Saturday 27 February 2010

HAKIKAT UMUM - Quran-et-Sains 2

# Di Sini Bunuh Diri, Di Sana Iblis Berpesta
# Pelacur pun Bisa Lebih Mulia
# Kejahatan Itu Takdir Juga
# Inul dan Kekasih Allah
# Gus Mus dan Inul
# Sadisme, Dakwah dan Kesenian Kita
# Allah dan Keringat Pembantu

Di Sini Bunuh Diri, Di Sana Iblis Berpesta

Bunuh diri marak kembali di negeri ini. Tanda-tanda zaman kita telah mencapai nucleus gelapnya ketika iblis dengan bermilyar-milyar setannya menggerakkan pesta ritual melalui gebyar peradaban liar. Lalu limbah-limbahnya adalah keputusasaan, kekecewaan, frustrasi, lalu bunuh diri.

Saya tidak bisa membayangkan ketika Michael Jackson menyihir jutaan penonton, kemudian histeria itu telah mencapai orgasmeus ekstasenya. Kemudian dengan tiba-tiba ia berteriak; "Mari kita lakukan bunuh diri masal!" Apa ya, yang bakal terjadi?

Di Amerika Serikat, bunuh diri masal pernah dilakukan aliran sesat Kristiani dan begitu juga di beberapa negeri Afrika. Bahkan Asia juga pernah terjadi. Tapi bunuh diri individual, rupanya tak kalah pentingnya untuk disimak dengan segala kekecewaan kita. Kenapa mereka lakukan bunuh diri? Apa yang menjadi tujuan mereka yang bunuh diri?

Iblis memang mencekam. Pada hari-hari terakhir ini, dunia kita seakan mengerikan. Manusia puas ketika membunuh sesama manusia dan rasa puas itulah gema dari pesta-pora iblis dan setan-setannya. Puncak pesta itu justru datang ketika manusia membunuh dirinya sendiri tanpa bantuan orang lain. Sebab, satu orang bunuh diri bisa memberikan energi besar yang luar biasa bagi milyaran setan.

Orang bunuh diri menganggap sebagai jalan terakhir atas keputusasaan pada kehidupan. Jalan terakhir yang semakin gelap yang diyakini sebagai cara mudah menyelesaikan masalah. Tetapi itulah jalan terakhir memasuki gerbang raksasa keputusasaan, sumber dari segala sumber masalah kehidupan itu sendiri.

Saat bunuh diri, manusia kehilangan Tuhan. Saat bunuh diri manusia telah menuhankan dirinya sendiri, lalu ia "membunuh" Tuhan yang bersemayam dalam kalbunya. Seketika kegelapan paling hitam mencekik rasa Ilahiyahnya sampai batas di mana berhala kegelapan adalah persembanhan atas kekecewaannya. Mereka yang bunuh diri menjadi kafir. Dia telah menciptakan berhala yang tentu saja anti-Tuhan. Bunuh diri ini berbeda dengan sebuah perlawanan terhadap diri sendiri atau membunuh ikon nafsunya.

Nabi pernah bersabda; "Matilah engkau sebelum engkau mati." Hadits ini bukan hadits untuk bunuh diri. Tapi hadits untuk hidup yang hakiki. Matikan nafsumu, sebelum nyawamu mati. Matikan egoismemu sebelum engkau kembali pada Aku yang hakiki. Agar dirimu bisa menikmati hayatul qalbi (hidupnya hati).

Orang yang mematikan hawa nafsunya berarti telah mampu mengendalikan nafsu itu sendiri. Juga mampu mengendalikan sekaligus jiwanya untuk hidup bersama Allah. Mereka yang bersama Allah senantiasa jauh dari imajinasi tentang bunuh diri, apalagi kekecewaan sampai pada batas; "Ingin mati saja!"

Bersama Allah berarti bersama cahaya Ilahi. Cahaya yang mengusir kegelapan, bahkan kegelapan paling mengerikan, bunuh diri!.
Posted by QuranSains at 7:26 AM

Pelacur pun Bisa Lebih Mulia

Pelacur jangan dihina. Walaupun ia telah melakukan aksi penjajahan syahwat Anda hingga Anda terjebur dalam sirkuit kebinatangan. Kenapa? Siapa tahu akhir hayatnya ia husnul khotimah (baik di akhir hayatnya), sedangkan Anda su'ul khotimah (buruk akhirnya). Hanya Allah yang tahu.

