu sedang menyatakan kehambaan dirinya dihadapan Allah dimana dirinya adalah bukti sebagai makhluk ciptaan yang sejatinya lemah, dan tidak mempunyai hak dan wewenang apapun untuk merusak maupun menghancurkan makhluk ciptaan Allah lainnya. Jika tidak, maka ia akan diadzab Allah baik semasa hidupnya maupun kelak di akhirat, secara individual maupun berkelompok, baik ia termasuk beragama maupun tidak. Sebab pokoknya kenapa demikian, karena telah melalaikan anugerah akal pikiran dan hatinya sehigga ia menjadi tidak patuh pada perintah untuk ASLIM dan melanggar prinsip pertama misi penyingkapan yaitu IQRA.
Struktur dasar AQ sangat matematik dan dasar-dasar penguraiannya telah dilakukan oleh umat Islam terdahulu yaitu di zaman keemasan Islam di sekitar abad 1 sampai 7 H dengan lahirnya Jabr Ibn Hayyan, Aljabar, dan sederetan ulama-ilmuwan muslim lainnya. Generasi penerusnya muncul di Eropa melalui Ibn Rusyd dan penjabaran pengetahuannya telah diuraikan oleh para pemikir dan ilmuwan di Eropa. Jadi, Barat yang kita kecam justru telah menguraikan jeroan AQ dengan sadar maupun tidak secara lebih detil dan bermanfaat, dan mereka bisa lebih berhasil membaca dan menulis dengan PENA (QALAM) yang benar meskipun telah menghilangkan sisi maknanya sehingga karakter Kolonisasi (penguasaan manusia atas manusia lainnya) muncul sebagai sisi buruk dari lemahnya iman atau tidak adanya Tuhan di hati mereka kecuali sekedar label kepantasan. Jadi, meskipun nampak maju, namun dalamnya kering kerontang dan tanpa ruh, mereka hari ini justru berjalan kembali mundur untuk mencari makna sejatinya dan nampaknya mereka pun sudah mulai melirik Islam karena Tha Fact dan Tha Proof yang telah mereka lalukan. Sebaliknya, Umat Islam di Timur, khususnya di Indonesia dengan cacatan KTP umat Islamnya terbesar di dunia, terancam PEMBUSUKAN akal pikiran dan hati dan KALAU TIDAK SEGERA MAWAS DIRI akan jatuh ke wilayah Al-Kafiruun dan Api Abu Lahab karena telah menyia-nyiakan Telaga Al-Kautsar Rasulullah berupa ilmu pengetahuan, keyakinan tauhid yang lemah, tidak ikhlas, mengabaikan Pertolongan Allah, DAN YANG PALING BERBAHAYA ADALAH CENDERUNG MELAMPAUI BATAS AL-MIZAN DALAM HAL APAPUN JUGA, baik itu aktivitas keagamaan, sosial politik, maupun perdagangan yang suka seenaknya menimbun makanan, bahan bakar, dan berbuat semena-mena dengan mengedarkan makanan. Umat Islam di Timur akan diliputi was-was dan kedengkian hati yang pelan-pelan akan menyebabkan kehancuran dirinya sendiri. Solusinya, penauhidan yang benar akan Ke-Esa-an Allah, menjalankan apa yang sudah dicantumkan didalam Pancasila dengan benar karena semua itu rangkuman dari berbagai hikmah kehidupan, Umat Islam harus kembali kepada AQ dan as-sunah dengan Iqra dan Penyucian Jiwa yang LURUS (Luruskan kembali niatnya, cari guru yang memang benar-benar tahu lahir dan batin) untuk mengaktifkan kembali Kecerdasan Rasulullah di setiap individu Umat Islam yaitu mengaktifkan kembali Al Qur’an sebagai Sistem Operasi Al –Insaan, al-Mukminun yang al-Mukmin (yang patuh pada perintah dan laranganNya lahir dan batin).
Agama Islam maupun agama lainnya adalah “kendaraan umat manusia atau Perahu Nabi Nuh a.s sesungguhnya untuk mengarungi gelora samudera hawa nafsu menuju kepada Ralitas Absolut dengan selamat”. Agama Islam “aslinya” adalah produk keseimbangan logika dan intuisi pada posisi seimbang tanpa cacat untuk menguraikan Pesan-pesan Pencipta sebagai Allah, Rabbul ‘Aalamin atau Inteligence Being supaya manusia bisa mempertahankan anugerah kehidupannya didalam sistem Planet Bumi sebagai satu-satunya sistem kehidupan di alam abjad dan bilangan dengan kelebihan maupun kekurangannya. Dengan kata lain, bentuk ilmu yang kita pahami kita hari ini yang diuraikan dari Pesan-pesan Ilahi sebenarnya muncul dari ketidaksempurnaan makhluk, namun manusia sebagai bayangan sempurna Penciptanya bisa MENDEKATI Kesempurnaan sebagai Taksiran atau Conjecture dari gerak-gerik jemarinya dengan akal dan hatinya yang menerima ILHAM ILAHI dengan distorsi minimal yaitu dengan memuliakan akhlaknya sehingga semua perilakunya akan pantas untuk menyucikan NamaNya Yang Maha Tinggi (QS 87:1).
Kesimpulan lainnya, silahkan cari dan renungkan sendiri saja kalau memang tertarik untuk lebih bisa Membaca Pesan-pesan CintaNya. O, ya, welcome to Era Tauhid Base Society atau Knowledge Base Society atau Digital Age .

