Saturday 27 February 2010

HAKIKAT UMUM - QURAN-ET SAINS 4

# Zaman Kanibal
# Negeri Kegelapan Kita
# Setan dan Tentaranya
# Hawa Nafsu dan Syahwatnya
# Dunia Akhirat dan Seisinya
# Semua Sirna Kecuali Allah
# Paha, Dada, dan Ayam Goreng

Zaman Kanibal

Inilah zaman kanibal, di negeri kanibal, pada era global, dengan polisi dunia yang haus darah. Sumanto, si raja kanibal dari Purbalingga, pasti terngiang nama itu, apalagi bagi masyarakat Purbalingga, Jawa Tengah. Baru ingat namanya raja sudah mengerikan, lebih dari drakula. Apa komentar para malaikat?

Manusia kanibal itu sesungguhnya hanyalah "bayangan" dari kanibalisme maniak yang sudah hampir jadi ideologi. Para penjahat begitu puas ketika melihat korbannya kelojotan (menggelepar). George W Bush begitu menikmati kalau bisa menumpahkan darah di Irak. Dulu, pada zaman orba banyak darah hampir jadi sungai kita. Dan hari ini, bencana dianggap sebagai kebiasaan alam, rutinitas, dan dengan nikmatnya para penguasa memandang dengan darah dingin, mengerikan.

Para Malaikat berkomentar, “Apakah Engkau jadikan manusia sebagai khalifah yang punya hobi merusak bumi dan menumpahkan darah? Kami hanya bertasbih kepada-Mu, dan menyucikan-Mu...” Lalu Tuhan menjawab, “Aku lebih tahu dari sekadar apa yang kalian ketahui..”

Kebuasan dan kebinatangan adalah dua senyawa yang menempel nafsu manusia. Lalu senyawa ini dipelajari oleh para setan, baik dari kalangan jin maupun manusia untuk dijadikan industri hororisme, syahwatisme, dan kanibalisme.

Banyak cara manusia - yang sesungguhnya hanyalah kerangka tengkorak tetapi bernyawa setan - meraih segala cara secara instan dengan segala metodenya untuk memenuhi syahwat kebinatangan. Dan Sumanto hanyalah satu dari jutaan manusia yang lebih sadis lagi.

Sumanto, George W. Bush, dan manusia haus darah dari Rumania, bahkan mungkin Anda yang puas dengan darah serta keringat rakyat, adalah representasi setan itu sendiri. Anda telah menenggelamkan derajat Anda sebagai eksistensi makhluk Allah yang paling mulia menjadi makhluk paling hina.

Dan inilah pertarungan paling menjijikkan dalam sejarah manusia. Pertarungan antara mereka yang memasuki gerbang-Nya lalu menjadi khalifah-Nya dan mereka yang memasuki gerbang kegelapan, lalu menjadi khalifahnya setan.

Mudah sekali. Apakah Anda juga tidak lebih sadis dari Sumanto? Jika Anda tidak pernah gemetar ketika nama Tuhan disebut, ketika kebajikan ditawarkan di depan Anda, ketika keadilan diajukan di meja Anda, bahkan dengan sombongnya Anda tertawa sampai menembus mega hitam. Itulah sesungguhnya kalau Anda adalah Sumanto dengan topeng yang lain.

Inilah perlunya sebuah revolusi moral untuk menghalau para kanibalis yang selalu berpesta dengan setan kegelapan, memeras keringat rakyat, lalu terbahak-bahak sambil menghisap darahnya, dan menyantap daging-dagingnya.

Inilah perlunya merobohkan berhala-berhala kebuasan dan kebinatangan yang hakekatnya tampak pada wajah para tokoh, ketika mereka berada dalam satu barisan gelombang jahiliyah, bersama kaum hipokrit yang senantiasa berpetualang dalam kejahatan bangsa.