Seorang germo di Subaraya, Jawa Timur, benar-benar mengagetkan umat. Kenapa? Karena ia melakukan tindak penggermoan itu demi untuk pendidikan anak-anaknya. Dan anehnya anak-anak germo yang kini mantan pelacur itu menyekolahkan anak-anaknya semua di pesantren. Bahkan diantara putra putrinya mahir ilmu agama dan hafal Al-Qur’an. Tidak jelas, apakah anak-anaknya itu tahu pekerjaan ibunya seperti itu atau tidak. Namun ketika ditanya kenapa ia melakukan penggermoan itu? "Ini adalah pekerjaan, dari pada saya korupsi seperti pejabat-pejabat itu atau maling, kan lebih mulia seperti ini, sama-sama enaknya...."


Lain lagi di Madiun. Seorang pelacur meninggal 10 tahun silam. Ketika kuburnya digusur oleh pembangunan, tubuh dan kafannya masih utuh, mulus, dan tak sedikit pun berubah. Subhanallah. Entah taubatan nasuha seperti apa yang dilakukan pelacur itu, tetapi seluruh warga kampung itu menyaksikan bahwa ia memang seorang pelacur.

Para germo maupun pelacur di atas tentu hidupnya lebih luhur ketimbang seorang pejabat yang KKN, seorang pimpinan parpol yang mengatasnamakan kepentingan rakyat, tetapi sesungguhnya melakukan kejahatan terhadap rakyat. Pelacur itu lebih mulia, bahkan ketimbang kiai, yang melacurkan ilmu agamanya untuk dunia, menperjualbelikan ideologi dan keyakinannya untuk kepentingan sesaat belaka. Bahkan yang mencari popularitas untuk kepentingan perut dan keluarganya.

Tapi Anda jangan bercita-cita jadi pelacur atau penjahat. Mereka pun dalam hidupnya tak terbayang, sekali pun dalam mimpi, untuk menjadi pelacur dan penjahat. Kecuali para pejabat yang mengincar jabatan basah dan empuk demi meraih setoran dan peluang KKN di sana. Mereka ini memang sejak dini bercita-cita jadi raja KKN, cita-cita hina dina yang lebih hina ketimbang pelacur dan penjahat.

Di Bangunsari, Surabaya, setiap Kamis sore ada pengajian yang dihadiri ribuan pelacur. Mereka fasih membaca Al-Qur’an, berkerudung, dan berjilbab. Tapi aksi penjajahan syahwat itu mereka lakukan demi uang dan krisis ekonomi. Paling lama 10 tahun mereka melacur dan setelah mendapatkan jodoh atau modal ekonomi. Kemudian mereka berhenti.

Tentu, mengumpulkan modal ekonomi seperti mereka ini lebih mulia ketimbang wakil rakyat atau pejabat yang aji mumpung. Lalu mengumpulkan uang untuk kepentingan dirinya dan keluarganya. Sementara pelacur yang diwakili aspirasinya terbuang begitu saja.

Sayang sekali para pelacur itu tidak memiliki parpol. Jika ada pelacur yang jadi wakil rakyat, pasti banyak terkuak betapa pelacuran politik di Senayan lebih memuakkan ketimbang pelacuran di sepanjang rel kereta api.

Fakta di atas mengingatkan kejahatan-kejahatan George W Bush dan Tony Blair di Irak. Atas nama Tuhan dan kemanusiaan, mereka melakukan tindak kejahatan paling sadis sepanjang sejarah. Bahkan seorang penjahat atau pun seorang pelacur akan sangat menentang kejahatan dua manusia jahat itu. Tetapi memang demikianlah jalannya sejarah. Kita lihat saja bagaimana Allah meruntuhkan kekuatan Amerika dan Inggris yang bertahun-tahun hidup dalam keangkuhan dan kesombongan. Hingga akhirnya nanti kehancuran budaya, kemanusiaan, dan peradaban AS-Inggris lebih hina dibanding keruntuhan dan kekalahan politik.