“Dan dengarlah pada hari penyeru menyeru dari tempat yang dekat” (QS 50:41,91)
“..,dan Dia menghitung segala sesuatu satu persatu” (QS 72:28, 100)
“Sesungguhnya Kami menjadikan Al Qur’an dalam bahasa Arab supaya kamu berpikir” (QS 43:3, 46)
“Dan mereka berkata,”Mengapa Al Qur’an tidak diturunkan kepada seorang besar dari salah satu negeri ini?”.
“Apakah mereka yang membagi-bagikan rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan di dunia , dan kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian lain beberapa derajat, agar diantara mereka dapat saling membantu satu sama lainya. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.” (QS 43:31-32,149)
“Allah memberi petunjuk kepada cahaya-Nya kepada siapa yang dikehendaki- Nya. Allah membuat perumpamaan- perumpamaan (metafor-metafor) bagi manusia dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu” (QS 24:35, 59)
“Telah bertasbih kepada Allah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi, dan Dia adalah Aziizul Hakiim (Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana) (QS 59:1, 60)
Posted by QuranSains at 5:34 PM

Kesaksian Bukan Pembuktian

Bismilahirrahmanirrahiim

Adalah sebuah kebanggaan ketika tulisan kita bisa menjadi inspirasi kebaikan. Walaupun terkadang harapan itu harus pula disimpan rapi sekali agar tidak bercampur dengan ria dan sum’ah yang menghapuskan amal bak pasir di atas batu licin yang tertiup angin.
Kita buka diskusi ini dengan ungkapan seorang sahabat dari Fisika ITB dalam penutup tulisannya tentang Theory of Almost ... Almost Everything :

"Tauhid adalah penyaksian dan bukan pengetahuan, barang siapa menyaksikan maka ia telah bertauhid barang siapa hanya mengetahui ia belum bertauhid."

Godaan terbesar akal adalah membuktikan segala sesuatu.

Hal yang sama pernah terjadi di era Nabi Musa, ketika kepongahan akal ditunjukkan dalam kalimat itu :

Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: "Hai Musa, kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan terang", karena itu kamu disambar halilintar, sedang kamu menyaksikannya.
(Al Quran Al Karim Surah Al Baqarah ayat 55)

Sebuah ironi, karena ayat-ayat sebelumnya menerangkan tentang keajaiban-keajaiban Alam yang tak tertangkap rasio formulasi saintifik, bahkan mencapai klimaks ketika jalan terbentang di antara dua tembok air laut.

Dan (ingatlah), ketika Kami belah laut untukmu, lalu Kami selamatkan kamu dan Kami tenggelamkan (Fir'aun) dan pengikut-pengikutny a sedang kamu sendiri menyaksikan. (Al Quran Al Karim Surah Al Baqarah ayat 50)

Dua buah ayat ini diakhir dengan kalimat indah itu : WA ANTUM TANDZURUN. (DAN ENGKAU MENYAKSIKAN) bukan DAN ENGKAU MEMBUKTIKAN!!

Nobelis Fisika, Richard P. Feynman pernah menulis dalam bukunya “Character of Physical Law”

“There was a time when a newspapers said that only twelve men understood the theory of relativity. I do not believe that there ever was such a time ... On the other hand, I think it is safe to say that no one understands quantum mechanics ... Do not keep saying to yourself, if you can possibly avoid it, “ But how can it be like that ?” because you will get “down the drain” into a blind alley from which nobody has yet escaped. Nobody knows how it can be like that.