Inilah saatnya Anda memurnikan air mata dari mata air jiwa paling dalam. Bukan dari mata buaya yang membuka mulut-mulut bencana. Inilah saatnya Anda menyadari bahwa Anda tak lebih dari hamba sahaya Allah, bukan menyeret Allah untuk kepentingan nafsu Anda. Janganlah Anda lumuri rumah Allah, bendera Allah, dan syiar-syiar Allah dengan darah drakula yang menyelinap dalam bilik kebuasan ambisi Anda.
Posted by QuranSains at 6:56 AM

Negeri Kegelapan Kita

Apakah negeri, bangsa, dan kehidupan sehari-hari kita sudah sedemikian gelap oleh tebalnya mega-mega sejarah? Jika benar, apakah kegelapan ini warisan masa lampau, ataukah kebodohan dan kezaliman masa kini? Jika tidak demikian, apakah sesungguhnya proses kehidupan berbangsa kita, memang baru (maaf) dalam tahap muallaf sehingga perlu dibimbing seorang mursyid bangsa?

Mari kita melihat dan merespon peta global sejenak. Amerika Serikat yang menjadi pusat gravitasi politik dunia, membuat ulah luar biasa. Secara syariat ada titik utama yang paling terkena imbasnya dari bagian Timur hingga Barat. Kesombongan AS yang membabi buta, Akan berpengaruh pada titik nadi utama di ujung Timur, Indonesia dan Baghdad. Lalu kelak negeri-negeri muslim lainnya. Bagaimana cara orang lain meremukkan bangsa kita? Sebagaimana zaman Orba dulu, penguasa telah meruntuhkan derajat para ulama kita?

Jawabnya mudah saja. Jika suatu bangsa ingin menzalimi bangsa lain, atau seorang penguasa ingin menzalimi publiknya, maka kaum munafik bangsa itu dijadikan boneka. Lalu mereka berteriak seakan-akan mereka adalah reformis, demokrat dan pembaharu, untuk menutupi kebusukan hipokritnya. Ketika seorang penguasa ingin menghancurkan para ulama, maka para ulama yang munafik dijadikan berhala-berhala kecil agar mudah dijadikan boneka untuk memusuhi sesama ulama.

Lalu hari ini, apakah situasi yang sesungguhnya menimpa bangsa ini? Tentu saja, bangsa ini adalah bangsa yang sedang bangkit dari keruntuhan. Sementara ketika ingin membangun rumah agungnya, bangsa ini hanya menggunakan sisa-sisa keruntuhan itu. Lalu bangunan itu lebih parah ketimbang bangunan masa lalu.

Inilah nuansa paling sederhana, yang secara moral kita terjebak dalam sarang rimba yang paling anarkis. Kita sebut anarkis, karena para elit kita, politisi kita, tokoh-tokoh penguasa kita, telah benar-benar dihantui ketakutan terhadap kebenaran dan keadilan. Mereka, jangankan memandang cahaya kebenaran, baru melihat kilatan cahaya itu saja, mereka sudah menutup mata hatinya. Menutup daun-daun telinganya, lari mencari selamat atas nasib keluarga dan kelompoknya.

Begitu pula kaum munafik di negeri ini telah terbagi menjadi dua belahan yang melapisi kegelapan ini. Lapisan pertama, mereka yang meraih posisi baik di parlemen maupun di birokrasi. Lapisan kedua, memang mereka adalah kekuatan laten munafiqin, terdiri para penguasa hitam, petualang politik, dan mereka yang sakit jiwa. Mereka selalu menggerakkan massa untuk dijadikan alibi politik rakyat. Allah di mata dua lapisan ini, adalah Allah dalam kertas, Allah dalam verbalisme dan teriakan takbir belaka, Allah dalam spanduk dan yel-yel, belaka. Cahaya Allah terkuci rapat dalam lorong nafsu kegelapannya.

Hanya segelintir ulama dan kiai yang bisa di hitung dengan jari. Ulama yang masih memiliki cahaya ruhani, lalu menaburkan cahaya itu dalam kegelapan bangsa ini. Segelintir itulah yang memunajatkan keselamatan bangsa ini, bukan keselamatan diri dan keluarganya. Mereka memang minoritas di kalangan kiai dan ulama, tapi mereka yang melihat kehidupan semesta dengan mata hatinya. Mata hati yang melihat cahaya, lalu cahaya itu berkata bahwa semesta bangsa ini sesungguhnya telah gelap gulita. Siapa yang memandang lapisan kebangsaan ini, tapi tidak melihat Allah di sana, maka kekaburan telah menyekat jadi tirai antara mereka dengan Tuhannya. Kekaburan cahaya itu tertutup oleh mega-mega ambisi duniawi. Mereka terseret oleh arus pusat gravitasi dzulumat (kegelapan) yang paling mengerikan.