Allah bersama orang-orang yang menjerit hatinya, yang tertindas posisinya, yang dilempar harkatnya. Bahkan Allah pun bersama seorang pelacur yang hatinya setiap malam menangis dan menjerit oleh ketertindasan sosial ekonomi, lalu jeritan itu didengar Tuhan, bahkan tangis taubatnya meluluhkan kasih sayang-Nya sebagaimana pelacur di Madiun itu.

Doa orang-orang tertindas, tersingkir, dan terjepit sangat mustajab (dikabulkan). Begitu juga doa orang-orang fuqoro' dan kaum miskin. Karena itu, jangan hina mereka, karena jika mereka enggan berdoa. Maka kalian para orang kaya, orang yang berkuasa yang sewenang-wenang, nanti Anda akan runtuh dalam kehinaan Anda sendiri.
Posted by QuranSains at 7:24 AM


Kejahatan Itu Takdir Juga


Sosio-psikologis kejahatan biasanya muncul dari watak potensial yang dikukuhkan oleh dorongan lingkungan kejahatan. Bisa karena protes terhadap kehidupan sosial atau karena ada DNA kejahatan yang mengalir pada dirinya. Tetapi sesungguhnya, apakah tindak kejahatan itu termasuk skenario Allah atau murni perbuatan manusia? Sebab, ada kalanya orang berbuat nekat karena protes pada sesama, protes pada kehidupan sosial, juga protes terhadap Tuhan. Ada gugatan yang mereka saksikan lewat aksi jahat itu sebagai protes, atau lebih banyak kejahatan itu muncul sebagai mafioso komunitas gelap dalam jiwa manusia.

Menurut logika syariat, kejahatan - dengan alasan apa pun juga - adalah bagian dari usaha dan rekayasa manusia. Karena itu manusia mendapat sanksi yang tegas dalam syariat. Dalam Al-Qur’an ditegaskan, "Apa saja yang buruk, itu datang dari dirimu, sedangkan apa saja yang baik, datang dari Allah." Artinya, jika seseorang itu tidak berselaras dengan kehendak Allah yang tertuang dalam aturan-aturan-Nya, maka pada saat yang lama kita terlempar di jurang kejahatan.

Tetapi menurut hakikat, tindakan baik dan buruk itu adalah takdir Allah sebagaimana kita yakini dalam rukun iman pada takdir. Baik dan buruk itu dari Allah. Tetapi dunia hakikat itu hanya wilayah Allah, bukan wilayah manusiawi. Wilayah manusiawi hanya bisa beraksi di syariat. Soal koordinasi dengan dunia hakikat, Allah sendiri yang mengaturnya.

Menurut hakikat Nabi Adam AS, semua itu tidak salah. Sebab beliau tidak bisa lepas dari skenario takdir Allah yang memang harus demikian sebagai lakon hidupnya. Tapi cara pandang ini hanya berlaku pada situasi dan kondisi yang berlalu dan terlewati. Sebesar apapun dosa yang kalau kita yakini sebagai bagian dari rencana dan takdir Allah, maka dosa itu akan kecil sekali. Tapi, sekecil apapun sebuah dosa yang kita rencanakan, lalu kita kaitkan sebagai takdir Allah, maka rencana itu pun sudah merupakan dosa yang amat besar.

Bagi para pelaku dosa besar di masa lalu, Anda jangan merasa bahwa yang sudah berlalu itu, Tuhan tidak akan campur tangan. Bahkan semuanya bagian dari cerita dalam riwayat hidup Anda yang sudah digaris Allah.

Agar apa? iya, agar Anda lebih optimistis menyambut masa depan Anda bersama Allah.

Kenapa ada ayat, bahwa semua yang jahat itu dari manusia, sedangkan yang baik dari Allah? Benar. Keburukan dari kita manakala ditinjau dari segi logika dan syariat. Bahkan puncak pemikiran logis pun akan menjustifikasi setiap perbuatan baik memang dari Allah.

Meskipun, menurut dunia batin dan hakikat batin kita yang menjadi wilayah iman kita, baik dan buruk itu dari Allah juga. Namun, dunia batin tidak bisa dilogika dalam akal. Hanya gerak-gerik batin saja yang memahami. Sehebat apa pun akal dan fikiran Anda pasti tidak akan menerima baik dan buruk itu dari Allah. Makanya jangan menyombongkan akal Anda, malah Anda nanti bisa jadi penjahat secara diam-diam.
Posted by QuranSains at 7:23 AM
Inul dan Kekasih Allah
Ainul Rokhimah, gadis Pasuruan, Jawa Timur, itu telah mengebor goyangnya sampai ke ubun-ubun kebudayaan. Lalu, limbah banjir dari aliran sungai seni bangsa kita menggeliat dengan bau anyir antara protes, keluhan, simpati, dan kebutuhan menikmati.