Einstein menulis dalam suratnya untuk Max Born tahun 1926 :

Quantum mechanics is very impressive. But an inner voice tells me that it is not yet the real thing. The theory produces a good deal but hardly brings us closer to the secret of the Old One. I am at all events convinced that He does not play dice

Tidak ada yang salah dengan akal. Ia anugerah tertinggi yang membedakan manusia dengan makhluk lain. Tapi anugerah lain yang pula sering terlupa adalah ”penyederhanaan” karena ada frame limit dan batas atas. Itulah mengapa Allah membahasakan dirinya dengan Asmaul Husna, yang 99-nya adalah bahasa yang dimengerti manusia.

Jika ada orang jago yang bertanya,”Bisakah Tuhan menciptakan batu yang sangat besar sehingga Tuhan sendiri tidak mampu mengangkatnya.” , coba tanyakan kembali pada orang itu,”Bisakah engkau lafadzkan kata lain dari ”Tuhan” dengan kata yang seluruh dunia ini tidak akan bisa melafadzkannya ?!” atau dengan pola lain,”Bisakah kau definisikan ”undefined” dengan kata yang benar-benar ”tak terdefinisikan” ?!”

Sebuah pembanding yang indah dilukiskan dalam Al Quran tentang permintaan pembuktian kebesaran Allah oleh Nabi Ibrahim :

Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, perlihatkanlah padaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati". Allah berfirman: "Belum yakinkah kamu?". Ibrahim menjawab: "Aku telah meyakininya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku)". Allah berfirman: "(Kalau demikian) ambillah empat ekor burung, lalu cingcanglah semuanya olehmu. (Allah berfirman): "Lalu letakkan di atas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera". Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Al Quran Al Karim Surah Al Baqarah ayat 260)

Entah berapa banyak sindiran Quran bagi mereka yang merasa perkasa dengan logika, bahkan dari mereka yang paling dekat posisinya dengan kerajaan Tuhan, yakni Malaikat :

Dan Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui".

Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!"

Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.

(Al Quran Al Karim Surah Al Baqarah ayat 30 – 32)

Dalam tempat lain di Kitab Suci :

Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: "Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan? " Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik,
(Al Quran Al Karim Surah Al Baqarah ayat 26)

Atau di tempat lain :

Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al Qur'an) kepada kamu. Di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat itulah pokok-pokok isi Al Qur'an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebagian ayat-ayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.
(Al Quran Al Karim Surah Ali Imran ayat 7)

Tipis beda antara mencari kebenaran dengan mencari-cari kebenaran.

Tancapkan dulu tonggak iman dengan kokoh, ikatkan dirimu disitu, selepasnya .... silahkan sebebasnya berthawaf mencari dalih saintifik, terminologi filosofis, atau logika empirik, karena kelindan sintesa bisa saja salah.

Itulah mengapa, kesaksian menjadi tonggak awal pembeda seorang muslim dan selainnya. Dan jaminannya adalah surga.

Kebenaran itu dari Tuhanmu, maka janganlah kita termasuk orang yang meragu


Ya, memang tonggak iman itu sebenarnya harus ditegakkan dulu tanpa ilmu pengetahuan namun dengan Kesadaran dan Taubat yang tulus untuk membuka Portal 91/2 (baca surat 9 dan surat 112) yaitu at-Taubah dan al-Ikhlas. Iman yang mandiri secara alamiah pada seseorang namanya Yaqin. Darimana datangnya itu, jangan tanyakan pada orang yang Yaqin namun justru kita harus yaqin bahwa itu ditetapkan oleh Allah sejak di alam rahim alias penyaksian ke-Esa-an Bukankah aku Tuhanmu yang dijawab Bala (simak QS 7:172).

Bagi umat Islam formalitas yaqin sebagai sistem agama adalah Syahadat. Nah, dengan bantuan syahadat orang awam bisa yaqin namun masih sekedar ilmul yaqin bukan ainul yaqin apalagi al-Haqq al-Yaqin. Tapi syahadat adalah Pintu Portal kedua yang terbuka setelah manusia sadar dan taubat tadi, nah dari pintu itu kita memasuki keislaman sebagai jalan hidup alias ibadah.Umat Islam di Indonesia sebenarnya yang lahir dari keluarga Islam berada di pintu ke-2 ini, melewati pintu 91/2, akhirnya malah banyak yang terjebak pada ghurur dan yaqinnya lemah.