Jika Anda tidak yakin, bertanyalah pada para pemimpin dan elit bangsa ini. Di manakah Allah berada ketika mereka sedang berbuih sampah di antara kemunafikan dirinya? Di manakah Allah ketika mereka sedang ketakutan yang memojokkan krisis psikologinya? Saya yakin, yang Anda dengar dari jawaban mereka adalah kegagapan, kegalauan, dan alibi-alibi untuk menutupi kecurangannya.
Posted by QuranSains at 6:51 AM

Setan dan Tentaranya

Gemuruh takbir bersahutan menjelang hari lebaran. Makna Idul Fitri, berarti kembali pada fitrah yang suci. Kembali pada suasana kefitrahan kita ternyata harus dikejutkan oleh sesuatu yang dahsyat. Kita memang harus menang dalam peperangan melawan setan. Takbir di hari lebaran diawali dengan tiga kali takbir, maka takbir pertama sesungguhnya kita menakbiri setan dan bala bantuan, tentara dan pasukannya yang hendak mengancam kemenangan kita dalam 29 atau 30 hari peperangan kita.

Takbir terhadap setan dan tentaranya sangat dibutuhkan, karena setan sangat takut dengan takbir yang dikumandangkan hamba Allah. Kalau kita hayati maknanya, berarti Allah Maha Besar. Dalam pandangan Allah, semua makhluk termasuk kita, setan dan segala hal yang berbau makhluk akan kecil dan tak berarti apa-apa. Karena itu kita setiap hari akan terus bertakbir. Kala itu setan bergelimpangan dari muka bumi. Termasuk bumi di hati kita.

Setan yang dibelenggu selama sebulan, akan melakukan balas dendam luar biasa setelah hari raya. Karena itu takbir terus bergema setelah hari raya sampai tiga hari lamanya agar elemen-elemen setan benar-benar sirna dari diri kita. Ancaman setan tidak mau kembali ke benak kita. Karena itu hayati dan renungkan makna takbir itu sedalam-dalamnya, sebab kesetanan dalam diri kita akan segera tiba manakala kita tidak segera dan sering mengucapkan takbir.

Bahkan dalam salah satu wirid dari sebuah tarikat di dunia ini, ada bacaan takbir sebanyak 100 kali setiap hati. Berarti dalam diri kita ada sejuta setan bahkan milyaran yang setiap hari lahir.

Allahu Akbar! Hati-hati, ketika takbir berkumandang, setan juga pandai. Ia seringkali berselingkuh dengan hawa nafsu kita untuk memanfaatkan takbir demi kepentingannya. Maka muncullah takbir politik, takbir bisnis, takbir nafsu, takbir riya', takbir pamer, dan sebagainya. Nah, jika setan mulai menguasai nafsu kita, maka takbir kita hanyalah takbir hura-hura. Karena itu hati-hati bertakbir, jangan sampai setan gundul memanfaatkan takbir kita, hingga gundul kita sendiri seakan-akan sudah religius, tetapi ternyata penuh dengan massa setan di atas kepala kita. Nah!
Posted by QuranSains at 6:45 AM

Hawa Nafsu dan Syahwatnya

Jangan-jangan usai lebaran ini nafsu kita semakin liar. Karena itu harus ditakbiri lagi, agar nafsu kita menghilang di sudut sampah kotoran kita. Nafsu kita harus kita jadikan sebagai musuh bersama. Karena itu nafsu juga paling takut dengan takbir. Ia bisa gemetaran ketika berhadapan dengan takbir.

Nafsu kita bisa liar ketika unsur kejahatan dibiarkan tumbuh menjamur. Nafsu turut mendorong untuk memuaskan setan, si tuan nafsu. Setan memperbudak nafsu untuk tujuan penyesatan manusia.