Mengapa Inul muncul di permukaan sekarang ketika para pemimpin kita sudah tidak waras lagi, para ulama dan ustadznya sudah terselubung duniawi, dan kesenian kita kehilangan hakikat keindahannya? Apakah Inul bagian dari setan atau justru sebaliknya? Apakah Inul memang diturunkan Tuhan untuk mengoyak kelelapan para tokoh, kealpaan para ulama, kesetanan para ahli KKN, atau kemunafikan para pemimpin kita?

Inul hadir tepat pada waktunya. Pas dengan puncak syahwat kebudayaan kita. Dia berdiri di titik poros antara dua gelembung; pantat nafsu kebinatangan kita, dan memutar bagai arus gelombang yang melemparkan akal sehat kita. Lalu sambil tertawa terbahak-bahak, seakan Inul melambaikan tangan; “Aku tidak ada urusan dengan jurang-jurang bencana yang kau gali dengan ambisi nafsumu. Aku bebas dan merdeka. Karena aku dihadirkan Tuhan untuk menyeleksi manusia yang masih punya peradaban dan manusia yang berselimutkan kegelapan.”

Lalu betapa dahsyatnya gelombang Inul bisa mengalahkan gelombang protes atas Amerika Serikat yang hendak menghantam Irak.

Inilah lambang dari Allah melalui Inul. Ketika Allah ingin menjerumuskan hamba-hamba-Nya dalam kehinaan, agar kekasih-kekasih Allah terpilih dalam radius yang jauh dari putaran bor pantat Inul.

Karena itu, Inul adalah sinisme terhadap keseharian kita, kesenian kita, politik kita, dan turut mewakili daya dorong atas kriminalitas kita, sekaligus penyimpangan yang sudah lama berkedok atas keindahan kita. Lalu kemunafikan kita dalam dua mata, satu tertutup untuk memprotes hadirnya tarikat syahwat Inul. Sementara satu mata kita menikmatinya sampai kita berani melawan instrumen Tuhan yang sesungguhnya.

Akuilah, kemunafikan telah menjadi rasa bangga Anda. Dan Anda pelihara bertahun-tahun dalam jubah alibi Anda.

Lebih munafik lagi mereka yang kontra Inul. Setiap hari dengan bangganya, memanfaatkan kehadiran Inul sebagai musuh bersama untuk kepentingan politik mereka atas nama kesucian Tuhan. Ini adalah kebusukan moral paling jahanam ketimbang goyang pantat atau pun kentut Inul sekali pun.

Semoga Inul menyadari dan punya pilihan. Betapa kehadirannya adalah lambang dan degradasi peradaban dan ia membawa misi besar dari Tuhan. Bahwa kehadirannya adalah untuk memperingatkan kealpaan dan kejahatan eksotisme yang menjadi industri ekonomi dan politik kita. Asal ia menyadarinya, siapa tahu, Inul kelak menjadi kekasih Allah.

Sebab setelah mission imposible-nya sukses, Inul kembali dalam goyangan dada yang tidak lagi mengebor magma setan dalam perut bukit pantatnya. Tetapi mengebor kedalaman hati untuk tahlil, yang maksyuk dalam tauhid alam semesta raya. Siapa tahu!
Posted by QuranSains at 7:22 AM

Gus Mus dan Inul

Masih soal Inul Daratista. Tampaknya, saat ini, di berbagai penjuru kota di tanah air ini, goyang Inul tidak hanya menciptakan Inulmania. Mahasiswa pun tak segan membahasnya. Dan hasilnya, Inul kini sudah jadi kiblat penyanyi dangdut di Indonesia.

Kontroversi Inul tidak hanya sekadar jadi kiblat dangdut saat ini. Tapi juga telah melahirkan sebuah mahakarya seorang ulama besar di negeri ini, KH Mustofa Bisri (Gus Mus). Gus Mus yang terkenal sebagai kiai dan budayawan, seniman serba bisa, telah mendapatkan ilham besar dengan menggoreskan lukisan Inul di atas kanvas. Saya jadi agak tersedak, bukan karena lukisan yang dianggap kontroversial, lebih dari kontroversi Inul. Tetapi saya ingat tulisan saya beberapa saat lalu, "Inul dan Kekasih Allah." Siapa tahu, kelak Inul justru yang menjadi kekasih Allah.