Setelah di pintu syahadat, sesungguhnya syahadat adalah titik tolak dan titik akhir perjalanan ruhani bagi yang beragama islam ketika menetapi keislamannya (dengan sadar) dan melakoninya dengan sungguh-sungguh sebagai JALAN HIDUPNYA bukan ALAT POLITIK ATAU TUJUAN KEDUNIAWIAN LAINNYA, kemudian istiqomah lah dengan panduan Dzikrul Lil 'Aalamin , as Sunnah dan ilmu pengetahuan lainnya untuk mencapai penyaksian tentang Ke-Esa-an. Proses ini dalam dunia ruhani islam disebut makrifat.

Setelah penyaksian makrifat di lalui, dimana selama perjalanan itu kita sebenarnya berenang dengan gaya kupu-kupu (Patut kita sadari bahwa sebagian besar kita hari ini terdidik dengan baik hanya sebatas dengan ilmu artificial alias kata buku atau kata kitab atau kata hadis tapi tak melakoni apa kata buku itu termasuk disini kara al-Qur''an tapi tak mau merenungkan dengan mendalam apa sih kata AQ itu?), tanda-tanda ke-Esa-anNya diperlihatkan kepada hambanya sebagai anugerah dan hidayah yang menjalani kehidupan dengan penuh keberserahdirian. Ilmu yang mamapir sebenarnya macem-macem, baik yang ghaib maupun nyata. Namun, itu bukanlah tujuan meskipun apa yang diperlihatkannya bisa jadi dapat dibuktikan dan menjadi fakta kalau kita memang bisa menguraikannya dengan logika maupun intuisi, makrifat Aqlli maupun dzauqi.

Nabi2/kaum arifin melakukan proses demikian sebelum perintah menjadi Nabi diturunkan. Pada titik tertinggi maka seluruh label keilmuannya diruntuhkan dengan ASLIM mutlak seperti disebutkan dalam QS 2:131, kiasannya bagaikan Simurg yang terbang yang bulunya pada mreteli/rontok dan telanjang bulat di hadapan Allah dengan bersimpuh tanpa daya upaya kecuali Daya UpayaNya.

Tapi setelah penyaksian orang diberi kekebasan dari Allah dengan tanggung jawab pribadi, termasuk menangung akibatnya di akhirat. Jadi, sebenarnya si penyaksi tidak perlu menyatakannya kepada umum dan itu tergantung kepada pertimbangannya sebagai makhluk secara pribadi yang sudah diserahi tanggung jawab di hadapan Allah dengan intrumen akal pikiran dan hati nya apakah disimpan saja atau ditebarkan sebagai rahmat dari Allah atau kabar gembira dari Allah.

Para Nabi dan rasul adalah mereka yang dengan bertanggung jawab menebarkan Rahmat Penyaksian itu dengan menyampaikannya sebagai ungkapan Wahyu yang melahirkan agama-agama besar dunia.

Meskipun demikian, ada suatu jurang yang dalam antara Yang menyaksikan langsung dan yang cuma mendengar atau membaca ilmu artificial yaitu dari buku atau dari berita melalui mulut kemulut, atau melalui suatu kisah legenda yang memerlukan penafsiran.

Umumnya Nabi dan rasul di masa lalu menyampaikan Wahyu itu dengan perumpamaan2 dengan maksud dan tujuan tertentu yang sebenarnya bisa diungkapkan dengan baik kalau dilakukan SINTESIS INTUISI DAN LOGIKA dengan melihat realitas fenomenal di alam maupun di diri kita sendiri dan di kalangan masyarakatnya yang memang kurang berilmu karena saat nabi di zaman dulu muncul, Ilmu dirampas oleh segelintir penguasa baik dari kalangan agama maupun raja2.

Nabi dan rasul adalah penganut Open Source bukan penimbun informasi dan pengetahuan untuk kepentingan sendiri (bayangkan kalau kelakukan nabi model rentenir ini, nggak pernah ada Aq atau Injil atau kitab lainnya).

Hanya saja, pada ukuran waktu kurang dari 61 tahun setelah Nabi sebagai Guru Utamanya meninggal, banyak pengikutnya yang menyelewengkan pengetahuan Nabi untuk kelompoknya sendiri atau kepentingan rasnya (contohnya sudah jelas).

Penyaksian sesungguhnya nurani untuk membuktikan namun dengan kesadaran ASLIM. Akhirnya setelah kembali turun dari mirajnya, seorang penyaksi dengan tanggung jawab personalnya di hadapan Allah Yang Maha Esa kemudian mengajarkan pengetahuan tauhid bagi umat manusia supaya sadar kalau sesungguhnya baik logika maupu intuisi hanya sekedar penaksiran dari gerak gerik dan kelakuan kita sendiri yang ujung awalnya di hati sebagai ilham Ilahi dan ujung luarnya di perbuatan tangan dan kaki kita sendiri, baik dengan ilmu agama maupun sains.