Nafsu kita bisa ditransformasikan, ketika kita teriakan takbir diteriakkan secara mendalam. Nafsu ammarah dan lawwamah, yang menjerumuskan kita pada kejahatan dan kesenangan sia-sia. Ketika takbir dikumandangkan, maka setan bisa sirna dan lahirlah nafsu sejati yang diawali dengan muthmainnah, nafsu yang tenang dan tenteram bersama Allah. Ketika sudah tenang bersama Allah, nafsu akan lahir kesekian-kalinya menjadi nafsu yang murji'ah (kembali terus kepada Allah), lahir kembali menjadi nafsu rodliyah (nafsu yang senantiasa hanya menginginkan ridho Allah). Lalu muncullah nafsu mardliyyah (nafsu yang terus menerus dalam atmosfir ridho Allah). Baru kemudian nafsu mulhamah (nafsu yang terus menerus dilimpahi ilham Allah). Muncul kemudian nafsu kasyifah (nafsu yang dibukakan rahasia Ilahiyah). Puncak kesempurnaan nafsu itu muncul menjadi nafsu 'arifah (nafsu yang terus menerus memandang dan melihat Allah dalam kema'rifatan Allah).

Nah, hebat bukan takbir kita itu. Baru menakbiri kedua kali saja, setan dan nafsu sudah berantakan. Apalagi ketika Anda sedang dibelai terali besi, berada di diskotik, di sisi perempuan semlohe. Cobalah ucapkan takbir, pasti nafsu Anda jadi beringsut dan ketika itu pula, Anda rnenyadari bahwa apa yang Anda lakukan hanyalah akibat dari liarnya hawa nafsu Anda, yang menjerumuskan kita dan kepentingan Allah.

Sering-seringlah mengucapkan takbir, terutama untuk diri sendiri, agar nafsu kita terkendali. Ketika nafsu kita rnengalami perubahan pemurnian yang luar biasa selayaknya kita lahir dalam fitrah suci.

Akhir dari segala keparipurnaan adalah takbir itu sendiri. Takbir adalah puncak sebutan hamba Allah kepada Allah. Di situlah makna substansi takbir yaitu sebagai manifestasi dari kefanaan hamba Allah. Tiada daya dan upaya kecuali Allah. Allahu Akbar. Maka hanya bagi Allah saja yang memiliki hak pujian. Wali llahilHamd.
Posted by QuranSains at 6:42 AM

Dunia Akhirat dan Seisinya

Kenapa dunia perlu ditakbiri? Kenapa pula akhirat harus ditakbiri? Ya, karena dunia dan akhirat adalah sesuatu selain Allah. Jika dunia ini tidak kita takbiri, kita bisa menyembah dunia. Ketika dunia kita sembah, kita telah menjadikan dunia sebagai berhala.

Dunia ini tampak lebih besar dibanding Allah, karena itu peradaban kita hari ini lebih banyak memberhalakan dunia ketimbang menyembah Allah. Kita diam-diam telah lama jadi budak dunia. Kita menghalalkan segala cara demi Tuhan kita yang duniawi itu. Kita telah lama menyembah dunia walaupun kita mengaku sebagai hamba Allah. Dunia setelah kita bangun tidur sudah tampak di depan kita. Mari kita sembah yang menciptakan dunia ini, bukan dunianya yang kita sembah. Sebab manusia manapun di muka bumi punya kepentingan untuk menjadikan dunia sebagai berhalanya.

Allahu Akbar! Dunia mesti sirna dari hati kita. Hati kita itu rumah Allah. Jangan ada sesak-sesak dunia, sekalipun di pinggir hati kita. Biarlah dunia ini urusan pikiran dan nafsu kita. Biarlah dunia ini kita jadikan budak kita, jangan kita dibudakkan dunia. Dunia boleh kita tumpuk setinggi bukit, tapi jangan jadi tempat berhala kita. Caranya? Jangan tempelkan hati kita pada dunia lagi? Kita bentak dunia dengan gema takbir yang sekeras-kerasnya. Biar dunia lari terbirit-birit dari diri kita, biar dunia tidak datang dengan tipu dayanya, dan biar dunia menjadi alat untuk akhirat kelak.