Dalam maha karya Gus Mus, Inul sedang menari, meliuk-liuk, sementara dalam goyangan itu, ia dikelilingi para kiai yang sedang berdzikir. Sungguh luar biasa, bagaimana kritik Gus Mus terhadap dunia ulama mutakhir Indonesia. Khususnya pada MUI yang paling punya hobi berteriak; haram! haram! haram! Layaknya seorang pesilat yang baru saja belajar beberapa jurus, sudah petentang petenteng kayak ayam jago yang menantang siapa saja dengan kokoknya.

Justru kalau kita menyimak karya Gus Mus itu, mestinya para ulama menangisi dirinya sendiri. Bagaimana seharusnya mereka tafakkur dan tadzakkur, taqarrub dan mujahadah di hadapan Allah, memohon ampun, dan ridho-Nya. Malah yang terjadi sebaliknya. Mereka lebih banyak mengumbar arogansi dan retorika seperti taman kanak-kanak di DPR.

Kalau toh nama Allah sering disebut, dzikir digelar, mereka tak lebih dari dzikir syahwat, taqarrub nafsu dengan bibir dan fakir menyebut nama Allah, tetapi hatinya mabuk dalam syahwat duniawi, mengikuti goyang pantat syaithani, serta setumpuk proposal yang disodorkan kepada Tuhan. Seakan-akan mereka paling berhak mendapatkan prioritas "sowan" kepada-Nya. Sungguh ironis!

Maka benarlah Gus Mus dengan goresan ke-Inulannya. Ternyata, dengan mudahnya, Allah menyeleksi kualitas ulama kita melalui goyang Inul. Dan yang paling rendah kualitasnya justru yang paling protes terhadap Inulisme. Jangan-jangan ini ibarat kotoran ayam yang semakin dibungkus-bungkus malah semakin merebak. Semakin menandingi goyang Inul lewat protesnya, semakin menunjukkan kerendahan kualitas spiritualnya di depan Allah. Jangan-jangan begitu.

Lalu apa bedanya Inul dengan Gus Mus? Sama. Artinya sama-sama kontroversial, sama-sama NU-nya, sama-sama seniman, sama-sama memiliki kemampuan menggoyang, sama-sama hobi berdzikir. (Ah, Anda kan tidak tahu bagaimana gemuruh hati Inul dalam taqarrub di hadapan Allah? Yang Anda tahu hanya pantatnya bukan?)

Perbedaannya? Bedanya hanya tipis antara Gus Mus dengan Inul. Gus Mus adalah sosok yang datang mewakili gugusan cahaya keindahan dan keagungan Ilahi untuk merobek kemunafikan budaya keagamaan, sementara Inul datang juga membeberkan sebuah lanskap budaya yang menunjukkan betapa munafiknya mereka yang sok mengharamkan Inul. Jika Inul bisa bergandeng tangan dengan Gus Mus, orang-orang yang arif justru akan memandang dengan mata sejuk dan bibir tersenyum: "Teater Ilahiyah, memang dahsyat!"

Gus Mus menggoyang budaya melalui ketajaman penanya, kuas-kuasnya, dan mutiara katanya. Sedangkan Inul menggoyang budaya melalui pantatnya untuk menunjukkan betapa para pemimpin dan tokoh-tokoh kita seringkali menggunakan pantat dan sekitarnya dalam menyelesaikan perjuangan bangsa ini.
Seperti Joko Tingkir dengan Kebo Ndanunya yang mengamuk itu. Kerbau Joko Tingkir adalah lambang betapa para raja, para pemimpin ketika itu tak lebih bodoh dari kerbau, dan hal demikian hari ini bisa kita lihat.

Apa bedanya sekitar pantat Inul dengan wajah pemimpin kita, bahkan sebagian tokoh agama kita? Nah sekali lagi, jangan-jangan Inul diciptakan Tuhan untuk membuka mata kita karena mungkin dia sudah jadi kekasih Tuhan.
Posted by QuranSains at 7:19 AM

Sadisme, Dakwah dan Kesenian Kita

Sadisme ternyata tidak hanya merambah masyarakat preman, tetapi muncul premanisme di kesenian kita. Kalau sadisme preman memang kasar, fisik, dan kelihatan oleh mata kepala.