Agama lahir karena Nabi dan rasul menyadari KEKURANGAN DAN POTENSI KESALAHAN SISTEM GEOMETRI, ABJAD DAN BILANGAN yang kita gunakan untuk berlogika maupun bermetafora.

Oleh karena itu, kebocoran ini harus ditutupi karena dari sebab ketidaksempurnaan inilah kita mengalami berbagai BENCANA.ALAM, KEKUATAN MISTERUS DARI KEKUASAAN TERTINGGI yang tidak kita pahami dengan utuh, baik itu dengan agama maupun dengan sains, baik intuisi maupun logika. Pendekatan terbaik adalah mengatasinya dengan solusi spiritual dengan mengupayakan supaya manusia ketika menjalani hidupnya mempunyai AL-SAKINAH untuk menghadapi keadaan apapun. Jadi, yang penting pada akhirnya adalah YAQIN, JALANI DAN MAKRIFATI KEHIDUPAN MENUJU KEHADAPAN ALLAH, SAMPAI DAN MENYAKSIKANNYA, DAN BALIK KEMBALI KE DUNIA UNTUK mengajarkan pengetahuan tauhid kepada semua umat manusia yang portensinya beda2.

Allah sebagai Entity Absolut atau al-Haqq pada akhirnya memang tidak perlu untuk dibuktikan tapi SANGAT PERLU DISAKSIKAN dan DAPAT DIBUKTIKAN baik dengan logika maupun intuisi, kalau memang mau dan ada kesadaran untuk itu (artinya, kalau Allah memang menghendaki hambaNya, so jelas kan seseorang siapa saja, dari ras apa saja, dari para bajingan maupun para pendeta, sebenarnya mempunyai probabilitas untuk dikehenndaki Tuhan menyampaikan bukti dan fakta penyaksian atas Ke-Esa-anNya kepada masyarakat di zamannya bukan dalam ruang waktu masa lalu sebagai al-Busyra kalau kitab2 wahyu aslinya benar dan dalam hal ini AQ ternyata DAPAT DIBUKTIKAN kebenarannya baik dengan logika maupun intuisi dengan syarat khusus misalnya dengan IQRA dan Penyucian Jiwa. Fakta dan BUKTI adalah al-Bayyinah kalau jemari kita sidiknya ESA sebagai bayangan langsung ke-Esa-anNya) .

Tujuan semua itu sebenarnya yang menjadikan al-Sakinah tadi hadir karena tahu al-Haqq al-yaqin kalau ilmu logika maupun intuisi kita mempunyai error rate berorde 7 dan 6 alias 76 alias 13 yang hari ini orang mengatakannya sebagai Planet ke-13. Adanya Kekuasaan 13 yang tersembunyi ini sesungguhnya muncul dari kebocoran ilmu logika maupun intuisi kita yang pojokannya L yang akhirnya disamakan dengan ketentuan batas yaitu bilangan sebagai TUJUH atau 7 langit bumi logika maupun khayalan kita yang intuitif yang bisa bikin gambaran macam-macam sebatas membolak balikkan bilangan dan huruf serta simbol-simbol.

Kita memang makhluk yang lemah dan 13 sebagai simbologi kekuatan tersembunyi yang triggernya angka 5 alias 5 jari kita alias semua kelakukan kita di dunia inilah penyebab utamanya yang menyebabkan akumulasi error rate dari ilmu pengetahuan yang kita gunakan untuk membangun peradaban oleh kedua tangan kita. Polusi, pengundulan hutan, penyakit dan bencana alam semuanya kembali asal usulnya kepada kedua tangan kita sebagai al-kursi yang penggunaannya diserahkan secara bertanggung jawab untuk menjadi bukti kalau manusia itu aslinya berakhlak mulia jika dan hanya jika intuisi dan logikanya dikawinkan dengan optimal dengan tujuan utama SAMPAI DI HADAPAN AL-HAQQ. Habis itu, ya jalani takdir saja dengan istiqomah di al-Shirathaal al-Mustaqiim dengan sadar bahwa realitas dunia maya in direkatkan LEM CINTA ILAHI yang dinyatakan oleh kalimat Kun fa Yakuun, Bismillahir al-Rahmaan al-Rahiim.

No comments:

Post a Comment