Nah, kenapa akhirat harus ditakbiri? Bukankah akhirat itu mulia? Bukankah kita harus mencari kehidupan akhirat? Ya. Kalau kita beribadah hanya untuk kepentingan akhirat nanti yang tampak adalah surga, pahala, bidadari, siksa neraka, dan sebagainya. Lama-lama kita tidak lagi memandang Allah, tapi memandang nikmat-nikmat Allah. Allah seakan-akan sirna dari hati kita, kita jadi hedonis dengan akhirat. Karena itu akhirat harus kita takbiri, agar kita lebih mulia lagi, lebih hebat lagi, lebih muttaqin lagi.
Posted by QuranSains at 6:40 AM

Semua Sirna Kecuali Allah

Wah, kali ini diri kita begitu fana, karena yang baka, abadi, yang berhak dipandang hanyalah Allah. Karena itu segala hal selain Allah termasuk kecil, dan untuk memperkecil itu harus ditakbiri. Allahu Akbar.

Takbir Anda di sini adalah takbir ma'rifat kepada Al1ah. Takbir keabadian Allah. Takbir yang menyirnakan segala hal selain Allah. Takbir dari lampu merah menuju lampu hijau, dari lampu hijau menjadi lampu yang terang benderang tanpa warna. Sebab segala hal yang berwarna pasti bukan Allah.

Allahu Akbar! Kita sudah berada di arasy Allah, yaitu kemandirian kalbu kita bersama Allah. Hati kita penuh asma Allah. Jantung kita berdetak menyebut Allah. Darah mengalir berbunyi Allah. Pori-pori dan daging kita terbentuk dari bahan-bahan yang berdzikir penuh Allah.

Nah, Anda adalah manusia khalifatullah. Jangan coba-co Anda merasa jadi khalifatullah sebelum Anda menakbiri segala hal selain Allah. Banyak orang merasa jadi khalifah-Nya, tetapi hatinya masih penuh dengan dunia, nafsu dan setan. Pada saat itu anda sesungguhnya khalifahnya setan. Khalifahnya dunia dan khalifah selain Allah.

Usul punya usul, sesungguhnya Anda sudah pernah menakbiri selain Allah atau belum? Menurut sensus alam akhirat sana, ternyata yang sudah menakbiri selai Allah itu hanyalah kecil sekali jumlahnya. Tetapi jika memang belum pernah Anda lakukan, mbok mulai hari ini Anda belajar menakbiri selain Allah. Pertama menakbiri setan dan iblis, kedua hawa nafsu kita, ketiga dunia dan akhirat, keempat apa saja selain Allah, dan seterusnya. Di tulisan berikutnya dapat Anda lihat, Anda harus menakbiri apa lagi...

Ya, setelah kita menakbiri segala hal selain Allah, lalu kita mau apa? Kita terus bertakbir. Takbir itu ibadah. Takbir itu sebagai perwujudan sekaligus deklarasi setiap hari, bahwa kita hanyalah hamba Allah saja.

Benarkah kita hanya hamba Allah? Bertakbirlah sekali lagi, Anda baru sadar bahwa Anda hanyalah hamba Allah. Kalau takbir kita jadikan wirit setiap hari, maka takbir akan terus membendung segala usaha di luar diri kita yang hendak memperbudak kita. Karena itu Anda harus jadi hamba Allah yang kuat. Hamba Allah yang kuat bukan preman, juara berantem, jago ngesek, tukang perkosa, tukang nipu rakyat, bukan pula presiden yang suka menggencet rakyat dan seterusnya.

Hamba Allah yang kuat adalah hamba Allah yang bisa melawan segala hal selain Allah. Hamba Allah yang kuat adalah hamba Allah yang tidak suka mencla-mencle, glundung semprong, mengalir saja menurut arus kehidupan tanpa prinsip. Hamba Allah yang kuat adalah hamba Allah yang justru menikmati kemerdekaan dirinya, kebebasan dari ikatan hawa nafsunya, bebas dari rasa takut, gelisah dan sudah, bebas dari rasa khawatir dan angan-angan yang menyeret khayalannya.

Hamba Allah yang kuat adalah hamba yang tidak pernah merasa paling hebat, benar, kuat, top, islami, meniru Nabi, dan paling hebat agamanya. Kalau rasa superior, hanya paling-paling saja. Tak lebih dari hamba Allah yang loyo, lemah dan mudah menyerah, akhirnya jadi hamba Allah yang putus asa.