Tetapi sadisme kesenian kita? Tidak kasat mata, tiba-tiba seorang seniman sudah terluka jiwanya, terbunuh karakternya, dan terkulai masa depannya. Ini tentu lebih sadis lagi.

Sadisme juga muncul di dunia politik ketika seorang yang kritis harus terpasung tangan kakinya. Terbungkam mulutnya dan terkekang aktivitasnya. Sadisme juga muncul dalam agama. Ketika pemikiran agama harus divonis hukuman mati oleh tokoh yang mengatasnamakan tokoh agama atau dengan membunuh karakter pemikiran itu.

Rupanya sudah banyak orang yang tidak sabar untuk mengikuti langkah sadisme George W. Bush yang telah membunuh secara sadis lewat alibi perangnya di Irak. Rupanya, hobi membunuh ini telah benar-benar nyata sebagaimana diramalkan oleh para malaikat. Di saat mereka protes kepada Allah, kenapa harus manusia yang punya hobi menumpahkan darah dan merusak tatanan bumi yang harus dijadikan khalifah?

Mungkin, memang sudah banyak manusia yang keburu nafsu ingin menjadi Tuhan.

Nah, kini banyak orang terpasung karakternya secara sadis oleh kesombongan dan kemunafikan. Inilah yang disebut sebagai amar ma'ruf nahi mungkar sepihak.

Sepihak yang lain, berisi lahan kekuasaan dan wilayah sakralnya. Banyak iri dan dengki atas nama amar ma'ruf nahi mungkar. Bahkan atas nama Tuhan.

Banyak atas nama rakyat lalu rakyat jadi perasan keringat untuk dijadikan pestanya. Banyak jubah lengket di tubuh, tetapi hanyalah kain gombal yang dipenuhi dengan bau apek kebusukan hatinya.
Banyak tasbih diputar-putar di tangan dan dipamerkan atas nama tetapi ternyata hanya ingin menyiarkan kebanggaan hatinya atas amal perbuatan riaknya. Ini sungguh sadis.

Apakah itu sebuah kejahatan? Anda bisa menilai sendiri. Kira-kira kejahatan paling sadis itu yang ada di sebelah mana?

Setiap perjuangan memang membawa dampak iri dan dengki. Setiap kesuksesan juga membuahkan sikap segolongan orang yang sinis. Setiap kejatuhan juga tidak jarang membuahkan sorak sorai pesta para pendengki.

Kesenian kita sesungguhnya telah lama ternoda. Yang menodai adalah para penikmat, industri, dan para seniman itu sendiri. Dan noda paling menyedihkan adalah noda kefasikan dalam dunia seni. Yaitu, seni dan seniman yang hanya mengumbar kata dan kreasi. Tetapi tanpa ruh dan hati, apalagi filosofi masih kosong.

Kesenian yang mengumandangkan ayat-ayat Al-Quran dan dzikir dalam teaterikal sembari menangis-nangis pun bisa lebih berbahaya dan membahayakan eksistensi agama. Karena agama dijadikan alat profanisme, propaganda, dan pelampiasan emosi.

Tentu masyarakat kita akan menilai, bahwa keindahan yang luhur saat ini tidak ada yang melebihi kejujuran dan ketulusan. Dan jika seni disampaikan dengan tidak jujur dan tulus, justru menjadi bagian dan kriminalitas seni itu sendiri.

Dan para seniman mesti bersatu untuk memboikot premanisme psikologis terhadap kreativitas seni. Anda bisa bayangkan, jika Anda seniman, lalu sudah banyak seniman menjadi dewa, tuhan-tuhan kecil, dan berhala. Lalu secara diktator ia menyiapkan penjara, terali besi jiwa, dan pedang-pedang keangkuhannya untuk membabat seluruh kesenian. Itulah tradisi kekuasaan kesenian.

Berkesenianlah yang indah dan merdeka. Karena itu para ulama dan kiai, jika berdakwah mesti dengan seni yang tinggi. Bukan seni yang mengerikan dan sadis.