Takbir itu solusi krisis, ketakutan, kekhawatiran, putus asa, dan solusi frustrasi. Para penjahat tidak akan pernah melakukan kejahatan manakala ia lebih dahulu mengucapkan takbir. Kalau ada kejahatan diawali dengan takbir. Pasti kejahatan paling maniak, karena takbirnya hanyalah takbir untuk nafsunya.

Nah, mari kita bertakbir untuk menjalani kehambaan kita, bukan merasa kita jadi Tuhan, bukan kita menuhan-kan segala yang kita inginkan dan kita impikan. Kalau begitu anda lama-lama lepas dari jabatan Anda sebagai hamba Allah. Nah!
Posted by QuranSains at 6:37 AM

Paha, Dada, dan Ayam Goreng

Ketika dunia merayakan abad milenium, seorang kawan bingung, "Kenapa abad rusak ini harus dirayakan?" Ya, biar saja dirayakan. Hak penjahat merayakan pesta kegelapannya. Hak penjaja seks merayakan syahwatnya. Hak politisi merayakan penipuan terhadap rakyatnya. Hak pemimpin dunia merayakan kezalimannya. Hak ulama dan kiai merayakan keprihatinannya. Memangnya kenapa? Ya, kalau sudah demikian mau apa lagi.

Yang jelas milenium kita ini juga dirayakan dengan pamer udel, paha dan dada. Inilah abad "bupati" alias buka paha tinggi-tinggi. Selanjutnya terserah Anda, sebab jalan yang lurus sudah lempang, jalan yang bengkok sudah gamblang.

Dalam suatu wacana sufi, Ibnu Athaillah menegaskan, “Kalau Allah ingin menghina suatu kaum, bangsa dan seseorang, maka kaum, bangsa dan individu itu ditakdirkan menuruti sahwat dan hawa nafsunya.”

Karena itu jika nafsu Anda bergejolak hari ini, ingatlah jangan-jangan Allah sedang menghina Anda. Jika suatu peradaban sudah memamerkan udel, paha dan dada jangan-jangan itulah cara Allah menghina suatu peradab bangsa.

Dan menikmati hinaan Allah adalah pertanda bahwa Anda berada dalam satu jalan bengkok.

Pada waktu yang lama terdengar musik konser yang digelar oleh iblis dan suku-sukunya untuk menguatkan kekuasaan lebih besar di muka bumi ini. Bagaimana soal hukum, soal syariat, soal aturan tertib kehidupan yang beradab? Bagi iblis itu kecil. Sebab, soal syariat pun ia gampang melakukan manipulasi. Atas nama syariat, iblis bisa berpidato dan menyelenggarakan seminar penerapan syariat di mana-mana.

Tapi soal jiwa, soal mereka yang sudah mapan qalbu di hadirat Allah, iblis memang angkat tangan. Karena itu peradaban harus dibangun melalui Qalbu Force (kekuatan hati) bukan Intellectual Force (kekuatan intelektual). Kekuatan akal telah gagal membangun peradaban kecuali ia bangun gedung pencangkar langit dan segala show of force nya, tetapi ternyata keropos fondasinya.

Kalau dunia gelap sudah banyak yang mulai menengok dunia terang, apakah Anda yang sudah di dunia terang juga ingin menengok, coba-coba merasakan dunia gelap? Itu pun terserah Anda. Kebanyakan orang yang coba-coba menikmati dunia gelap akan tersungkur di sana dalam kondisi yang mengerikan. Tetapi mereka yang mencoba membuka jendela dunia terang biasanya akan bertobat dan terus menjadi manusia yang berjuang untuk kebajikan.

Yah, sekedar soal paha, pipi, udel, pantat, dan dada, ternyata berakhir dengan kegelapan yang mengerikan. Na'udzubillah. Tapi ironisnya masyarakat kita yang sedang gila dengan titik-titik itu. Mereka malah menikmati, melahap ayam goreng. Mereka sangat menikmatinya. Bahkan muncul industri pers yang mengkonsumsi kegelapan itu untuk dijual di pasar setan.

No comments:

Post a Comment