Malah dakwah Anda akan ditinggal lari umat manusia sebagaimana dalam Al-Quran. Memang, kita sudah kehilangan rasa cinta dan kasih sayang, rasa maaf dan ampunan. Termasuk dalam kesenian kita.
Posted by QuranSains at 7:18 AM

Allah dan Keringat Pembantu
Berita sepekan lalu di media ibu kota seputar sadisme angkara murka, antara juragan pada pembantu rumah tangga, sangat menjijikkan. Rupanya para juragan, tuan, dan majikan sudah mulai kebelet jadi Tuhan, dengan kesewenangannya mereka menyiksa pembantunya, bahkan ada yang memperkosa, menyetrika punggungnya, dan mengepruk kepalanya.

Ketika kisah Sumanto, sang kanibalis itu digelar, bangsa kita merana. Lalu ketika muncul rentetan penyiksaan pada PRT, kita juga benar-benar sudah tersudut. Baik secara moral, harga diri, maupun kemanusiaan. Padahal; “Keringat pembantu, buruh, atau pekerja itu jika ditimbang nilainya sama dengan darah para syuhada.” Allah senantiasa membelai rambut pembantu, mengelus dadanya, memijit tangannya, dan mengusap keringatnya.

Tiba-tiba seorang juragan menyiksa pembantunya dengan menyuruh menjilati muntahan dari bekas muntaber anak juragan itu. Begitu juga hanya karena masalah kecil kepala pembantu kena kepruk kasar majikannya. Ini benar-benar zaman gila, edan, setan.

Coba renungkan wahai para juragan, majikan, dan tuan, jika Anda dulu ditakdirkan jadi pembantu rumah tangga, mendapatkan majikan dan juragan seperti Anda, apa yang hendak Anda perbuat? Tapi untunglah kalian ditakdirkan jadi manusia. Padahal mestinya juragan dan majikan seperti Anda ditakdirkan jadi binatang.

Kita ini hanyalah budak, buruh, dan abdi Tuhan. Sekaya apa pun harta Anda, setinggi apa pun kedudukan Anda, sehebat apa pun kekuatan Anda, secantik apa pun rupa Anda, seterkenal apapun nama Anda, sesungguhnya Anda juga seorang budak, seorang abdi dan hamba Tuhan. Anda dan pembantu Anda sama di depan Allah. Yang membedakan Anda adalah ketakwaan.

Ketika Anda membenci pembantu Anda, pada saat yang sama Anda telah membenci Allah. Karena pelupuk Allah senantiasa menggenangkan air matanya ketika para pembantu dengan ketulusan jiwanya bekerja pada Anda dan di malam-malam yang dingin ia diselimuti kelelahan dan rasa sunyi yang mencekam jiwanya.

Tentu, jika Allah menilai para hamba-Nya dengan ketulusan dan kecintaan hamba, maka Anda para majikan mesti memandang para pembantunya sebagai sesama hamba dan yang paling dicintai Tuhan adalah yang paling mencintai sesamanya. Karena itu jadikanlah pembantu itu seperti keluarga dan darah daging Anda. Tanpa mereka, Anda adalah tuan rumah sekaligus seorang pembantu.

Para majikan biasanya tak mau disalahkan. Walaupun anda benar, kalau Anda merasa paling benar sendiri, berarti kesombongan dan kecongkakan menjadi kenikmatan Anda. Pada saat yang sama sesungguhnya Allah sedang menghina diri Anda, lebih hina dari setan sekalipun.

Kita perlu etos kerja yang saleh. Baik antara pembantu dan majikan, pengusaha dengan karyawan, atau buruh dengan juragan. Para juragan selalu banyak menuntut kesalehan buruhnya, sementara buruh juga sering menuntut keadilan dan kemuliaan hati juragan. Inilah yang harus dicarikan titik temu agar gairah kerja dan kemanusiaan memiliki arti yang mulia dalam sejarah peradaban pembantu dan juragan.

Sabda Nabi; “kefakiran itu menjurus kekufuran”.

Jika kefakiran buruh terus dieksploitasi juragan, pertanda juragan telah menumpuk kekufurannya. Begitu juga kekayaan itu menjurus kesombongan. Jika kekayaan tidak merata, maka tak akan terdengar lagi doa-doa orang yang tak berpunya.

No comments:

Post a Comment